blank

Tim mahasiswa Psikologi Unissula melakukan penelitian self-love pada pengguna beauty filter.  Tim tergabung dalam program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH). Mereka adalah Ana Fitri Aulia, Anisa Oktafiani,  Atika Nadya Husna, dan Arikah Chusna. Mereka berusaha mengulik dan menganalisis bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Menurut Ana fenomena maraknya penggunaan beauty filter sudah menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat. Bahkan, sebagian dari mereka menganggap bahwa menggunakan beauty filter ketika berfoto merupakan suatu kewajiban. Tak lengkap rasanya mengunggah foto atau video di media sosial jika tanpa beauty filter. Bukankan begitu?

“Beauty filter membangun realitas baru dalam masyarakat. Beauty filter dapat mengubah penampilan seseorang hanya dalam sekejap demi menyelaraskan diri dengan standar kecantikan yang seringkali tidak dapat tercapai”, ungkapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan berbagai standar kecantikan yang sesungguhnya tidak realistis dapat menambah tekanan khususnya bagi perempuan muda, dimana ia menganggap bahwa jika ia tidak dapat memenuhi standar kecantikan maka akan dianggap tidak cantik.

Ternyata, semakin maraknya beauty filter di media sosial dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi penggunanya, terutama bagi mereka yang mengalami penurunan self-love. Berbagai dampak negatif dapat terjadi, baik dari aspek sosial maupun aspek psikologis, seperti ketakutan terhadap pandangan orang lain, perasaan selalu ingin dipuji, mudah membandingkan diri dengan orang lain, penurunan harga diri, serta perasaan tidak sejahtera. Hal ini juga dapat berpengaruh pada penurunan body image, bahkan mulai membenci dirinya sendiri karena tidak dapat tampil seperti perempuan yang terkesan sempurna di media. Lebih parah lagi, jika dilanjutkan secara terus menerus, akan berpotensi menyebabkan depresi.

Penelitian didampingi dosen Retno Setyaningsih SPsi MSi sebagai dosen pembimbing. Tim PKM-RSH melakukan riset dari berbagai penelitian sebelumnya, dan berhasil menemukan sebuah metode untuk meningkatkan self-love, khususnya bagi pengguna beauty filter.

Metode yang ditawarkan adalah metode Mirror Talk. Selanjutnya, Tim PKM-RSH juga melakukan inovasi baru yaitu dengan memadukan metode Mirror Talk dan Lagu ‘Tutur Batin’ karya Yura Yunita. Lagu ‘Tutur Batin’ dipilih karena bertema penerimaan diri, dan menggambarkan pesan self-love melalui lirik lagu tersebut.

Mereka memilih metode dengan mendengarkan lagu karena ada pesan moral maupun sosial akan lebih mudah diterima melalui lagu. “Hampir semua orang suka mendengarkan lagu. Harapannya, pesan self-love dalam lagu  tersebut akan lebih ringan untuk diterima setiap individu yang mengalami penurunan self-love”, ujar Ana Fitri Aulia di kampus Unissula, Senin (27/10/2023).

Uji coba terkait metode Mirror Talk yang dipadukan dengan Lagu ‘Tutur Batin’ telah dilakukan di Universitas Islam Sultan Agung, dan telah disusun menjadi sebuah modul intervensi. Dari metode yang telah diujicobakan ini, Tim PKM-RSH juga sedang mangajukan permohonan hak cipta atas modul yang bersertifikat HKI (Hak Keyayaan Intelektual). Harapannya, modul ini dapat menjadi landasan intervensi untuk meningkatkan self-love pada individu, dan mudah diterima dan diterapkan oleh masyarakat secara luas.