SEMARANG (SUARABARU.ID)– Dengan dipukulnya Bedug Ijo Mangunsari beberapa kali, menandakan tradisi tahunan Dugderan telah terlaksana dengan lancar dan meriah. Kegiatan itu terlihat di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Jumat (28/2/2025) sore, disaksikan ribuan masyarakat.
Tradisi Dugderan merupakan budaya keagamaan yang ada di Kota Semarang, dalam rangka menandai datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi Dugderan sendiri sudah berlangsung sejak 1881 silam.
Kata dugder yang berasal dari suara tabuhan bedug dan dentuman meriam itu, kemudian oleh masyarakat disebut Dugderan.
BACA JUGA: Agustina Wali kota Semarang Ajak Umat Muslim Jalankan Puasa dengan Sabar dan Tulus
Pemukulan Bedug Ijo Mangunsari pada dugderan kali ini, dilakukan sekitar pukul 17.50 WIB, oleh Sekda Jawa Tengah Sumarno, yang berperan sebagai Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja.
Menyaksikan pemukulan bedug antara lain, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, yang memerankan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum, Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin, Ketua PP MAJT Semarang sekaligus Ketua Baznas Pusat, Prof Dr KH Noor Achmad.
Hadir pula Ketua MUI Jateng yang juga Ketua Baznas Jateng, Dr KH Ahmad Darodji, pengurus MAJT, jajaran Forkopimda Jateng, serta ribuan warga yang turut meramaikan perayaan itu.
BACA JUGA: Kapolres Kebumen Siap Terima Kritik dan Masukan Demi Kebaikan
Rombongan Wali Kota Semarang tiba di MAJT Semarang sekitar pukul 16.30 WIB. Mereka berangkat dari Balai Kota Semarang, namun sebelum itu mereka singgah terlebih dahulu di Masjid Besar Kauman Semarang.
Begitu tiba di MAJT, digelar acara penyerahan Suhuf Halaqah dari Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbadiningrum (Wali Kota Semarang), kepada Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja (Sekda Jateng). Selanjutnya, Suhuf Halaqah dibacakan Kanjeng Raden Mas Tumenggung Prawirapradja, sebelum pemukulan Bedug Ijo Mangunsari.
Isi Suhuf Halaqah yakni, memberikan kabar Ramadan segera tiba, serta mengajak umat Islam untuk mengisi bulan suci ini dengan ibadah, memperbanyak amal, serta melakukan hal-hal bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa.
BACA JUGA: Bupati Lilis Nuryani Hadiri Pembukaan Dikmata TNI AD di Secata Gombong
Pada kesempatan yang sama, Prof Noor Achmad menyampaikan, Dugderan adalah tradisi yang baik, karena tujuannya menyampaikan kabar datangnya Ramadan. Selain itu, tradisi ini juga telah berlangsung selama bertahun-tahun.
”Kami dari pihak MAJT Semarang, akan terus melestarikan tradisi ini, agar tetap terjaga keberlangsungannya,” kata dia di sela acara.
Menurutnya, ada tiga alasan utama mengapa Dugderan layak dipertahankan. Pertama, tradisi ini memperkuat kerukunan dan persatuan. Dugderan menunjukkan, kekuatan budaya mampu merukunkan berbagai perbedaan. Artinya, tradisi ini dapat memperkuat elemen-elemen sosial dalam masyarakat.
BACA JUGA: Satgas Pangan Grobogan Cek Harga di Pasar, Cabai Capai Rp 90 Ribu/Kg
Adapun yang kedua, tradisi dugderan ini telah menjadi tradisi yang khas dan unik, bagi Warga Semarang menyambut Ramadan. Harapannya, semua masyarakat dapat ikut bergembira dengan datangnya bulan puasa.
”Yang ketiga, antusiasme masyarakat yang tinggi untuk datang dan menyaksikan langsung dugderan. Ini membuktikan, tradisi ini dinanti-nantikan masyarakat. Pengunjungnya begitu banyak. Itu terlihat sejak dari Balai Kota Semarang dan Masjid Besar Kauman, hingga tiba di MAJT,” tutur Prof Noor lagi.
Sementara itu, Sekda Jateng Sumarno menambahkan, Dugderan bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi positif. Terutama bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
BACA JUGA: Seperti Apa Lamine Yamal “Menjelma”…
”Kami berharap, tradisi ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat. Tidak hanya dari Semarang, tetapi juga dari luar Jawa Tengah. Dengan begitu, acara ini bisa mendorong perekonomian, dan menjadi salah satu event wisata unggulan,” ujar Sumarno.
Di sisi lain, Wali Kota Agustina Wilujeng berharap, agar Dugderan dapat makin mempererat persatuan warga Kota Semarang, terutama setelah melewati masa pesta demokrasi. ”Semoga momentum ini bisa menyatukan seluruh warga Kota Semarang, agar bersama-sama membangun Semarang tanpa adanya sekat-sekat perbedaan,” pungkasnya.
Riyan