𝗕𝗟𝗢𝗥𝗔 (SUARABARU.ID) — Dengan penuh Khidmat dan Semangat, Umat Katolik Blora mengikuti visualisasi Jalan Salib yang digelar di Gereja Paroki Santo Pius X Blora, Jumat, 29 Maret 2024 pagi, selaku sutradara Diakon Aji, pelaksanaan ibadah visualisasi Jalan Salib.
“Dengan visualisasi Jalan Salib ini, sebenarnya hikmah yang bisa kita terima adalah mengenang sengsara dan wafat Tuhan kita, Yesus Kristus. Bagi kita yang beragama Katolik, itulah hikmahnya,” ujar Diakon Aji setelah pelaksanaan ibadat visualisasi Jalan Salib di Gereja Paroki Santo Pius X Blora.
Lebih lanjut, Diakon Aji menyampaikan bahwa tema dari kegiatan religi kali ini adalah Gereja yang Satu, Kudus dan Apostolik bagi umat Katolik di Blora.
“Ini adalah bagian dari rangkaian Paskah, terutama nanti jam 15.00 WIB, kita akan melaksanakan ibadat Jumat Agung,” jelas Diakon Aji.
“Visualisasi ibadat jalan salib ini bukan sekadar tontonan. Sehingga sengaja diadakan di dalam gereja dan umat diajak untuk bermenung dan berefleksi atas kisah Salib Yesus atau sengsara Yesus,” tandas Diakon Aji.
Sementara itu, Didik Arwanto, pelatih visualisasi Jalan Salib menjelaskan, para pemeran melaksanakan latihan sepuluh kali.
“Latihannya sepuluh kali, tiap hari Selasa dan Minggu, terutama untuk menyatukan supaya mereka menyadari bahwa telah mempunyai peran yang besar, mempunyai andil yang besar dan mereka harus memiliki bahwa Jalan Salib ini adalah untuk kemuliaan Tuhan dan Jalan Salib ini kita persembahkan untuk umat di Paroki Santo Pius X Blora,” jelas Didik Arwanto.
Para pemerannya, kata Didik Arwanto, adalah campuran, seperti paduan suara (koor) dari KKMK, kemudian yang berperan sebagai parajurit, rakyat dan lainnya adalah Orang Muda Katolik (OMK) serta beberapa umat yang dipilih karena dinilai bisa berperan.
“Para pemeran dalam visualisasi itu juga mampu menyentuh perasaan umat. Ibadat Visualisasi Jalan Salib juga dihadiri Pastur Kepala Paroki Romo Agustinus Eko Wiyono,” ujar Didik Arwanto.
Pada kesempatan itu, Ignatuis Ary Soesanto, salah satu tokoh umat Katolik Blora mengatakan bahwa ibadat visualiasi Jalan Salib untuk menggugah semangat anak-anak muda (Katolik) supaya semakin mau mencintai Yesus dengan saling mengasihi dan melayani satu sama lain.
“Itulah spirit anak muda yang harus senantiasa dihidupkan lewat teladan pengorbanan Yesus di dalam Jalan Salib ini, kalau alur cerita intinya sama,” kata Ignatuis Ary Soesanto.
“Bersyukur sekali, masih diberi kesehatan oleh Tuhan dan diberikan kesempatan untuk mengikuti ibadat visualisasi Jalan Salib,” harap Ignatius Ary Soesanto.
Dengan mengenangkan kembali kesengsaraan Tuhan Yesus, makin menyadari betapa besar kasih Allah kepada kita, imbuh Ignatius Ary Soesanto.
Ada beberapa adegan dalam ibadat visualisasi Jalan Salib. Yaitu, Yesus dijatuhi hukuman mati. Yesus memanggul Salib. Yesus jatuh untuk pertama kali. Yesus berjumpa dengan ibu-Nya.
Yesus ditolong oleh Simon dari Kirene. Wajah Yesus diusap oleh Veronika. Yesus jatuh untuk kedua kalinya. Yesus menghibur perempuan – perempuan yang menangisi-Nya.
Yesus jatuh untuk ketiga kalinya. Pakaian Yesus ditanggalkan. Yesus disalibkan. Yesus wafat di kayu salib. Yesus diturunkan dari salib. Yesus dimakamkan.
Jalan Salib adalah devosi yang mengarahkan pandangan spiritual kita pada peristiwa Yesus Kristus mulai dari keputusan hukuman mati pada Yesus hingga peristiwa pemakaman-Nya.
Dalam bahasa Latin, Jalan Salib disebut Via Dolorosa artinya Jalan Penderitaan. Inilah saat-saat terakhir hidup Yesus secara historis di dunia. Devosi itu adalah peringatan akan peristiwa tersebut.
Dari berbagai sumber disebutkan tradisi Jalan Salib dirintis oleh Santo Fransiskus Asisi, diperkenalkan oleh Ordo Fransiskan abad ke-14 lalu meluas di Gereja Katolik Roma pada abad pertengahan.
Paus Klemens XII menetapkan secara resmi terkhusus perhentian-perhentiannya secara definitif pada abad XVII yang berlaku sampai sekarang.
Kudnadi Saputro