blank
Istana Garuda di IKN. Foto: ITB.ID

Desa juga kita dorong untuk mewujudkan SDGs Desa, diantaranya pendataan desa, pemetaan potensi dan sumber daya, dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai upaya mem-perluas kemitraan untuk pembangunan Desa. Pengembangan Desa wisata untuk pertumbuhan ekonomi Desa merata.

Penting kita dorong pula model pariwisata berkelanjutan dan community based tourism. Sebuah produk wisata yang ramah terhadap lingkungan, berpihak kepada masyarakat serta mensejahterakan masyarakat.

Pariwisata yang mengundang semua pihak –terutama anggota masyarakat– untuk mengelola sumber daya dengan cara yang memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika sambil memastikan keberlanjutan budaya lokal, habitat alam, keanekaragaman hayati, dan sistem pendukung penting lainnya.

Maka kemudian, menjadi tugas kita mengerjakan cita-cita bersama dengan beberapa hal, yaitu menjaga kualitas daya tarik wisata di desa wisata saat, merawat paket wisata on the spot  menjadi maupun virtual tour.

Juga, mengoptimalkan inovasi produk kreatif yang bisa dijual saat pandemi seperti (kuliner, olahan hasil pertanian dan peternakan, souvenir, merchandise), penyelenggaraan even secara virtual.

Dan, menyiapkan paket wisata yang unik localizes, small in size dan customize seperti paket wisata sehat, dan sebagainya.

Tantangan baru bagi desa di kawasan IKN bisa menjelma sebagai desa wisata tidaklah harus memiliki kekayaan alam atau objek wisata alam yang indah (instagramable). Yang lebih utama adalah creating value dengan cara creating uniqueness. Dengan kata lain desa harus menciptakan nilai lebih dengan keunikan yg dimilikinya.

Aktor dan Spirit

Misalnya, sebuah desa yang masih memegang teguh adat istiadatnya bisa dijadikan keunikan dan nilai lebih kepada wisatawan. Atau misalnya, desa yang masih memiliki arsitektur rumah khas asli dan terawat. Bisa juga penduduk setempat memiliki tradisi gotong royong atau kekhasan dalam bertani, berkebun.

Contoh lain, desa dengan tradisi budaya yang masih rutin dilakukan, termasuk tari-tarian, nyanyian, musik, dan budaya lain yang khas. Bisa berupa desa yang menjaga kebersihan dan kelestarian alamnya. Bisa pula desa yang memiliki tradisi membuat kerajinan khas daerah atau makanan khas daerah, dan lain sebagainya.

Desa dengan kualifikasi dan nilai plus seperti praktik di atas harus segera berbenah mempersiapkan diri serta mengolah potensi yang dipunyai untuk  menjadi mencuri haati para wisatawan.

Yang perlu dilakukan, antara lain mengedukasi dan melatih penduduk serta stakeholder terkait tentang kepariwisataan, meningkatkan kualitas keunikan desa, memperbaiki sarana prasarana desa, dan menyiapkan akomodasi yang layak dan bersih.

Selain itu, menyiapkan rumah makan khas daerah, menyiapkan transportasi lokal yang juga unik, menyiapkan pusat informasi desa serta petunjuk-petunjuk jalan yang jelas. Juga penting untuk bekerjasama dengan Pemda, travel biro serta pelaku pariwisata lainnya.

Faktor penting selanjutnya, yaitu strategi Marketing, Branding dan Promotion sebagai upaya selling the products. Cara ini efektif dalam memperkenalkan destinasi dan paket-paket wisata yang kita miliki.

Mendayagunakan media sosial, karena media ini jangkauannya luas. Lebih bagus kalau ada profil desa. Pemda bisa membantu share lewat akun sosmed pribadi maupun melalui akun Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota hingga Desa/Kelurahan.

Hal perlu dijaga agar pariwisata menjadi di-pundi yang tak ada matinya, yakni melalalui kehebatan 3C, yakni CEO Commitment atau komitmen dari pemangku kepentingan dalam mengembangkan desa wisata baik tingkat desa, kecamatan, kabupaten provinsi dan pusat dengan selalu memperhatikan masukan dari masyarakat.

Kemudian Competence pembangunan dan pengembangan Sumber Daya (Fisik dan manusia) dalam mengembangkan desa wisata serta Change agent melahirkan personal dan kelompok-kelompok yang akan menjadi agen perubahan di desa wisata.

Pariwisata merupakan salah satu pengungkit perekonomian negara, yang mampu mendorong dunia usaha dan industri kreatif. Di sini ada penyerapan tenaga kerja. Berarti terjadi penurunan angka pengangguran yang akan berimplikasi positif terhadap turunnya angka kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, mari kita bergotong-royong membangun pariwisata negeri ini mulai dari lingkup yang paling kecil. Kita tata kampung/desa kita atau sebutan lainnya, kita kelola desa kita menjadi destinasi wisata yang unik dan menarik.

Para akademisi akademisi harus berada di depan memberikan asistensi, membantu dan menjadi mitra untuk bergerak membangun desa wisata IKN. Membangun IKN penting, tapi aktor dan spirit di dalamnya juga tak kalah pentingnya.

Marjono, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah