blank
Lamine Yamal, Foto: dok/instagram

blankOleh: Amir Machmud NS

// dia memandang bulan/ ingin memeluknya/ entah kapan dia menjelma/ menjadi bulan/ bertahta di atas sana…//
(Sajak “Lamine Yamal”, Februari 2025)

FOTO yang pernah diunggah sang ayah itu menyuguhkan ceritera bersejarah.

Bayi Lamine Yamal dimandikan oleh Lionel Messi, pemain yang kini diakui dunia sebagai The Greatest of All Times (GOAT). Dan, rata-rata orang menyatakan, Yamal adalah calon paling pas untuk menggantikan Messi.

Foto yang viral di tengah Euro 2024 itu seperti menjawab pertanyaan masyarakat sepak bola dunia: siapa kelak penerus Messi, yang dalam usia 37 diperkirakan bakal pensiun selepas Piala Dunia 2026. Rupanya ayah Yamal, Mounir Nasraoui mengimpikan, anaknya kelak bisa menjadi “titisan” Messi.

Kini, semua tak ragu menunjuk Lamine Yamal, yang tahun lalu meraih Kopa Trophy dan Golden Boy sebagai Pemain Muda Terbaik Dunia.

Rodri, teman senegaranya yang mendapatkan Ballon d’Or, menegaskan, trofi prestisius itu kelak akan menjadi milik Lamine Yamal.

Ya, impresivitas penampilan yang mengantar Spanyol menjadi juara Euro 2024, dan performanya yang brilian di tengah para bintang senior Barcelona, memosisikan Yamal sebagai kandidat terkuat pengganti Messi. Kebergatungan pelatih Hansi Flick kepada anak ajaib itu mulai dirasakan. Dia salah satu kunci yang mengembalikan Barcelona sebagai pimpinan klasemen La Liga.

Deretan The Next Messi
Yamal menjadi nama utama di antara berderet pemain yang pernah dinobatkan sebagai The Next Messi.

Sama seperti dulu, penginspirasian New Pele, lalu New Maradona, nama-nama yang berjejuluk New Messi juga tak sedikit; namun semua tak memuncak dan menjajari kemampuan La Pulga.

Dulu kita mengenal “Maradona dari Carpathians” sebagai predikat untuk bintang Rumania, Gheorghe Hagi. Atau “Maradona Sungai Nil” Hissam Hassan. Juga harapan besar yang melekat pada sejumlah bintang Argentina: Pablo Aimar, lalu Javier Xaviola, Ariel Ortega, Carlos Tevez, juga Leo Messi yang digadang-gadang menjadi penerus Maradona. Dia bahkan mendapat julukan Messidona.

Yang terbaru, wonderboy yang dilekati predikat sebagai New Messi adalah Claudio Echeverri, kapten timnas U17 Argentina. Lalu Ibrahim Rabbaj, pemain Akademi Chelsea berdarah Inggris-Maroko yang memiliki pergerakan, gaya, dan tampilan persis Leo Messi. Sedangkan yang mentas sebagai bintang dengan level tersendiri adalah Mohamed Salah, “Messi dari Mesir” yang menjadi andalan Liverpool.

Takefusa Kubo dan Lee Seung-woo yang juga pernah disebut sebagai “Messi Jepang” dan “Messi Korea”, berkembang tak sebesar harapan. Di Barcelona, Ansu Fati yang awalnya sangat menjanjikan, akhirnya tak memuncak karena banyak terlilit cedera. Fati pernah dipinjamkan ke Brighton Hove and Albion di Liga Primer, namun tak sukses unjuk kehebatan.

Ansu Fati tak bergerak ke peningkatan performa untuk menuju ke “maqam” Messi, sampai kemudian Barcelona memperkenalkan wonderkid produk Akademi La Masia yang kemudian meroket pada usia 17, Lamine Yamal. Xavi Hernandez-lah yang memromosikannya ke tim utama.

Saya masih mencatat pernyataan pelatih tim nasional Spanyol, Luis de la Fuente, “Kami menemuinya di Spanyol. Dia pentolan tim junior dan pesepak bola dengan kekuatan luar biasa, seolah-olah disentuh oleh tongkat sihir Tuhan. Dia berbeda…” (goal.com, 1 September 2023).

Narasi De la Fuente itu boleh jadi hiperbolik: “tongkat sihir Tuhan”, namun saya menangkapnya lebih sebagai ungkapan kegembiraan ketika dia menemukan “perbedaan” ketika menyusun elemen-elemen kekuatan skuad nasional.

Dalam laga kualifikasi Euro 2024, 8 September 2024 Spanyol vs Georgia, Lamine Yamal mencatat rekor sebagai pemain termuda (16 tahun 1 bulan 26 hari) di tim juara Eropa 2008, 2012 dan juara dunia 2010 itu. Dia memperbarui rekor Gavi (17 tahun 62 hari).

Sejarah sudah ditoreh ketika dalam usia 15 tahun 290 hari, Yamal menggantikan Gavi pada menit ke-83 dalam laga melawan Real Betis di musim 2023-2024 La Liga. Pelatih Barca waktu itu, Xavi Hermandez sudah mulai menampilkan Yamal di awal musim. Dia menjanjikan pengaruh kuat bagi permainan La Blaugrana.

Dalam turnamen Joan Gampar Trophy melawan Tottenham Hotspur, yang dimenangi Barcelona 4-3, Yamal bermain hebat. Lalu dia menjadi man of the match ketika menundukkan Real Villareal 4-3 dalam pertandingan reguler La Liga di Stadion De La Ceramica.

Yang istimewa, lantaran impresivitasnya, Yamal mendapat standing ovation dari suporter Villareal. Ketika digantikan oleh Ansu Fati pada menit ke-76, gemuruh fans lawan menandai kehadiran bintang baru La Liga.

Ketika Spanyol menundukkan Prancis 2-1 dalam semifinal Euro 2024 di Allianz Arena, Muenchen, 10 Juli lalu, bocah berdarah campuran dari ayah berdarah Maroko dan ibu dari Guinea Ekuator itu menjadi pusat perhatian dunia.

Yamal menjadi pahlawan penyama skor ketika Spanyol tertinggal 0-1 dari Prancis. Mengecoh Adrien Rabiot, dia mengirim bola dengan kaki kiri ke gawang Mike Maignan. Tendangan lengkungnya bersarang indah ke pojok atas kanan gawang. Dia terpilih sebagai man of the match.

Di Euro 2024 dia mengukir rekor sebagai pemain termuda yang tampil dengan usia 16 tahun 338 hari. Yamal mematahkan catatan pemain Polandia, Kacper Kozlowski yang berusia 17 tahun 246 hari di Euro 2020.

Dia membukukan rekor demi rekor. Di fase gugur, dengan usia 16 tahun 353 hari Yamal memperbarui rekor gelandang Inggris, Jude Bellingham saat mengalahkan Georgia 4-1.

Gol indahnya ke gawang Prancis juga menambah rekor. Yamal menjadi pencetak gol termuda sepanjang sejarah, 16 tahun 262 hari, memperbaiki rekor pemain Swiss Johan Vonlanthen yang dalam usia 18 tahun 1.451 hari mencetak gol ke gawang Prancis di Euro 2004.

Dalam catatan turnamen mayor, dia mengalahkan rekor Pele sebagai pencetak gol termuda saat berusia 17 tahun 244 hari di Piala Dunia 1958.

Sikap Percaya Lewy
Sikap percaya Robert Lewandowski kepada Yamal sebagai partner sungguh sangat “ngemong”. Tak jarang bintang asal Polandia itu memberi advis kepada rekan mudanya itu.

“Dia masih 15 tahun. Dan, pertama kali dalam hidup, saya melihat seseorang yang begitu cemerlang di usia muda. Mustahil untuk menjadi begitu baik, begitu pintar di usia ini,” ucap Lewy.

Bagi dia, kedisiplinan dan kerja keras akan mnjadi kunci, apakah Yamal bisa konsisten di level tertinggi pada masa depan karier sepak bolanya.

Kini, Yamal menjadi gantungan Barcelona, seperti yang dulu melekat pada Lionel Messi. Belum lama ini, Planet Football membuat perbandingan antara keduanya, setelah Yamal membukukan 100 penampilan di level klub dan timnas.

Kemenangan 1-0 Barca atas Rayo Vallecano di La Liga, dua pekan lalu, menjadi momen tersendiri. Itu menjadi penampilan ke-100 Yamal di tim senior, 83 di antaranya di level klub, 17 laga lainnya bersama timnas Spanyol.

Dia berada di usia 17 tahun saat melakoni laga melawan Rayo Vallecano, Februari 2025. Dia mengukir 21 gol, dan 30 assists. Menit per gol: 318,1, dan menit per gol/assist: 131. Dia meraih trofi La Liga (1), Euro (1), dan Supercopa de Espana (1).

Sedangkan Messi berada di usia 20 saat laga ke-100 laga, yang dicatat saat melawan Atletico Madrid, Oktober 2007. La Pulga mencatat 40 gol dan 13 assists. Menit per gol: 161.4, dan menit per gol/assist: 121.8, Messi membukukan trofi La Liga (2), Supercopa de Espana (1), dan Liga Champions (1).

Perbandingan seperti itu merupakan tren mediatika yang akan terus berlangsung, sebagai bagian dari upaya media mengangkat semua segi tentang pembeda-pembeda bagi kedua sosok luar biasa itu.

Bagusnya, Yamal tak terpengaruh dengan pembandingan itu. Dia tetap mencoba menjadi diri sendiri. “Messi pemain terbaik dalam sejarah. Dibandingkan dengan dia berarti saya melakukan hal yang benar, namun saya ingin menciptakan jalan saya sendiri,” katanya kepada Mundo Deportivo (bola.net, 22/2).

Menurutnya, Messi tidak bisa disamakan dengan siapa pun. “Messi adalah pemain terbaik dalam sejarah,” ungkap Yamal yang bertekad menciptakan identitas sendiri dan terus berkembang.

Dunia sepak bola mengakui, Yamal adalah bintang terdekat yang diyakini menggantikan Messi, setelah semua calon “next Messi” gugur sebelum mencapai posisi yang diharapkan…

Atau setidak-tidaknya meraih “maqam” bergengsi tersendiri, seperti yang kini ditempati Mo Salah…

Amir Machmud NS; wartawan Suarabaru.Id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah