Oleh: Amir Machmud NS
MUDAH dirumuskan, seperti apa “kegelisahan masuk akal” yang kini pasti menghinggapi benak fans Manchester United dan Barcelonistas.
Konstelasi peluang yang dihadapi kedua klub itu di masing-masing liga hampir sama, namun selisih pengejaran Barca terhadap Real Madrid dan Atletico masih lebih “dekat” ketimbang jarak jangkau Manchester Merah terhadap Manchester Biru.
Yang mirip, mereka sama-sama menunggu “pertolongan keadaan”, berupa keterpelesetan signifikan sang rival. Tentu harus pula menjaga konsistensi performa agar tidak justru terpeleset sendiri di saat-saat menentukan. Maka kekuatan mental bakal banyak berbicara. Juga bagaimana kecakapan sang pelatih dalam mendistribusi fokus.
Barcelona masih memiliki peluang di satu ajang, yakni La Liga, setelah sebelumnya meraih trofi Copa del Rey dan tersisih di perdelapanfinal Liga Champions. Sementara MU yang juga gagal di Liga Champions dan Piala FA, kini masih berbagi fokus untuk semifinal Liga Europa dan partai-partai menentukan Liga Primer.
Rival yang dipepet, Manchester City kini harus berkonsentrasi ke semifinal Liga Champions, final Piala Liga, dan Liga Primer dengan posisi yang semuanya berpeluang. Sebelumnya, pekan lalu Kevin de Bruyne dkk yang sebenarnya lebih diunggulkan, kehilangan tiket final Piala FA setelah kalah 0-1 dari Chelsea.
Dari gambaran tersebut, posisi MU dan Barcelona hingga pekan ini sungguh membutuhkan fokus tingkat tinggi.
Jalan Barcelona
Mampukah Lionel Messi dkk memberi trofi La Liga pada musim pertama kepelatihan Ronald Koeman, setelah dengan manis merengkuh gelar Copa del Rey?
Kita lihat seperti apa komposisi klasemen sementara liga saat ini, ketika kompetisi masih menyisakan tujuh pertandingan.
Atletico Madrid sebagai pimpinan klasemen mengantungi 73 poin, ditempel Real Madrid dengan 70 angka. Barca dengan tambahan tiga angka dari kemenangan 5-2 atas Getafe tadi pagi, berjarak dua angka dari Madrid di posisi ketiga dengan 68 poin, tetapi punya deposit satu pertandingan.
Dengan komposisi raihan poin tiga klub teratas, Atletico belum berani memastikan jalan juara. Madrid berpotensi menyodok, sementara Barcelona yang punya tabungan satu laga juga masih berpeluang.
Ini akan menjadi tujuh pekan yang seru. Saling sikut, karena ketiganya sama-sama membutuhkan keterpelesetan lawan atau minimal lawan hanya bermain seri. Barcelona yang baru saja mendapat suntikan konfidensi, pasti akan memanfaatkan angin segar itu, justru ketika Madrid harus membagi fokus ke semifinal Liga Champions.
Sang kapten, Lionel Messi juga punya ambisi pribadi: apabila mampu mengantar Blaugrana juara, bakal terbuka peluang meraih Ballon d’Or ketujuh. Penampilannya makin membaik dari laga ke laga. La Pulga menemukan kembali aura kegembirannya bersama La Blaugrana.
Kini dia disebut-sebagai salah satu kandidat di samping Cristiano Ronaldo (Juventus), Kevin de Bruine (Manchester City), Kylian Mbappe dan Neymar Junior (Paris St Germain).
Peluang Setan Merah
The Red Devils yang di bawah era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer belum mendapat trofi apa pun, dengan posisi klasemen sekarang memang tak tergoyahkan untuk mengakhiri liga dengan berada di zona Liga Champions.
Andaikata Harry Maguire cs bisa lebih konsisten pada paruh musim, mereka tentu bisa melaju mempertahankan posisi sebagai pemimpin klasemen. Sayangnya, sejauh ini mereka sering terpeleset menghadapi tim-tim di luar enam besar. Sementara menghadapi klub-klub bertradisi kuat, Pasukan Theatre of Dream juga seringkali kesulitan.
Solskjaer punya peluang menghadirkan trofi Liga Europa yang pernah diraih pada 2017 di era Jose Mourinho. Akan tetapi, pastilah mereka tidak akan begitu saja menyerah memburu gelar liga, walaupun logikanya posisi City bakal sulit dibendung.
Kompetisi tinggal menyisakan enam partai. Partai penting pada Minggu (25/4) akan memperjelas bagaimana peluang tersisa MU, setelah menghadapi Leeds United.
Tengah pekan kemarin, The Citizens menambah tiga angka lagi berkat kemenangan atas Aston Villa. Sedangkan The Red Devils tak mau kalah, unggul 3-1 atas Burnley sehingga menjaga jarak angka yang sama.
Akan tetapi, mengenai peluang juara, MU harus menghadapi matematika ini: angka maksimal yang bisa dikumpulkan City adalah 92 dengan memenangi seluruh pertandingan sisa. Sedangkan MU, jika menang dalam enam laga, akan mengakumulasi maksimal 84 poin.
Dari enam pekan tersisa, City menghadapi lawan terkuat Chelsea dan Everton, sedangkan MU ditantang Liverpool dan Leicester.
Memang tampaknya berat bagi MU untuk menyalip City. Kalaupun peluang itu dianggap ada, syaratnya harus menang di semua laga sisa, dan City “harus” terpeleset dalam sedikitnya tiga laga.
Jadi perjalanan ke tangga juara tidak cukup ditentukan oleh perjalanan diri sendiri.
– Amir Machmud NS, Pengamat Sepak Bola dan Pimpinan Umum SUARABARU.ID –