Prof KH Noor Achmad (kiri) bersama Dr M Syaifudin, saat menunjukkan keberhasilan warga Muslim di Cina dalam mengelola pertanian. Foto: riyan

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Agama Islam di Cina diperkirakan akan berkembang pesat, asalkan keberadaannya tidak dibenturkan dengan pemerintah setempat. Seperti diketahui sistim pemerintahan di Cina adalah Sosialis Komunis.

Hal itu seperti yang disampaikan Ketua Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (PP MAJT) Semarang, Prof KH Noor Achmad, dalam keterangannya kepada sejumlah awak media di Kantor MAJT, Minggu (2/6/2024).

Disampaikan juga olehnya, Islam di Cina juga mampu beradaptasi dengan budaya lokal, meski jumlah penganutnya masih terhitung minim di negara itu. Keberadaan kaum Muslim di Negeri Tirai Bambu itu, ternyata mendapat perhatian bagus dari pemerintah setempat.

BACA JUGA: Ribuan Suporter Gelar Pesta Penyambutan Skuad Persiku ke Kudus

Seperti diketahui, Noor Achmad bersama Sekretaris Pengelola MAJT KH Muhyiddin, Ketua Bidang Ketakmiran MAJT KH Hanief Ismail, dan Sekretaris Bidang Hubungan Antarlembaga/Direktur Pesantren MAJT Dr M Syaifudin, pada 18-24 Mei 2024 lalu, mengunjungi Provinsi Sichuan dan Xinjiang, atas undangan Pemerintah Cina.

”Islam di Xinjiang bisa bertahan bahkan berkembang, karena mereka bisa beradaptasi dengan budaya lokal. Para penganut Islam juga tak pernah berbenturan atau dibenturkan dengan Pemerintah Cina,” papar Noor Achmad.

Diceritakan dia, di Kota Urumqi saja, saat ini ada sekitar 300 masjid. Sedangkan di Provinsi Xinjiang, terdapat sekitar 10 ribu masjid, dan puluhan pesantren. Ketika mengunjungi Masjid Baida, masjid tertua di Urumqi, delegasi MAJT melihat langsung betapa bangunan tempat ibadah umat Islam itu masih terawat dengan baik.

BACA JUGA: 4 Nama Pemenang Undian Gelegar Ultah 63th Nasmoco, Dapat Mobil dan Sepeda Listrik

Prof KH Noor Achmad (kanan), Ketua Bidang Ketakmiran MAJT KH Hanief Ismail, Sekretaris Pengelola MAJT KH Muhyiddin, mendengarkan penjelasan Rektor Institut Islam Xinjiang, Syekh Abdul Raqieb Tumniyaz (kiri). Foto: dok/majt

”Pemerintahan Cina juga membiayai kebutuhan umat Islam. Seperti mengalirkan dana operasional untuk Masjid Baida. Selain itu juga, merawat peninggalan budaya Islam, seperti kesenian muqam, yang juga diakui United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO),” tuturnya.

Disebutkan Noor Achmad, Pemerintah Cina juga memperhatikan pendidikan keagamaan Islam. Antara lain terlihat dari kemegahan bangunan Institut Islam Xinjiang, yang berdiri di atas lahan seluas 10 hektare.

Kurikulum di institut itu juga sama persis dengan di Indonesia, yang mengikuti ajaran ahlussunah wal jamaah. Materi ajarannya ada fikih, tafsir, hadist, gramatika bahasa Arab, dan tarikh.

”Rektor Institut Islam Xinjiang, Syekh Abdul Raqieb Tumniyaz, merupakan alumnus Al Azhar Kairo, Mesir, yang dalam pemaparannya menegaskan, Islam moderat dan inklusif,” tukas Noor Achmad, seraya menyebutkan, MAJT menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang menjalin kerja sama dengan Cina.

Riyan