SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kota Semarang mengupayakan zero kasus stunting pada 2024. Segala penanganan terus dilakukan secara masif agar kasus stunting di Ibu Kota Jawa Tengah ini segera tuntas.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, mengatakan, sampai saat ini masih ada sekitar 10,4 persen anak atau sekitar 900 sampai 1.000an anak dalam kondisi terancam stunting di Kota Semarang.
Data tersebut berdasarkan hasil Survei Status Gizi (SSG). Sedangkan dari data timbangan tiap bulan yang diterima, ada 3,1 persen anak stunting yang masuk dalam pantauan Dinkes Kota Semarang.
Meski demikian, sampai akhir 2023 ini Pemkot Semarang menargetkan penurunan stunting mencapai 50 persen. Sehingga pada 2024 nanti beberapa kasus stunting yang masih ada bisa cepat diselesaikan.
“Dari 10,4 persen, target kita tahun ini turun 5 persen. Dan nanti di 2024 mudah-mudahan bisa zero stunting,” katanya belum lama ini.
Dirinya menjelaskan, untuk 2023 dari data survey diperkirakan di awal tahun 2024 akan disampaikan oleh Kementerian Kesehatan dengan harapan target di angka 5 persen bisa tercapai.
“Kalau keseluruhan sampai September 2023 masih ada 938 balita (stunting) dari sebelumnya bulan Agustus 2023 ada 1.022,” katanya.
Lebih lanjut, Hakam menjelaskan jika beberapa upaya untuk menuntaskan stunting terus dilakukan. Seperti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Daycare yang rencananya akan ditambah di sejumlah wilayah.
Pemberian PMT melalui dana APBN Rp 3 miliar digunakan selama 3 bulan, dan di anggaran perubahan 2023 ini Pemkot Semarang juga mendapatkan Rp 3 miliar yang diberikan selama sisa 2023.
“Itu (anggaran) juga untuk Daycare. Karena sekarang kita punya empat, di Semarang Barat, Semarang Utara, Tembalang, dan Gunungpati. Di (anggaran) perubahan ini kita juga sudah siapkan empat lagi di Semarang Timur, Pedurungan, Semarang Selatan, dan Ngaliyan. Tinggal nanti di 2024 kalau kita punya dana lagi kita akan bikin satu lagi di tiap kecamatan,” katanya.
Menurutnya, program Daycare menjadi pemicu yang kuat penurunan angka stunting di Kota Semarang. Sebab, Pemkot Semarang secara langsung bisa memantau tumbuh kembang anak.
Tentunya, Hakam menjelaskan, yang paling berdampak adalah Daycare karena kegiatannya juga ada PMT diberi makan, kemudian diberi kelas PAUD, diajak nyanyi, serta yang paling penting adalah diajak tumbuh kembang.
“Biasanya habis makan siang diajak main game setelah pukul 15.00 dimandikan kemudian minum susu. Sehingga satu hari itu kita berikan 1.450 kalori kepada anak tersebut. Itu yang kemudian bisa mendorong penurunan angka stunting dibanding PMT yang diberikan ke rumah-rumah,” katanya.
Hery Priyono