Ilustrasi. Reka: wied

SEORANG pembaca buku saya, datang jauh-jauh ke rumah dan bertanya, “Pak, saya sudah banyak mengamalkan berbagai doa, namun tidak juga terkabul, apakah ini karena jenis doanya yang tidak cocok?”

Jawabnya, tentu saja, tidak!  Setiap doa itu ada kriteria terkabulnya dan tidak hanya ditentukan dari huruf dan bacaannya, melainkan ada pada izin Tuhan. Kalau secara teori, doa yang dipanjatkan hamba yang saleh, bersih lahir batin, maka doa itu lebih mudah dikabulkan. Walau bentuk “upah”-nya seolah serupa yaitu sesuatu yang mereka inginkan.

Ada hadis yang mengisahkan sosok lelaki yang rambutnya kusut, badan  penuh debu dan tubuhnya tumbuh dari makanan yang haram, dan lelaki itu berdoa, “Ya Tuhan ya Tuhan, kabulkanlah doa saya.” Nabi SAW bersabda: “Bagaimana Allah mengabulkan doanya?”

Arti dari hadis itu, Tuhan lebih mengkhususkan doa yang dipanjatkan oleh orang yang bersih secara jasmani dan rohaninya. Yaitu orang yang tubuhnya tidak dilumuri “kotoran” dan tubuh atau dagingnya tidak tumbuh dari daging yang haram.

Disebutkan, pada zaman Bani Israil terjadi kemarau panjang hingga banyak manusia memakan bangkai dan bayi. Mereka kemudian keluar menuju tanah lapang dan memohon agar turun hujan.

Hingga akhirnya Tuhan berfirman kepada Nabi mereka, “Katakan kepada mereka, kalian keluar kepada-Ku dengan tubuh-tubuh yang najis dan berdoa kepada-Ku yang dengannya kalian telah menumpahkan darah, sementara kalian memenuhi perut-perut dengan makanan yang haram.  Kini, kemurkaan-Ku atas kalian telah memuncak, dan karenanya kalian hanya menjadi makin jauh dari-Ku.

Kesimpulannya? Agar doa-doa mudah terkabulkan caranya kita perlu menjaga jasmani dan rohani agar tetap bersih. Walau pada zaman akhir ini  untuk bisa mencegah makanan yang haram, pakah itu daging yang haramkan agama.

Tetapi jenis makanan lain yang semestinya halal, namun cara memperorehnya  secara haram,  terasa berat untuk mencegahnya. Juga dalam hal ibadah, orang mampu menjalani ritual keagamaan dari pagi hingga pagi berikutnya, namun ketika berhadapan dengan hak orang lain yang memungkinkan bisa dia kuasai, maka dia tidak lagi mempertimbangkan halal haramnya.

Tentang mengambil hak orang lain itu dari pandangan agama, adalah  hal yang prinsip dan menyebabkan doa seseorang diabaikan Tuhan.  Menurut Sufyan Ats-Tsauri menuturkan Firman Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi pada zaman Bani Israil.

Yaitu, “Seandainya kalian datang kepada-Ku seraya berjalan sehingga kaki-kaki kalian lecet, tangan kalian mencapai langit dan lidah kalian kelu (karena lelah berdoa) niscaya Aku tidak akan mengabulkan doa seseorang diantara kalian, atau mengasihi diantara kalian, sampai kalian mengembalikan segala yang kalian rampas dengan kezaliman kepada mereka yang berhak.”

Selain faktor kebersihan jasmani dan rohani, agar doa mudah dikabulkan ada beberapa kriteria, diantaranya : memulainya dengan zikir, bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW Memilih waktu-waktu.yang baik (Saat puasa, antara iqamah dan azan, lepas tengah malam, usai salat fardhu dll.)

Dan mereka yang doa-doanya lebih dikabulkan, di antaranya : Imam atau pemimpin yang adil, orang yang teraniaya, juga doa dari orang tua terhadap anaknya, doa anak saleh, doa para musyafir, doa sesama muslim yang dipanjatkan secara sir atau rahasia.

Termasuk di antaranya doa dari sesama orang beriman untuk tujuan kebajikan, atau doa yang dipanjatkan orang yang sedang kesempitan dalam menghadapi ujian hidup, dan seseorang yang dilakukan dengan kesungguhan hatinya dan diserta dengan keinginan bertobat dari kehidupan di masa lalu yang zalim.

Manfaatnya Baimana?

Pak, saya maniak buku-buku yang membahas ilmu hikmah dan tenaga dalam. Dari buku-buku itu saya ambil beberapa amalan atau doa yang saya jadikan amalan rutin. Tetapi, manfaatnya belum bisa saya rasakan. Kira-kira, apa penyebabnya?

Dalam hadis disebutkan: Sesungguhnya doa seseorang itu tidak lepas dari salah satu diantara tiga hal. Ada kalanya diampuni dosanya, adakalanya diberikan kebaikan atau dikabulkan segera sesuai permintaan) dan ada kalanya ditunda pengabulannya. (HR. Dailami)

Berdasarkan hadis itu, mari berharap agar doa yang belum terkabulkan itu jangan menjadikan putus asa untuk berdoa, karena banyak orang dikaruniai kebajikan dan keberuntungan, terlebih dulu dia diuji dengan berbagai ujian yang berat.

Karena berdasarkan pengalaman, doa-doa yang dipanjatkan itu tidak begitu langsung dikabulkan-Nya. Dan sering kali terjadi, apa yang kemarin atau dulu itu danggap tidak terkabul, setelah dia lupa dengan doanya, tiba-tiba apa yang diinginkan itu terkabul.

Ini mengingatkan kisah Nabi Ayyub AS yang diuji dengan penyakit kulit yang amat berat. Ketika itu  Ayyub berdoa agar Allah berkenan menyembuhkan penyakitnya, namun doa itu belum juga terkabulkan juga. Hingga akhirnya Nabi Ayyub AS merubah doanya, “Ya Allah, ikhlaskanlah aku untuk menerima ujian yang Engkau berikan ini. ”

Ajaibnya, ketika doa itu  dipanjatkan secara tulus ikhlas, Allah justru menyembuhkan Nabi Ayyub AS dari penyakit kulit yang menyebabkan  diasingkan. Menyimak kisah ini banyak hal yang bisa kita ambil manfaatnya. Kesimpulannya, saat diuji berbaik sangkalah kepada ketentuan-Nya.

Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati