blank
Seluruh pedagang mie ayam & bakso anggota Apmiso se-Jawa Tengah sudah menerapkan cara pembayaran cashless menggunakan QRIS. foto : hery priyono/sb.id

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Trend penggunaan QR code dalam setiap transaksi keuangan terus menyebar hingga ke mana-mana. Tak hanya digunakan di jaringan toko retail besar saja, namun juga ke pedagang – pedagang kaki lima.

Para penjual mie ayam ataupun mie bakso hingga bakso pentol d pinggir – pinggir jalan kini juga menerapkan sistem pembayaran digital atau cashless. Walaupun tetap saja melayani tunai jika ada pembeli yang membayar menggunakan uang fisik.

Iwan Budi salah satu penjual bakso pentol corah mengatakan, dirinya yang biasa mangkal di sekitaran Kampus Upgris Semarang Jl. Sidodadi Timur Semarang sering menerima para pembeli dari kalangan mahasiswa yang membayar menggunakan QRIS.

“Kalau pakai QRIS ini rata-rata mahasiswa sini (Upgris), yang seringnya bayar tinggal nyodorin HP (handphone) nge-scan QRIS-nya. Tapi saya juga tetap menerima kalau ada yang bayar pakai duit cash, tapi kadang repot kembaliannya kalau pas rame,” katanya.

Dirinya mengungkapkan, sejak adanya sistem pembayaran digital menggunakan QR code QRIS dirinya jadi terbantu mudah saat pembayaran. Selain itu dirinya tidak perlu memikirkan soal uang kembalian ataupun menyimpan uang dari berdagang pentol.

“Ya yang pakai QRIS dan yang bayar pakai duit (cash) itu fifty – fifty (50-50), biasanya yang milenial dan melek teknologi senangnya pakai QRIS, kalau yang bayar pakai duit biasanya yang generasi agak tua,” katanya.

“Kalau untuk saya sendiri sebagai pedagang lebih senang pakai QRIS, soalnya nggak harus repot soal kembalian dan tidak bawa-bawa uang (hasil jualan) saat selesai dagang, semua masuk ke rekening. Pembagiannya di pool gerobak juga mudah, otomatis dipotong dari rekening,” katanya.

blank
Gerobak pedagang bakso pentol corah & kuah, Mas Paijo Madiun, tertempel QR code dan sudah bisa menerima pembayaran secara digital menggunakan QRIS. foto : hery priyono/sb.id

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (Apmiso) Jawa Tengah, Lasiman, mengatakan, sejak dilakukannya sosialisasi sistem pembayaran digital cashless transaction menggunakan QRIS pada 2022, saat ini sudah ribuan anggota Apmiso yang memasang QR Code QRIS di gerobak dagangannya.

“Anggota kami (Apmiso) yang sudah pakai QRIS total ada sekira 15 ribu di Jawa Tengah, yang terbanyak di Kota Semarang sekitaran 3000-an. Itu semua gerobak sudah terpasang QRIS sebagai alternatif pembayaran,” katanya, Jumat 6 Desember 2024.

Lasiman tidak memungkiri, perkembangan teknologi zaman sekarang ini memang menuntut semua orang untuk bisa beradaptasi dengan keadaan. Begitupun bagi para pedagang yang kian hari juga dituntut untuk bisa memberikan kemudahan bagi para konsumen pembeli.

“Ya kalau dipikir sekarang ini yang suka nongkrong jajan di warung mie bakso atau di gerobakan kaki lima biasanya yang muda-muda, lha mereka itukan milenial melek teknologi semua, maunya yang praktis dan kekinian, seperti saat membayar makanan itu nggak perlu bawa-bawa uang di dompet, cukup dipotret (scan) QRISnya, selesai,” katanya.

Lebih jauh Lasiman juga berterimakasih kepada pemerintah yang mulai 1 Desember 2024 memberlakukan biaya Rp.0,- untuk semua transaksi pembayaran menggunakan QRIS dibawah Rp 500 ribu. Menurutnya kebijakan ini bisa meringankan anggotanya para pedagang mie bakso yang beberapa di antaranya belum menggunakan QRIS.

“Anggota saya itukan kadang kalau pakai aplikasi seperti QRIS itu kendalanya dinilai ribet dan masih ada potongan-potongan. Lha kalau dibebaskan biayanya setiap transaksi seperti ini justru akan memudahkan dan menarik pedagang lain yang belum pakai QRIS. Lagian kalau pakai QRIS ini jadi lebih mudah dan aman, tidak perlu nyimpan uang di gerobak dan nggak bakalan ketipu uang palsu,” katanya.

Terpisah, Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Jawa Tengah Nita Rachmenia, mengatakan, trend penggunaan layanan transaksi digital menggunakan QRIS ini terus meningkat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah.

Sejak diluncurkan pada 2019, pengguna QRIS di Jawa Tengah menjadi yang terbanyak ketiga nasional dengan 7,4 juta pengguna hingga akhir Oktober 2024 atau tumbuh 41,96% secara tahunan year-on-year.

“Secara volume transaksi menggunakan QRIS , Jawa tengah menjadi yang terbanyak kelima secara nasional, dengan pertumbuhan 461,87% (YoY),” katanya.

Lebih lanjut, Nita mengajak masyarakat untuk mulai membiasakan diri menggunakan transaksi digital menggunakan QRIS karena mempunyai keunggulan, seperti kecepatan transaksi dan lebih aman karena tidak perlu lagi membawa uang tunai (cashless).

“Kanal QRIS benefitnya atau manfaatnya banyak. QRIS juga dapat memitigasi risiko peredaran uang palsu. Saat ini QRIS masih menjadi metode paling aman untuk bertransaksi,” katanya.

HP