blank
Kepala Dinas Sosial Grobogan Edy Santoso bersama Pemdes Karangsono saat berada di rumah keluarga Marmin. Foto: Tya Wiedya

GROBOGAN (SUARABARU.ID)– Kepala Dinas Sosial Kabupaten Grobogan mengunjungi rumah Marmin, keluarga miskin di Desa Karangsono, Kecamatan Karangrayung, Rabu 7 Juni 2023.

Kepala Dinas Sosial Edy Santoso hadir sendiri ini didampingi oleh perwakilan Pemdes Karangsono yakni Sekretaris Desa Ali Daryanto.

Saat meninjau rumah berbahan baku bambu yang sudah lapuk ini, Sekdes Karangsono, Ali Daryanto menjelaskan, keluarga Marmin sudah diusulkan masuk dalam bantuan RTLH Bankeuprov Jateng 2023.

“Tim dari Disperakim Jateng sudah melakukan verifikasi lapangan. Saat ini tinggal menunggu realisasinya saja,” ungkap Ali Daryanto, kepada wartawan.

Ali Daryanto menjelaskan, jika program RTLH ini tidak terealisasi, maka pilihan kedua yang akan dilakukan adalah bedah rumah dengan sumber anggaran dari Dana Desa.

“Keluarga Pak Marmin menjadi salah satu prioritas kami. Ada sembilan keluarga lain yang juga kami usulkan untuk mendapatkan bantuan RTLH dari Provinsi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Grobogan, Edy Santoso meminta pihak desa untuk segera mendaftarkan BPJS Kesehatan PBI untuk keluarga tersebut.

“Karena selama ini keluarga Pak Marmin ini belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan PBI,” ujar Edy Santoso.

Baca juga Kisah Keluarga Marmin-Daryanti, Hidup di Gubuk Bambu bila Hujan Air Masuk Tak Terbendung

Edy Santoso yang datang dengan memberikan bantuan kepada keluarga Marmin ini diterima langsung oleh Daryanti, istri dari Marmin.

“Semua sudah clear. Untuk BPJS Kesehatan PBI sudah kami minta untuk segera didaftarkan,” kata Edy Santoso.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, keluarga Marmin tinggal bertahun-tahun di rumah berbahan bambu yang sudah lapuk.

Marmin sendiri yang sudah usianya sudah berkepala lima bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak bungsunya.

Marmin bekerja sebagai kuli bangunan di Semarang. Anak pertamanya yang hanya lulus SMP juga turut membantu kerja keras sang ayah dengan menjadi tukang ojek di kota itu.

Daryanti sendiri sebagai istri tidak bisa bekerja karena kondisinya yang sakit sakitan. Ia hanya menunggu di rumah bersama anaknya yang masih duduk di bangku kelas IX SMP.

Dari penuturan Daryanti, keluarganya hanya pernah mendapatkan bantuan saat Covid-19. Bantuan beras 10 kilogram juga pernah didapatkannya saat bulan Ramadhan lalu.

Mereka mempunyai mimpi yang besar untuk mendapatkan rumah yang layak huni. Hingga anak pertamanya yang rela tidak meneruskan pendidikan ke jenjang SMA ini menjadi tukang ojek.

“Kemarin ada rezeki sedikit, anak saya pulang beli besi untuk memperbaiki rumah nanti. Dia punya mimpi bisa punya rumah seperti teman temannya,” ungkap Daryanti.

Tya Wiedya