blank
Penyerahan makan gratis bergizi secara simbolis di SMP Negeri 1 Penawangan. foto: Tya Wiedya

“Ikhtiar mulia Presiden Prabowo untuk mencukupi Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak di Indonesia dan demi kepastian adanya jaminan masa depan bagi generasi muda Indonesia,” jelasnya kepada para wartawan usai kegiatan pembagian makanan gratis bergizi ini.

Wamen Dzulfikar Ahmad Tawalla mengatakan, meski masih 20 tahun lagi, momentum Indonesia Emas 2045, harus disiapkan dari sekarang.

Pelibatan tersebut, lanjut Dzulfikar Ahmad Tawalla, untuk memberdayakan mantan PMI agar tetap eksis pascapensiun dari pekerja migran.

Dalam program tersebut, keterlibatan yang ada tergantung kesiapan masing-masing. Jika memang siap distribusi atau kontribusi dapur, maka para pekerja migran ini pun bisa mengambil peran masing-masing.

“Dengan adanya kerjasama dan gotong-royong ini bisa sama-sama memberikan kontribusi sesuai standar yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Indonesia tambahnya, ” ujar Dzulfikar Ahmad Tawalla.

“Kami berharap langkah ini tepat untuk menjadi yang terbaik buat generasi emas 2024 mendatang,” tambahnya.

Sasaran Anak Pekerjaan Migran

Para siswa yang mendapatkan makanan gratis bergizi ini mayoritas adalah anak dari pekerja migran asal Indonesia yang tinggal di wilayah Kecamatan Penawangan.

Makanan gratis bergizi ini juga memerlukan pengawasan kualitas gizi dan kebersihan makanan.

Wamen P2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla menjelaskan, dari 37 persen peserta pembagian makan gratis yakni SD MI, SD Wolo I, SD Wolo 2 dan SMP 1 adalah keluarga pekerja migran.

Ia berharap 37 persen dari keluarga PMI ini diharapkan bisa melibatkan para pekerja migran yang sudah pensiun.

“Mari kita sukseskan demi masyarakat yang hebat untuk generasi hebat membangun bangsa,” tambahnya.

Support

Sementara itu, Pujiono, Ketua BP3MI Jawa Tengah, menejaskan, selain mensupport pemerintah dengan program gizi, pihaknya juga menggelar pemeriksaan kesehatan gratis di Balai Desa Wolo.

Menurutnya, kegiatan ini tersebut dilaksakan di Penawangan, khususnya di Desa Wolo karena mayoritas warganya bekerja sebagai PMI.

“Setidaknya ada 300 pekerja migran dari Desa Wolo, ” kata Pujiono.
Tya Wiedya