Guru Besar Prof. Dody Ariawan, ST, M.T, Ph.D  dan Prof. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP. Bergambar bersama Rektor UNS Prof Dr Jamal Wiwoho SH M.Hum (dua dari kiri) dalam Pengukuhan Guru Besar ke 228 dan 229 UNS di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram kampus setempat, Rabu (16/12). Foto: Bagus Adji

SURAKARTA (SUARABARU.ID) –  Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Jamal Wiwoho mengimbau kepada seluruh Guru Besar untuk produktif melakukan penelitian, menulis buku dan menghasilkan karya inovatif.

Tatanan dunia berubah total dan tidak bisa dipagari lagi dengan cara-cara lama akibat dua disrupsi besar yang melanda seluruh negara, yakni revolusi industri dan pandemi.  Menghadapi situasi demikian,  rasanya tidak ada institusi yang paling relevan menjawab tantangan kecuali lembaga penelitian. Karena itu, keberadaan guru besar sebagai penguasa riset yang berbasis Iptek sangat strategis dalam menjaga keberlangsungan ekosistem kehidupan manusia.

“Sangat tidak elok, jika dengan kemampuan intelektualnya, seorang Guru Besar merasa puas menghabiskan waktunya sehari-hari hanya untuk mengajar dan membimbing, banyak merenung di dalam ruangan dan tidak pernah terlibat diskusi dalam ruang publik,” tandas Rektor Prof Jamal Wiwoho pada pengukuhan  dua Guru Besar UNS Prof. Dody Ariawan, ST, M.T, Ph.D  dan Prof. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP. secara luring dan daring di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram kampus setempat, Rabu (16/12).

Dengan senjata “Tri Sulanya”, lanjut Prof Jamal Wiwoho , yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, Guru Besar dituntut mampu menunjukan kapasitas keilmuanya dan kualitas inovasinya. Dalam era PTN-BH, amanah yang dituangkan dalam target kinerja UNS di Indikator Kinerja Utama ke-3, bahwa  Guru Besar harus mampu ber-Tri Dharma di Kampus yang masuk kriteria QS 100. “Maka dari itu universitas menunggu kiprah para Guru Besarnya untuk turut serta menumbuhkan kultur akademik bahwa aktifitas meneliti dan menulis karya ilmiah. Bukan lagi sekadar menggugurkan kewajiban saja, melainkan harus sudah menjadi tuntutan yang harus dilakukan oleh akademisi dan intelektual,” kata Jamal Wiwoho.

Seorang Guru Besar pantang hidup dalam kejenuhan berpikir. Rekam jejak intelektual seorang Guru Besar harus bisa membuktikan bahwa yang bersangkutan memang layak mendapatkan  status kehormatanya. “Semoga kehadiran dua Guru Besar ini dapat dirasakan kemanfaatanya, baik oleh universitas maupun masyarakat,” tandas rektor UNS.

Sementara itu Prof. Dody Ariawan, ST, M.T, Ph.D Guru Besar ke-16 Fakultas Teknik dalam pidato pengukuhan bertajuk ”Ketahanan Komposit Serat Alam – Polimer Terhadap Paparan Luar Ruangan pada Kawasan Beriklim Tropis“ menyatakan, dalam perindustrian saat ini dibutuhkan material berkualitas di antaranya memiliki sifat mekanik yang baik dan sesuai kegunaannya. Juga harga material dan manufaktur  yang dapat bersaing, serta kemudahan material untuk didaur ulang.

Material teknik secara umum dikategorikan dalam empat jenis  meliputi logam, polimer, keramik dan komposit. Komposit serat alam menjadi salah satu alternatif yang dapat memenuhi kriteria material tersebut dan telah digunakan sebagai pengganti untuk material-material seperti plastik, kayu, besi. Komposit serat alam adalah komposit terdiri dari serat alami sebagai penguat dan matrik sebagai pengikat.

“Semoga sumbangan bidang kajian  komposit serat alam polimer ini ini memiliki kontribusi pada teknologi luaran penelitian perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai insan akademis, semoga apa yang telah diperoleh ini dapat menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan meningkatkan khasanah keilmuan Teknik Mesin dan Komposit Polimer pada khususnya,” terangnya.

Rektor UNS Prof Jamal Wiwoho  tengah menyampaikan sambutan dalam Sidang Senat Akademik Terbuka  yang berlangsung secara secara luring dan daring dengan acara pengukuhan Guru Besar Prof. Dody Ariawan, ST, M.T, Ph.D  sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) UNS dan Prof. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP. Sebagai Guru Besar Bidang Nutrisi Ternak Non Ruminansia Fakultas Pertanian (FP) setempat. Pengukuhan Guru Besar ke 228 dan 229 UNS di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram kampus setempat, Rabu (16/12). Foto: Bagus Adji

Masih dalam kesempatan sama  Prof. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP Guru Besar Bidang Nutrisi Ternak Non Ruminansia Fakultas Pertanian (FP) setempat pada pidato pengukuhan berjudul “Pendekatan Nutrisi dalam Produksi Ternak Unggas Menghadapi Heat Stress pada Era Tanpa Antibiotik” menyatakan,  ada dua hal utama yang menarik terkait dengan produksi ternak unggas di Indonesia. Pertama, iklim tropis di Indonesia dengan temperatur tinggi.

Kedua adanya pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak. Unggas termasuk jenis ternak homeotherm dengan temperatur optimal berada dikisaran 18-22°C. Tingginya temperatur lingkungan, apalagi ditunjang  perubahan iklim dan pemanasan global, menyebabkan ternak unggas mengalami gangguan termoregulasi untuk pelepasan panas dari tubuh, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya heat stress.

Dari Humas UNS diperoleh keterangan , dikukuhkannya Prof. Dody Ariawan, ST, M.T, Ph.D  dan Prof. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP maka di perguruan tinggi setempat terdapat 229 profesor . Prof. Dody Ariawan, ST, M.T, Ph.D merupakan guru besar  ke-228 UNS sekaligus guru besar ke-16 Fakultas Teknik setempat. Sedangkan Prof. Dr.sc.agr. Adi Ratriyanto, S.Pt., MP merupakan  Guru Besar ke-229 UNS  sekaligus ke 31 di Fakultas Pertanian.

Bagus Adji -trs