AWAL tahun 1982 saya membaca harian terbitan Jakarta. Disebutkan, orang yang memiliki ilmu debus itu bisa mengoperasi perut, mengeluarkan usus, setelah itu bekas luka tampak utuh kembali.
Saya tertarik belajar debus saat membaca profil perguruan beladiri di tabloid terbitan Jakarta yang menlis bahwa perguruan itu kebal senjata tajam, tahan pukulan, termasuk bagian kemaluan sekalipun.
Karena penasaran, saya datangi perguruan itu. Yang pertama saya lakukan adalah memeriksa golok yang digunakan untuk demo ilmu kebal. Ternyata? Goloknya dari baja stainless, sejenis pisau untuk mengoles margarin pada roti tawar.
Lain kali ketika perguruan itu atraksi di luar kota, pendekar seniornya telapak kakinya melepuh setelah demo berjalan di atas api. Sejak itu, saya mulai bertanya-tanya, benarkah ada orang kebal apai dan atau senjata tajam, dsb.
Lain hari saya dapat informasi, tidak jauh dari kediaman saya, ada orang yang berani ditembak senapan angin. Untuk membuktikan, lalu saya datangi. Pertama, dia bersedia demo menembak telapak tangannya. Setelah itu, demo teman saya ditembak keningnya. Dia mengaku tidak merasakan apa-apa, hanya seperti lalat hinggap, padahal, pelurunya tampak penyok.