Sebab, pemeriksaan HIV tahap awal dapat membantu dokter memberikan penanganan segera, sehingga komplikasi dan risiko penularan pada bayi bisa dicegah. Pemberian ASI dari ibu yang terjangkit HIV/AIDS juga sama berisikonya untuk menularkan penyakit tersebut pada bayi.
Studi belum lama ini menyebutkan bahwa, ibu tetap dapat memberikan ASI secara langsung kepada bayinya selama periode menyusui (direct breastfeeding).
Hanya saja, ibu wajib mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) secara berkala sesuai dengan anjuran dokter. Obat tersebut kabarnya cukup efektif untuk membantu menekan jumlah virus dalam darah, sehingga bisa menurunkan risiko terjadinya penularan.
5. Melalui seks oral
Cara penularan HIV yang tidak banyak orang tahu adalah seks oral. Ini merupakan aktivitas seksual dengan memberikan rangsangan pada organ intim menggunakan lidah, bibir, atau mulut. Aktivitas seksual ini dapat menularkan virus penyebab penyakit HIV/AIDS, apabila sedang mengidap sariawan, memiliki luka pada bibir dan mulut, serta bibir pecah-pecah.
Risiko penularan bisa lebih tinggi apabila pria mengeluarkan cairan ejakulasi atau sperma dalam mulut. Selain HIV, melakukan seks oral juga memungkinkan kamu terjangkit penyakit menular seksual lain.
6. Penggunaan alat bantu seks (sex toys)
Alat bantu seks (sex toys) dengan pemakaian bersamaan juga bisa menjadi cara penularan HIV lainnya. Risikonya semakin tinggi jika mainan tersebut tidak terjaga kebersihannya atau tidak menggunakan kondom sebagai lapisan.
Pakar menyebutkan bahwa virus penyebab HIV tidak bisa bertahan dalam waktu lama pada permukaan benda mati. Namun, alat bantu seks yang basah karena terkena sperma, cairan vagina, maupun darah tetap bisa menjadi media penularan virus kalau kamu memakainya secara bergantian.
Pastikan mainan seks yang kamu pakai selalu bersih, sehingga tidak berpotensi menularkan penyakit seksual lainnya. Sayangnya, pemahaman tentang bagaimana cara penularan HIV masih minim, membuat orang-orang tidak melakukan tindakan pencegahan.
Ning S