Ada yang berpendapat, azimat atau penyembuhan secara batin itu untuk sebatas membangkitkan keyakinan. Benarkah? Dalam satu sisi itu ada benarnya, namun permasalahannya tidak sesederhana itu. Sebagai orang yang meyakini, Tuhan mengabulkan doa yang dipanjatkan hamba-Nya.
Keyakinan itu diperlukan namun itu bukan suatu jaminan. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Hibban, Nabi SAW bersabda, “Apabila berdoa, hendaklah dia membesarkan harapan terkabulnya, karena tidak ada sesuatu pun yang melebihi kebesaran-Nya.”
Keyakinan, logika itu memiliki keterbatasan, dan masih banyak hal yang belum mampu kita nalar. Ada yang berkomentar, air putih dari orangtua (dukun, tabib) yang diyakini pasien akan menyembuhkan penyakit, nilai kekuatannya ada pada keyakinan pasien itu sendiri.
Keyakinan hanya menyentuh hal-hal yang bersifat fisik. Untuk menyentuh yang lebih dalam, dibutuhkari ilmu lain. Makanya pernah ada yang berpendapat, sembuh atau sakit itu tergantung pada pikiran. Dia lalu bercerita, putranya mengaku alergi ikan laut, suatu saat anak itu diberi makanan dari ikan laut.
Karena dia tidak tahu yang dimakan itu dari ikan laut, alerginya tidak datang. Sekilas, konsep itu bisa diterima, lalu saya ajak beruji coba. Bagaimana kalau dia akan saya kerjain dengan memberi racun pada makanan di luar pengetahuannya.
Kalau dia tidak tahu adanya racun pada makannya, bagaimana nasibnya? Ternyata, dia tidak berani menerima tantangan itu. Berarti dia tidak percaya konsep yang ditawarkan, dan membuktikan keyakinan itu tidak bisa menyelesaikan masalah. Tentang ayat-ayat suci untuk doa atau amalan tertentu, seperti pengobatan?
Boleh-boleh saja asal untuk kebaikan. Beberapa hadis mengisahkan memanfaatkan ayat-ayat dan doa-doa untuk keselamatan, jaga diri, diperbolehkan. “Dan bagi Allah itu ada Nama-Nama yang indah (Asmaul Husna) maka berdoalah kamu kepada-Nya dengan menyebut Nama-Nama itu.” Allah kuasa melindungi hamba-Nya dari segala marabahaya. ***