blank
Ilustrasi Pilkada 2024. Foto: Freepik

Oleh: Anik Solih 

blank

TAK banyak yang menyadari bahwa pada tanggal 15 Oktober kita akan memperingati Hari Perempuan Pedesaan Internasional. Meski belum sepopuler momen- momen peringatan hari lainnya tapi hari Perempuan Pedesaan Internasional yang dicetuskan oleh PBB pada Tahun 2007 ini tak kalah penting maknanya dengan peringatan hari yang lain.

Sebab tujuannya adalah untuk mendukung perempuan dan anak perempuan pedesaan diseluruh dunia untuk membangun ketahanan pangan, ketrampilan dan kepemimpinan.

Dalam laporan terbaru UN women, diungkapkan bagaimana peran penting yang dimainkan oleh perempuan dan anak perempuan pedesaan dalam sistem pangan dunia yakni menopang penghidupan keluarga, masyarakat bahkan dunia, namun mereka tidak memiliki kekuatan yang setara dengan laki-laki dan akibatnya mereka memperoleh pendapatan yang lebih sedikit dan mengalami kerawanan pangan yang paling tinggi. Selain itu perempuan juga merasakan dampak lainnya yakni kekerasan serta ancaman-ancaman ketidakadilan,ketidaksetaraan dan minim kesejahteraan

Pilkada serentak 2024 ini mestinya menjadi momen strategis untuk mewujudkan cita dan janji kesejahteraan rakyat terutama perempuan dan anak. Di Provinsi Jawa Tengah mayoritas perempuan dan anak tinggal di pedesaan. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah, jumlah desa di Provinsi Jawa Tengah 91 % wilayahnya merupakan desa, yakni mencapai 7810 desa ,sedangkan kelurahan sejumlah 753 .

Dengan demikian komposisi ini harus menjadi catatan penting bagi seluruh calon kepala daerah yang sedang berkompetisi , terkhusus dalam pilkada Jawa Tengah , agar pilkada ini dapat menjadi sarana menuntaskan dan mengentaskan sejahteraan perempuan dan anak.

Cerminan Pemilu 2024

Berkaca dari hasil pemilu nasional 2024 , Perempuan terpilih di DPR RI sejumlah 127 orang dari total 580 orang, atau setara dengan 21,9 %, konon ini adalah capaian jumlah terbanyak sepanjang sejarah pemilu pada era reformasi.

Sementara jumlah perempuan terpilih DPD RI untuk provinsi Jawa Tengah sejumlah 2 orang dari 4 orang atau setara dengan 50 %. Perempuan di DPRD Prov Jawa Tengah sejumlah 24 orang dari 120 orang atau 20 % , sementara jumlah perempuan anggota DPRD di 35 Kab Kota rata-rata 16 %, dengan jumlah terbesar di Kabupaten Pemalang yaitu 15 anggota legsilatif perempuan dari total 50 anggota dewan atau sebesar 30 % paling sedikit Kota Salatiga dengan hanya 2 Perempuan dari 25 anggota dewan atau hanya sebesar 7%. Semua angka rerata ini masihlah jauh dari harapan minimal yaitu 30 % keterwakilan perempuan.

Kehadiran Perempuan dalam Pilkada

Harkat dan martabat perempuan dalam pemilu legislatif telah diatur dalam undang-undang pemilu dengan mengakomodir sekurang-kurangnya 30 % perempuan dalam kepengurusan partai politik dan di dalam daftar calon tetap. Namun pada kontek pilkada, spirit affirmasi ini memang tidak di tentukan, misalnya tidak ada kewajiban bagi parpol agar dalam mendukung dan mengusung pasangan calon kepala daerah harus mencantumkan perempuan. Bahkan dalam penyusunan visi misi dan program juga tidak ada aturan yang secara spesifik harus mecantumkan program.yang berpihak pada perempuan.

Meskipun demikian, karena fakta kehadiran perempuan yang sangat signifikan, baik dari sisi jumlah, peran kesejarahan, peran dalam kemasyarakatan dan regulasi Pemilu yang telah mengaturnya, maka spirit peningkatan peran dan perhatian terhadap kesejahteraan perempuan tidak lantas diabaikan pada perhelatan pemilihan kepala daerah. Pilkada Jawa Tengah ini justru harus menjadi peta jalan bagaimana agar demokrasi yang lebih adil bagi perempuan di wujudkan, dengan kejelasan visi. Misi program yang nyata berpihak pada kepentingan perempuan.

Pada sisi kontestasi, kita dapat mecontoh Jawa Timur, Pilgub Jawa Timur sangat berparas perempuan, dimana ketiga calon gubernur adalah perempuan. Berbeda halnya dengan Pilgub Jawa Tengah yang paska era wakil gubernur Rustriningsih, sejak itu tak satupun perempuan hadir dalam Pasangan calon Gubernur Wakil Gubernur, kenyataan ini tentu saja menyesakkan dan menjadi ironi mengingat bahwa sebetulnya sejarah Jawa Tengah adalah Sejarah Perempuan, tidak lepas dari kehadiran tokoh-tokoh perempuan.