SUKABUMI (SUARABARU.ID) – Waktu beranjak siang, tapi suasana Pasar Rakyat Juara Sukaraja, di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) masih ramai. Bang Mamat, penjual kue Combro di depan pasar, sibuk melayani permintaan pembeli.
Kepada pembeli dari Solo, dia menjelaskan mengapa dinamakan Combro, karena di dalamnya (njero) ada oncomnya. Kue ini, berbahan baku singkong yang diparut. Dibentuk dengan kepalan tangan (seperti mencetak Lentho), yang di dalamnya diberi oncom, baru kemudian digoreng. Kue Combro dijual per biji Rp 1 ribu.
Oncom adalah makanan khas Sunda. Makanan ini produk dari hasil fermentasi yang dilakukan oleh beberapa jenis kapang (jamur). Yang membuatnya mirip dengan pengolahan tempe. Bedanya, pada oncom, hasil olahan dinyatakan siap diperdagangkan setelah kapang menghasilkan spora.
”Kalau yang di dalamnya manis, namanya Misro,” jelas Bang Mamat. Kue Misro, sama dengan Klenyem yang tidak asing bagi masyarakat Jawa Tengah (Jateng). Berbahan baku parutan singkong, yang di dalamnya diberi gula merah, kemudian digoreng.
Sukarja, merupakan salah satu dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jabar. Tentang predikat Juara yang tertuliskan pada dinding gerbang atas pintu masuk, ini berkait erat dengan program revitalisasi pasar tradisional di Provinsi Jabar, yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Jabar.
Program Pasar Rakyat Juara dilakukan Tahun 2019. Memugar seluruh pasar tradisional, menjadi pasar yang sesuai dengan SNI 8152:2015. Menyulap pasar yang tadinya kumuh, menjadi pusat perniagaan yang representatif, bersih dan nyaman. Menjadi rumah ekonomi dan rumah budaya kebanggaan masyarakat.
Di era kepemimpinan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Wagub Uu Ruzhanul Ulum, dilakukan penguatan pasar rakyat di 27 Kabupaten/Kota. Harapannya, pasar tradisional yang menjadi tempat transaksi jual beli masyarakat, dapat berinovasi kreatif digital dengan tata kelola yang lebih professional. Tujuan, supaya pasar rakyat dapat berdaya saing, tanpa mengesampingkan potensi unggulan lokal dan budaya.
Masing-masing pasar rakyat yang direvitalisasi untuk mendapatkan predikat Juara, diberi bantuan keuangan keuangan yang besarannya bervariasi, sesuai hasil verifikasi ke lapangan. Ada yang Rp10 miliar, Rp15 miliar bahkan ada yang Rp 6 miliar.
Termasuk salah satunya adalah Pasar Rakyat Juara Sukaraja. Yang semula kumuh, kini menjadi megah berlantai dua, menjadikan tempat bertemunya penjual dan pembeli ini, nyaman, bersih dan indah. Komoditas yang dijajakan para pedagang tertata rapi. Semua kios dan los, mendapatkan akses jalan. Memudahkan pembeli untuk memilih kebutuhan yang diperlukan.
Neng Ela yang berjualan aneka empon-empon serta bumbu dapur, mematok harga Jahe (Zingiber officinale) Rp 36 ribu/Kg. Sementara di kios sayur Bang Dedi, menjual tomat Rp 5 ribu/Kg. ”Kalau yang besar harganya Rp 8 ribu,” tuturnya. Cabe rawit Rp 40 ribu/Kg. Harga daging sapi Rp 130 ribu/Kg.
Keramaian niaga, tidak hanya terpusat pada bangunan induk Pasar Rakyat Juara saja. Tapi kawasan sekitar ikut tumbuh menjadi pusat perekonomian rakyat dan wisata kuliner. Sebagaimana di Toko Kue Alam Jaya misalnya, yang jaraknya relatif agak jauh dari bangunan pasar, ikut laris didatangi pembeli. Kue Bolu produknya, terkenal enak dan lezat.(Bambang Pur)