KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Kebumen kehilangan salah satu tokoh politisi dan intelektual. KH Drs Cholidy ibhar MA, tokoh PKB dan akademisi IAINU Kebumen, telah berpulang pada Selasa (5/11) pagi di usia 63 tahun.
Karangan bunga dari berbagai kalangan terpajang di rumah duka Jalan Kusuma Kebumen. Tagar di media sosial dan jejaring sosial juga dipenuhi ucapan duka cita untuk pria yang juga mantan Ketua DPC PKB Kebumen dan mantan Wakil Ketua DPRD Kebumen 1999-2004 itu.
Cholidy, pria kelahiran Madura ini dikenal sebagai aktivis mahasiswa sejak di IAIN/UIN Sunan Kalijaga. Bahkan Cholidy juga sangat dikenal sebagai mantan ketua PMII Yogyakarta, lebih senior dibanding Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang juga kuliah S1 dan S2 di Yogyakarta.
Pria berkaca mata yang rajin menulis artikel, opini, dan buku ini selalu hangat dengan pemikiran segar saat berdiskusi . Ia menikah degang perempuan Kebumen dan sejak tamat kuliah menetap di daerah penghasil genteng Sokka itu.
Hingga daat ini Cholidy masih tercatat sebagai dosen IAINU (STAINU) Kebumen. Bahkan pernah menjabat Dekan Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen. Ia juga penasihat alumni IAIN Suka di Kebumen.
Di kalangan politisi dan pemerintahan, Cholidy yang semula aktif di PPP kemudian berlabuh ke PKB sejak partai yang dibdiani NU itu lahir. Bahkan Cholidy menjadi ketua DPC PKB Kebumen yang pertama.
Karier politik pria kutu buku ini tentu sangat manis saat terpilihmenjadi Wakil Ketua DPRD Kebumen 1999-2004, dengan mitra kerja eksekutif kala itu Bupati Rustringsih.
Rajin Ngantor dan Supel dengan Media
Meski hanya satu periode sebagai wakil rakyat di DPRD Kebumen, ia dikenal sangat kritis dan paling rajin hadir di ruang kerja Dewan. Bahkan setiap hari, kecuali hari libur, Cholidy selalu ngantor dan mudah dihubungi oleh media.
Adik iparnya, KH Dr Muhammad Bahrul Ilmie MHum di rumah duka menyatakan, Cholidy meninggal setelah sekian lama menderita sakit. Cholidy wafat pada Selasa (5/11) pagi, meninggalkan satu istri dan dua anak. Anaknya perempuan dan laki-laki, dan keduanya kini telah menjadi dokter.
Salah seorang pelayat, mantan Ketua KNPI Kebumen dr HM Budi Satrio MKes mengaku terkejut dengan meninggalnya Cholidy. Sebab dia masih sering berkomunikasi meski melalui media sosial dan jarang bertemu secara fisik.
“Beliau wawasannya luas karena memang literasinya juga sangat kuat. Sangat cerdas dan selalu enak diajak berdiskusi apa pun. Saya kehilangan teman baik,”ujar Budi Satrio yang juga mantan Kadinkes Kebumen dan kini menjadi direktur RSU Purbowangi Gombong.
Hal senada diungkapkan Ketua Pengurus Cabang GP Ansor Kebumen Ahmad Amin Mustofa. Pria yang juga menjabat sebagai Sekdes Adikarso itu mengaku, secara personal memang tidak membersamai karena beda generasi. Namun melihat spirit yang bersangkutan, Amin menilai Cholidiy sebagai sosok yang inspiriatif.
“Saya terakhir berkunjung ke kamar beliau beberapa waktu lalu, beliau sedang mengumpulkan bahan untuk menulis buku para tokoh pendiri PMII. Beliau juga salah satu penggaas nilai dasar PMII. Saya menilai beliau memberikan kontribus besar terhadap organisasi gerakan, baik Ansor maupun PMII. secara lokal maupun nasional.”
Amin pun memuji Cholidy Ibhar sebagai sosok yang lengkap sebagai tokoh pergerakan, intelektual dan politisi. Bahkan masa pergerakannya di mahasiswa lebih senior dibanding Muhaimin Iskandar.
Bahkan beberapa waktu lalu Menteri Desa Abdul Halim Iskandar (kakak cak Imin) saat berkunjung ke Kebumen didampingi Bupati Kebumen Arif Sugiyanto, juga sempat mampir ke kediaman Cholidy di Jalan Kusuma.
Komper Wardopo