𝗕𝗟𝗢𝗥𝗔 (SUARABARU.ID) — Dengan berbagai upaya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Blora berhasil mengembalikan 4.000 Anak Tidak Sekolah (ATS) ke sekolah formal.
Sementara itu, sekitar 1.000 ATS lainnya juga berhasil dikembalikan ke sekolah non formal, yakni melalui program kesetaraan paket B dan paket C.
Sekretaris Disdik Kabupaten Blora, Nuril Huda menjelaskan bahwa jumlah ATS di Blora sempat di angka 6.480.
Dari angka itu, dengan berbagai upaya yang dilakukan Disdik, ATS berhasil dikembalikan ke jalur pendidikan formal jumlahnya sekitar 4.000 anak, dan 1.000 anak dikembalikan ke jalur pendidikan non formal.
”Sisanya, sekitar 1.400 lebih ATS yang rata-rata berdomisili di luar kota masih terus kita upayakan untuk kembali bersekolah baik formal maupun nonformal / kesetaraan. Atau mungkin bisa dengan alternatif sekolah jarak jauh,” ujar Nuril Huda. Kamis, (12/9/2024).
Menurut Nuril Huda, berdasarkan survei yang dilakukan, ada beberapa penyebab ATS di Blora, diantaranya alasan ekonomi, akses mereka dengan sekolah cukup jauh, dan ini ditemui bagi warga yang tinggal di pinggir hutan.
Selain itu sebagian dari mereka, lanjut Nuril Huda, bekerja untuk membantu orang tuanya. Termasuk ada juga yang malas berpikir, dan disebabkan pengaruh lingkungan.
”Ada juga yang dikarenakan lantaran masih ada sebagian orang tua yang belum peduli pada pendidikan anak,” jelas Nuril Huda.
Aplikasi SILAT
Sementara itu, Kepala Bappeda Blora, A. Mahbub Djunaidi menyatakan, baru-baru ini Unicef datang ke Blora untuk melakukan pendampingan penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) di Bappeda Blora.
Dikemukakan, saat melakukan pendampingan itu, menurut Unicef, Blora termasuk percepatan penurunan ATS-nya bagus. Sehingga Blora diminta memaparkan program ATS yang menggunakan inovasi SILAT (Sistem Informasi Layanan Anak Tidak Sekolah) di Bappeda Provinsi Jawa Tengah.
”Hal itu sudah kami lakukan pada 29 Agustus 2024 lalu,” jelas A. Mahbub Djunaidi.
Sementara itu, Kepala Disdik Kabupaten Blora, Sunaryo menyampaikan bahwa selama ini penanganan ATS di Blora sudah cukup baik, dibandingkan kabupaten tetangga. Untuk itu tidak mengherankan jika sekitar bulan Mei tahun ini, ada beberapa kabupaten belajar penanganan ATS ke Blora. Diantaranya Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati dan Kabupaten Magelang.
Menurut Sunaryo, dari data yang disampaikan, ternyata angka ATS di Kabupaten Grobogan mencapai 7.500, sementara itu Pati jumlahnya ada sekitar 22.000 ATS.
“Saat ini hingga kedepan, Disdik akan terus mengambil langkah untuk meminimalisir jumlah ATS, dan Blora memang mencanangkan zero ATS,” kata Sunaryo.
Lebih lanjut, Sunaryo menjelaskan bahwa saat ini Blora sudah mempunyai aplikasi Sistem Informasi Layanan Anak Tidak Sekolah (SILAT). Dengan cara itu akan memudahkan untuk mencari data, by name by address, sehingga akan memudahkan pemerintah hingga mengintervensi.
Selain itu ke depan akan melibatkan, lanjut Sunaryo, stakeholder terkait, utamanya Dinas PMD Blora dengan memberdayakan desa karena merekalah pihak yang paling tahu kondisi warganya.
”Kondisi yang sulit juga, adalah penduduk dan warga Blora yang sudah menikah sehingga mereka tidak mudah diajak kembali ke sekolah. Namun demikian, program yang akan terus kita lakukan adalah gerakan “Ayo Kembali ke Sekolah,” tandas Sunaryo.
Kudnadi Saputro