blank
Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

Jawaban kedua mengapa orang kuwalat, yahhhh karena ia kena ing walat; yaitu  kena daya linuwih kang njalari kacilakan amarga nyenyamah.

Apa itu maksudnya? Kata kuncinya ada di nyenyamah: Barangsiapa suka nyenyamah wong mlarat, wong tuwa, orang-orang tak berdaya, janda-janda miskin, orang tertindas, dsb. besar kemungkinannya Anda akan kena walat, kuwalat.

Baca juga Urip (Jabatan) Iku Urub, Urup, atau Urut?

Sangatlah jelas makna nyenyamah, yaitu menghina, melecehkan, ngiwi-iwi, mengolok-olok, bahkan menertawakan sekali pun orang-orang kecil, lemah, miskin, menderita, difabel, dsb, Anda akan kuwalat.

Itulah mengapa, agama apa pun mengajarkan agar menaruh cinta kasih kepada orang-orang seperti itu, jangan justru nyenyamah karena kelemahan mereka. Mengapa? Kata-kata apalagi doa orang-orang kecil, lemah, miskin, menderita itu membumbung tinggi langsung sampai ke Allah, terdengar lantang olehNya. Karena itu, barangsiapa nyenyamah mereka kuwalat kowe.

Malati

Dengan kata lain, orang-orang KLMTD (kecil, lemah, miskin, tersingkir, difabel) tergolong orang  sing malati, yakuwi yen dicecamah jalari kacilakan; jika Anda sia-siakan, anda olok-olok, anda durhakai, anda perlakukan tidak adil; awas……………….Anda akan menikmati akibatnya, kuwalat.

Mungkin ada yang bertanya: Kapan saya nyenyamah, lha wong bersentuhan dengan mereka saja tidak pernah? Kapan saya pernah bertemu mereka, lha wong setiap saat kendaraanku mobil, tinggalku di gedung magrong-magrong serba mewah, sementara mereka itu kan tidak berada di situ?

Seraya bertanya begitu, mungkin sekali para pejabat itu lupa betapa para pejabat itu sering thas-thes sat—–set  ingkar janji dan/atau ingkar sumpahnya. Saat Anda ingkar janji dan/atau ingkar sumpah itulah, Anda dengan sertamerta nyenyamah mereka yang KLMTD.

Kuwalat pindho

Cerita ini dapat menjadikan Anda para pejabat kuwalat pindho manakala tidak menangkapnya baik-baik. “Art Fetting berkisah: Di Michigan, ada sekolah inklusi yang mengintegrasikan antara siswa-siswa yang difabel bersama dengan yang tidak difabel.

Ketika waktu istirahat tiba, seorang siswa berbicara keras-keras kepada seorang temannya: “Ayo Dani, kita lari  kesana, dan biarkan saja Tomi ini di sini, kita tinggalkan dia, karena cacat.” Mereka berdua cepat berlalu, dan ditinggalkannya Tomi. Perlahan-lahan Tomi menuju ke ruang guru, lalu bertanya: “Bu guru, apakah saya cacat?”

Bu guru memegangi bahu Tomi, katanya: “ Benar Tomi, kamu cacat.” Setelah jeda sejenak, guru melanjutkannya: “Tetapi Tomi, saya pun cacat, dan setiap orang yang ada di sekolah ini semua cacat. Tuhan tidak menciptakan seorang pun serba sempurna,  Tomi. Tetapi, ketahuilah Tomi, tak ada seorang pun  paling parah cacatnya,  kecuali dia yang sebenarnya bisa lebih mengerti tetapi tidak mau mengerti.

Itulah  jawaban ketiga mengapa ada saja orang kuwalat, yakni kuwalat akan terjadi pada diri orang yang selayaknya sangat mengerti dan mengetahui tetapi tidak mau tahu dan mengerti.

Selamat mengerti dan mengetahui jika tidak ingin kuwalat.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University