ORANG desa yang tinggal di tempat yang indah sekalipun, tetap akan merasakan bahwa apa yang ada di sekitarnya adalah hal biasa. Udara yang sejuk, sawah hijau yang bulirnya mulai menguning, hutan dan kebun yang penuh tumbuhan menyejukkan.
Tetapi bagi orang kota, terlebih kota besar, yang sehari-harinya hidup dengan kesibukan kerja, kena macet di jalan, udara yang panas, dan keluhan lainnya tentu menjadi berbeda Ketika datang ke desa.
Segala kesibukan, ketegangan pikiran, kejenuhan akan terhapuskan saat berkunjung ke desa. Apalagi, desa yang sejuk, pemandangan serba hijau, dan penduduknya yang ramah. Apalagi di sana tersedia kuliner khas.
Nah, bagi Anda yang tinggal di kota dan merasakan kepenatan semacam itu, datang saja ke Desa Wisata Muncar Moncer di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung.
Pengunjung yang datang ke sini bisa menikmati wisata alam, budaya, dan objek-objek artifisial yang menarik. Sesampai di sini, pengunjung akan disuguhi Kawasan permukiman dengan hamparan terasering persawahan yang dikelilingi perbukitan melingkar.
Kopi Robusta
Kalau harus datang ke Desa Wisata Muncar Moncer, pengunjung mau apa, menikmati apa? Ya, kesejukan udara, hamparan luas sawah dan kebun. Oke, itu bisa juga didapat di tempat lain. Lalu apa lagi?
Kopi ya, kopi. Kopi juga ada di mana-mana, dan setiap daerah mengklaim sebagai penghasil kopi. Tetapi yang harap dipahami, kopi daerah satu dengan yang lain, itu berbeda.
Kandungan yang ada dalam tanah di setiap daerah, berbeda satu dengan yang lain. Itulah yang menjadikan cita rasa kopi berbeda.
Selain itu, cara pengolahan dan penyajian pun akan membedakan cita rasa kopi yang dinikmati oleh mereka yang meminumnya.
Kita bisa menikmati kopi ini dan suguhan kuliner lainnya di sini. Terlebih bila berkesempatan menginap di homestay milik warga, maka keramahtamahan akan sangat kita rasakan. Tersedia 15 homestay di sini dengan standar regular dan premium.
Kopi menjadi komoditas penting warga Muncar ini, meskipun mereka mengaku sempat frustrasi Ketika covid-19 menerjang empat tahun taun lalu. Lahan tanaman kopi tersebar di sana.
Kopi punya musim panen setahun sekali. Biasanya di rentang waktu Juli-Agustus. Sehingga kopi, buat warga dijadikan sebagai ‘pelarian’ sekaligus tabungan untuk kebutuhan-kebutuhan yang besar seperti menyekolahkan anak hingga merenovasi rumah.
Di hamparan kebun kopi, bis akita jumpai tanaman aren, yang oleh warga dimanfaatkan niranya untuk membuat gula aren dan gula semut. Dari pohon aren ini, bisa juga buahnya diolah jadi kolang-kaling, batangnya dilah menjadi tepung seperti sagu.