Kemudian setelah hendak pulang, juga tidak ada petugas yang mengadang pengunjung untuk minta ongkos parkir. Memang, di sana tersedia kotak persembahan, dan tidak ada ketentuan minimal harus memasukkan berapa rupiah.
“Kalau di tempat wisata, parkir menjadi salah satu pendapatan yang besar sehingga harus ada petugasnya, tiket parkirnya. Tetapi di sini tidak ada. Kita memasukkan persembahan di kotak dengan kerelaan kita. Bahkan, tidak memasukkan pun tidak apa-apa,” ujar Tony yang mengaku sering datang ke sini.
Dia mengaku beragama Kristen, tetapi sering datang ke sini. “Saya bukan Katolik, tetapi saya sering datang ke sini mengajak keponakan-keponakan, menikmati Gua Maria Kerep yang sejuk, indah. Saya juga berdoa sesuai agama saya di sini, terasa nyaman di tempat yang religius dan sejuk ini,” ujarnya.
Selain itu, setelah menikmati keindahan Taman GMKA, Tony dan rombongannya naik ke bangunan berlantai dua di lahan parkir, tempat yang disediakan untuk berjualan makanan. “Kami biasa makan bakso di sini. Keponakan-keponakan banyak yang suka makan sate kelinci, pecel, dan tentu saja ronde,” ujarnya.
Dalam perbincangan dengan penjual di sini, didapat informasi bahwa mereka mendapatkan kios secara gratis. “Sejak awal saya berjualan di sini tidak pernah membayar harga kios, tidak ada ongkos sewa.Pengelola hanya mengenakan biaya Rp 100.000 per tahun untuk perawatan,” ujar Santi.
Dia mengatakan, hari Sabtu dan Minggu biasanya ramai, karena banyak umat katolik yang datang untuk berdoa. Bahkan sampai malam banyak juga yang berkunjung ke sini.
Di pintu keluar lahan parkir kitab isa menemukan kis-kis yang berjualan suvenir seperti kaos, patung-patung kecil, lilin, gelang, kalung, cincin, dan perhiasan lainnya. Kemudian di luar kita juga bisa membeli oleh-oleh seperti alpukat, sukun, petai, dan sayuran untuk dibawa pulang.
Nah, selain menjadi tempat kegiatan keagamaan, sebagai lokasi wisata religi, Gua Maria Kerep Ambarawa menawarkan pengalaman menjelajahi keindahan alam. Kita bisa menemukan aneka tanaman, bahkan ada beberapa yang termasuk langka, misalnya pohon kemiri. Pengunjung dapat berjalan-jalan santai di jalan setapak yang mengelilingi gua, sambil menikmati indahnya anggrek bulan yang menempel di pohon, udara segar dan pemandangan hijau yang menyegarkan mata.
Desember segera tiba, umat Kristiani bisa menjalani libur Natal di tempat ini, sekaligus mengenangkan perjalanan hidup Yesus Kristus.
Umbu Franklyn-R. Widiyartono