blank
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah Fendiawan Tiskiantoro (kiri), Kurnia Adi, Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, dan Benovita Dwi Saraswati, Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir DKP Jawa Tengah saat ditemui di kantornya, di Semarang, Selasa 24 September 2024. (Foto: Diaz Abidin)
SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah memastikan proyek pengerukan sedimentasi pasir dan lumpur di laut Desa Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, tidak untuk diekspor.
Kepala DKP Jawa Tengah, Fendiawan Tiskiantoro menerangkan, hasil pengerukan sedimentasi di wilayah Morodemak untuk menambal pantai dalam rangka rehabilitasi lingkungan setempat.
Secara seremonial, rencananya akan dilakukan pada 12 Oktober 2024. Jangka waktu penggarapan selama lima tahun 2024-2029.
“Dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan pengerukan sedimentasi di Demak itu tidak akan diekspor. Sedimentasi itu akan digunakan untuk memperbaiki ekosistem di wilayah setempat,” kata Fendiawan di Kantor DKP Jawa Tengah, Kota Semarang, Selasa 24 September 2024.
Secara teknis, pertama, pengerukan sedimentasi laut akan digunakan untuk normalisasi alur pelayaran nelayan.
“Ketika masih kondisi sedimentasi tinggi, nelayan harus bergerak lebih jauh mencari ikan. Konsekuensinya jarak tempuh 2-3 jam. Akan lebih lama dan konsumsi BBM juga lebih banyak,” kata dia.
Dengan pengerukan sedimentasi itu, diharapkan aktivitas nelayan tangkap kecil bisa berjakan lancar.
“Apalagi ikan di sana itu terkenal bagusĀ  Aktifitas kapal-kapal dari daerah lain mungkin bisa mendaratkan hasil tangkapan ikan di Morodemak,” kata dia.
blank
Para pelajar SMPN 3 Wedung, Demak, praktik langsung menanam Mangrove di kawasan pesisir wilayah tempat tinggal mereka, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)
Rehabilitasi Garis Pantai dan Mangrove
Kurnia Adi, Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, menambahkan, ada potensi 572 ribu meter kubik sedimentasi di wilayah itu.
Hasil pengerukan sedimentasi itu akan digunakan menambal garis pantai yang hilang, hingga merehabilitasi ekosistem Mangrove yang rusak.
“Setidaknya ada tiga desa di sekitar yang akan direhabilitasi garis pantainya dan ekosistem Mangrove. Khususnya di Desa Morodemak, dan Purworejo,” kaya dia.
Teknisnya, garis pantai yang hilang akan diletakkan beton barrier di sisi terluar. Di sisi dalam akan dimasukkan sedimentasi, teknologi pancang bambu untuk menanam Mangrove.
Dengan begitu, diharapkan garis pantai yang terkena abrasi bisa pulih. Pun dengan tambak-tambak masyarakat juga bisa dipulihkan kembali meskipun membutuhkan waktu tak sebentar.
Potensi Sedimentasi Sayung-Wedung Demak
Benovita Dwi Saraswati, Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir DKP Jawa Tengah menyebutkan potensi sedimentasi di sepanjang garis pantai Demak cukup besar.
Dimulai dari sebelah Barat yakni Kecamatan Sayung, hingga Kecamatan Wedung di sebelah Timur.
“Potensinya 1,7 miliar meter kubik,” kata dia.
Setidaknya ada empat kecamatan di pesisir Demak yang terdampak abrasi. Di antaranya, Sayung, Karangtengah, Bonang dan Wedung.
Wilayah terparah saat ini di Kecamatan Sayung, di mana desa-desa tenggelam seperti Senik, Timbulsloko, dan lainnya. Begitupun dengam tambak-tambak warga.
Meski demikian, saat ini yang masih dalam masterplan rehabilitasi garis pantai memanfaatkan sedimentasi baru di Desa Morodemak, Kecamatan Bonang.
Diaz Abidin