Menjadikan masjid yang ramah jamaah. Foto: dok

Oleh: Dr H Nuridin SAg MPd & Dr Hj Ira Alia Maerani SH MH

PEMIMPIN terbaik sepanjang masa, Rasulullah Muhammad SAW, diutus Allah SWT untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, menyempurnakan akhlak, dan membangun peradaban mulia, yang didasarkan atas nilai-nilai Islam. Misi kerasulan inilah yang membawa konsekuensi pada keberadaan Agama Islam, yang menghadirkan rahmat serta membawa pada masyarakat berkeadaban.

Rasulullah Muhammad SAW di dalam mengemban risalah ini, menjadikan masjid sebagai basis gerakan dakwah untuk mengemban risalah tersebut. Masjid ditempatkan pada posisi strategis, yang tidak saja dijadikan sebagai tempat beribadah, tetapi masjid juga merupakan tempat untuk membangun peradaban Islam yang mulia.

Masjid pula yang dibangun oleh Rasulullah, ketika berhijrah dan menempati Kota Yatsrib, yang kemudian berubah menjadi Kota Madinah. Masjid menjadi gerakan dakwah Rasulullah, yang di dalamnya kemudian menjadikan masjid sebagai aktivitas bermasyarakat pada saat itu.

Sebagaimana dikutip dari laman https://www.itb-ad.ac.id/2023/03/15/fungsi-masjid-ala-rasulullah-dari-tempat-sholat-hingga-latihan-perang/, disebutkan bahwa, pada zaman Rasul Muhammad SAW, masjid dengan segala aktivitasnya, menyatu dengan realitas kehidupan.

Hal itu sesuai dengan kriteria pemakmur masjid yang terdapat dalam QS An-Nur (24) ayat 36-38, yaitu artinya: ”(Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan, dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang), laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”

Masjid dimaksudkan tidak hanya untuk melakukan shalat pada waktu yang ditentukan, tetapi juga untuk banyak fungsi keagamaan, sosial, politik, administrasi, dan budaya lainnya. Berikut kami merangkum selengkapnya beberapa fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW, yang menarik untuk diketahui.

Masjid sebagai tempat pelaksana peribadatan. Fungsi masjid pada zaman Rasulullah SAW yang utama dan masih terus berlangsung hingga kini yaitu, sebagai tempat pelaksanaan peribadatan. Umat Muslim pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat wajib berjamaah maupun shalat sunah.

Masjid berasal dari kata Sajada Yasjudu, yang berarti merendahkan diri, menyembah atau bersujud. Dengan demikian, sebagai tempat shalat dan dzikir kepada Allah SWT, merupakan fungsi utama dari masjid.

Masjid sebagai tempat pertemuan. Fungsi masjid pada zaman Rasulullah Muhammad SAW berikutnya yaitu, sebagai tempat pertemuan. Masjid menjadi tempat yang paling rutin digunakan Rasulullah SAW dan para sahabatnya, untuk bertemu. Rasulullah juga menjadikan masjid sebagai tempat mengumumkan hal-hal penting, yang menyangkut hidup masyarakat Muslim. Apapun itu, berkaitan dengan masyarakat dan acara-acara besar Islam juga diumumkan, agar semua orang mengetahuinya.

Masjid sebagai tempat bermusyawarah. Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, masjid juga digunakan sebagai tempat bermusyawarah. Baik dalam merencanakan suatu program maupun memecahkan persoalan yang terjadi.

Masjid sebagai tempat perlindungan. Fungsi masjid pada zaman Rasulullah Muhammad SAW selanjutnya yaitu, sebagai tempat perlindungan. Rasul dan para sahabatnya sering memberikan perlindungan atau jaminan keamanan bagi seseorang, bila dia masuk ke masjid.

Masjid sebagai tempat kegiatan sosial. Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya menjadikan masjid sebagai tempat kegiatan sosial, Misalnya mengumpulkan zakat, infak, dan sedekah melalui masjid, lalu menyalurkannya kepada para sahabat yang sangat membutuhkan.

Masjid sebagai tempat pengobatan orang sakit. Pada masa Rasulullah Muhammad SAW, perawatan dan pengobatan terhadap pasukan perang dilakukan di lingkungan masjid.

Masjid sebagai tempat latihan dan mengatur strategi perang. Disamping memusyawarahkan pengaturan strategi perang di masjid, dilakukan juga latihan dan membentuk prajurit atau mujahidin yang berkepribadian islami, dan memiliki kemampuan yang bisa diandalkan.

Masjid sebagai tempat dakwah dan madrasah. Rasulullah Muhammad SAW juga menjadikan masjid sebagai tempat untuk mengajarkan ilmu, yang telah diperoleh dari Allah SWT berupa wahyu. Ini berarti, masjid berfungsi sebagai madrasah bagi kaum muslimin untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Inilah yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW di Masjid Nabawi. Rasulullah di masjid itu mendidik umat Islam dari segala umur dan jenis kelamin, dewasa, remaja, anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan.

Bagi orang dewasa, mereka memanfaatkan masjid untuk tempat belajar Alquran, hadits, fikih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra Arab. Sementara bagi wanita, mereka mempelajari Alquran, hadits, dasar-dasar Islam dan keterampilan menenun atau memintal, dengan frekuensi seminggu sekali.

Sementara anak-anak belajar di serambi masjid dengan materi Alquran, agama, bahasa Arab, berhitung, keterampilan berkuda, memanah dan berenang.

Ramah Jamaah di Masjid Darussalam
Termotivasi dan terinspirasi atas kiprah masjid di masa Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat berkeadaban melalui kegiatan pendidikan dan sosial, maka Masjid Darussalam, Plamongan Indah, Semarang, mencoba membuat program yang dapat menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan kaum muslimin.

Masjid Darussalam terus mengembangkan diri untuk memberikan manfaat, minimal kepada masyarakat sekitar. Beberapa aktivitas yang sudah dilakukan di Masjid Darussalam di antaranya kegiatan shalat jamaah lima waktu.

Kegiatan shalat jamaah ini diikuti masyarakat sekitar Masjid Darussalam, juga para musafir, terutama para driver online. Ratusan jamaah dalam kegiatan peribadatan shalat lima waktu itu, secara istikhamah terus dilakukan dengan baik.

Bidang pendidikan Masjid Darussalam juga menyelenggarakan Taman Pendidikan Alquran (TPA), termasuk memberikan pelayanan tadarus bagi lansia, yang dilaksanakan setiap Senin sampai Kamis.

TPA untuk anak-anak dilaksanakan usai Shalat Ashar, dari mulai hari Senin sampai dengan Kamis. Sedangkan bagi lansia dilaksanakan usai Maghrib, mulai hari Senin sampai dengan Rabu.

Bidang dakwah Masjid Darussalam pun, rutin menyelenggarakan kajian. Di antaranya kajian kitab Riyadus Shalihin, yang dilaksanakan pada setiap Jumat malam usai Maghrib, kajian Kitab Bulughul Maram dilaksanakan setiap hari Sabtu usai Maghrib, dan kajian Sirah Nabawi dilaksanakan setiap hari Ahad usai Subuh.

Kegiatan dakwah bagi ummahat atau ibu-ibu, dilaksanakan kajian setiap bulan, yakni pengajian Anisa dan tadarus Alquran. Di samping kegiatan rutin itu, Masjid Darussalam juga menyelenggarakan pengajian dalam rangka hari besar Islam, seperti Isra Miraj, Maulid Nabi Muhammad, Nuzulul Quran, dan peringatan hari besar lainnya.

Bidang sosial Masjid Darussalam juga menyelenggarakan beberapa kegiatan. Seperti pemberian santunan untuk yatim piatu. Santunan ini diberikan untuk masyarakat sekitar Masjid Darussalam, untuk kebutuhan harian maupun dalam bentuk bantuan SPP sekolah. Lalu ada juga, santunan yang diberikan melalui Baitul Maal, dan santunan kepada yatim piatu, yang rutin diberikan setiap bulan.

Masjid Darussalam juga memiliki mobil jenazah, yang disiapkan untuk mengantar sampai ke pemakaman. Keberadaan mobil jenazah ini dinilai sangat membantu, karena fungsi yang diperankan benar-benar menjadi solusi atas ketersediaan moda transportasi bagi jenazah.

Kegiatan sosial lain juga dilakukan, melalui Jumat Berkah, yang menyediakan makanan bagi parajamaah Shalat Jumat. Demikian halnya Masjid Darussalam, juga menyediakan minuman teh dan kopi, yang bisa dinikmati para jamaah maupun musafir yang singgah di Masjid Darussalam secara cuma-cuma.

Keberadaan penyediaan minuman secara gratis ini sangat membantu, terutama bagi driver online yang butuh istirahat, sekaligus men-charger baterai handphone-nya, sambil menunggu penumpang yang akan menggunakan jasanya.

Beberapa kegiatan yang dilakukan di Masjid Darussalam sungguh merupakan ikhtiar, untuk menjadikan masjid yang ramah terhadap jamaah, dan masjid yang benar-benar berfungsi sebagai pusat pendidikan dakwah dan sosial.

Dengan demikian, maka keberadaan masjid benar-benar memberikanmanfaat yang konkret kepada masyarakat sekitar, sehingga masjid benar benar dapat menunjukkan kiprahnya dalam menjalankan dakwah Islam.

Dr Nuridin SAg MPd (Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unissula) & Dr Hj Ira Alia Maerani SH MH (Dosen Fakultas Hukum Unissula) —