blank
Atikoh bersama rombongan TP PKK Provinsi Jateng, melakukan ziarah kubur ke makam RA Kartini. Foto: dok/ist

REMBANG (SUARABARU.ID)– Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo, menyoroti perjuangan perempuan zaman ‘now’, yang berhadapan dengan disrupsi informasi dan era teknologi digital.

Hal itu disampaikannya, saat menjadi pembina upacara HUT ke-142 RA Kartini, di Pendapa Museum Kartini, Rembang, Rabu (21/4/2021). Menurutnya, perjuangan Kartini masih relevan diteladani perempuan di zaman sekarang. Atikoh menyebut, perempuan harus cerdas dan memiliki banyak ketrampilan.

”Bila kita telaah, pendapat dan gagasan beliau luar biasa. Kartini meminta kita untuk optimistis dan bersikap positif. Kartini begitu cerdas, menguasai enam bahasa dan multi talenta, bisa menjahit, melukis, mengajar dan menulis,” kata Atikoh, didampingi Wakil Ketua I TP PKK Jateng, Nawal Arafah Yasin dan Ketua TP PKK Rembang Hasiroh Hafidz.

BACA JUGA: Jumlah Pernikahan Usia Anak di Wonosobo Marak, Mengapa?

Terkait perjuangan Kartini di era modern, Atikoh berpendapat, semangat Kartini bisa dijadikan acuan. Ditambahkannya, perempuan masa kini menghadapi tantangan yang jauh lebih berat.

Di antaranya, perempuan di garis kemiskinan, perempuan kepala keluarga, perempuan disabilitas, perempuan HIV-AIDS, perempuan pekerja migran dan perempuan korban kekerasan. Selain itu, dia menyoroti angka kematian ibu yang masih cukup tinggi dan pernikahan usia dini.

Terkait kesehatan ibu dan bayi, Atikoh mewanti-wanti, agar menjadi perhatian yang lebih serius. Karena kesehatan ibu memengaruhi perkembangan generasi selanjutnya.

BACA JUGA: Bulan Ramadhan, Pelayanan Satnight SIM Ditiadakan Sementara

”Fenomena yang kita hadapi setiap hari adalah kegandrungan anak-anak dengan media sosial. Dalam hal ini, harus terus kita waspadai dan awasi. Penggunaan media sosial seperti facebook, youtube, twitter, tiktok, maupun instagram, harus bijak. Hati-hati juga dengan banyak munculnya berita hoaks,” imbuhnya.

Ditegaskannya, jika tidak ditanggulangi, kebebasan mengakses informasi bisa menyebabkan bangsa Indonesia terjebak dalam krisis jatidiri, ideologi, karakter, dan kepercayaan.

Oleh karenanya Atikoh memberi penekanan, agar dalam pendidikan keluarga juga harus menanamkan nilai-nilai Pancasila dan agama. Hal itu menurutnya, berfungsi sebagai benteng, bagi generasi muda.

Riyan