Ilustrasi. Foto: tangkapan layar-reka SB. ID

Oleh Marjono

KOTA Pahlawan (29/7) telah menjadi saksi heroiknya laga sepakbola piala AFF (Asean Football Federation Championship)  tahun 2024 Indonesia melawan Thailand. Kita tahu, Indonesia memegang rekor sebagai tim yang paling sering melaju ke final, namun tak pernah juara.

Skuad Garuda sudah enam kali tampil di laga puncak (2000, 2002, 2004, 2010, 2016, 2020), semuanya berujung kekalahan, di mana empat di antaranya kalah dari Thailand. Sedangkan Tim Thailand pemegang rekor juara AFF, yakni 1996, 2000, 2002, 2014, 2016, 2020, dan 2022.

Nampaknya, sepak bola masih menjadi magnet utama masyarakat dalam memperoleh kesehatan dan keriangan. Entah itu sepakbola piala dunia, sepak bola liga 1, liga 2. Sepakbola juga acap dikaitkan dengan rasa kebangsaan atau keindonesiaan.

Keindonesiaan hari ini bukan semata berjibaku berperang fisik melawan kolinial di jaman dulu, juga tak sebatas melumpuhkan teroris. Keindonesiaan tidak cuma berperang melawan narkoba, pun tidak saja berani menjadi generasi anti korupsi, gratifikasi dan pungli. Keindonesiaan bukan hanya saat menolak politik uang dalam gelaran pemilu atau tidak menggunakan kartu vaksin palsu. Begitu juga, keindonesiaan tak melulu taat membayar pajak.

Sikap dan aksi nasionalisme tak hanya dipagari pertempuran kita melawan hoaks, ujaran kebencian maupun yang berfrasa SARA. Tentu, semua bisa melakukan praktik keindonesiaan kapanpun, dimanapun sesuai kemampuan dan bidang masing-masing, termasuk kawan-kawan atlet yang berjuang pada laga AFF Tahun 2024 yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.

Aktualisasi keindonesiaan pada even AFF lebih ditunjukkan pada keteguhan dan semangat atlet membenamkan dirinya dengan menggenggam mental juara : bukan tidak pernah gagal, tapi tidak pernah menyerah dengan selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik.

Hal lain yang tak kalah penting adalah integritas yang mesti menjunjung tinggi kejujuran dalam meraih prestasi. Setingi apapun capaian prestasi, seberkilau apapun raihan emas yang diperoleh, namun jika cara mendapatkannya dengan cara yang rendahan, misalnya dengan memakai doping maupun dengan jalan menyuap, dll. Ketika itu terjadi, maka ia telah melakukan aksi yang jauh dari nilai keutamaan keindonesiaan.

Para atlet dalam mendukung sekaligus membawa nama harum negara, salah satunya dengan tetap menjaga ucapan dan perilaku yang mencerminkan budaya Indonesia. Menghargai, menghormati dan memandu serta membantu saat kontingen AFF lain mengalami kesulitan.

Intinya semua pihak yang terlibat dalam perhelatan seksi ini harus memberikan pelayanan prima. Cepat, mudah dan murah sekaligus ramah. Karena masyarakat kita kesohor dengan kesahajaan dan keramahan, termasuk keramahan birokrasinya.

Hal lain yang wajib diketengahkan, yaitu tidak melancarkan propaganda negatif yang memicu gesekan dan atau konflik horisontal di tengah tim atlet maupun masyarakat. Karena kalau mengobral kelemahan-kelemahan bangsa sama halnya dengan mencoreng muka sendiri.

Artinya, keindonesiaan itu mesti linear antara hati, lisan, dan tindakan. Pelatih dan atlet sehebat apapun, tapi ketika tak cakap menjaga kelakuannya, tak mampu mengendalikan emosinya, maka mereka pun dipastikan tak akan bertahan lama. Karena ribuan mata, jutaan telinga menyaksikan dan mendengar ulah mereka. Medsos pun berseliweran.  Konsekuensinya, maka sanksi disiplin, sanksi sosial maupun sanksi institusi diberlakukan.

Kita akui, perolehan medali atas jerih payah para atlet bakal menerbitkan kebanggaan, kehormatan dan mewanginya negara di panggung AFF, itu pun menjadi bagian keindonesiaan  Namun demikian, berjuang dan siap kalah juga bagian dari keindonesiaan.

Di sini, meski kita sudah berlaga habis-habisan, tapi ketika tim lawan jauh lebih unggul kemampuannya dan mencetak prestasi lebih gemilang, maka kita pun harus rela mengakui dan memberikan hormat kepada mereka.

Maka kemudian, sudah seharusnya seluruh elemen bangsa, dari pusat hingga desa, termasuk swasta, komunitas lainnya termasuk perguruan tinggi dan lembaga sekolah bahkan seluruh rakyat negeri ini layak mendukung sepenuhnya pergelaran sejak pra event-event-post event AFF.

Di luar itu, tentu era sekarang mendorong kita untuk terus memviralkan apa yang bisa kita jual dan pamerkan ke khalayak mancanegara, termasuk serunya, hebohnya juga keringat prestasi para atlet di dunia virtual.

Digitalisasi akan semakin memudahkan dan mempercepat peristiwa hari ini, kejadian di sini diketahui dunia. Ini menjadi kewajiban seluruh warga untuk memposting yang baik dan produktif. Termasuk membeli produk lokal, produk dalam negeri seperti jajanan, oleh-oleh, cinderamata, dll. Juga menjadi suporter yang tertib dan Tim Indonesia yang baik. Itu bagian aku cinta Indonesia, keindonesiaan kita pula.

Gelanggang Lain

Tak kalah keindonesiaannya lagi, adalah peran media masa, baik cetak, elektronik maupun on line. Sekurangnya menyediakan kolom atau halalamannya untuk desiminasi, jurnal perolehan  medali, pemberitaan lain tentang AFF 2024. Begitu juga media radio dan televisi penting menyiarkan dan atau menayangkan duel-duel sepakbola itu. Kita akui, media merupakan duta bangsa dan itu kontributor besar dalam membentuk nasionalisme.

Sekali lagi, AFF sebagai laga olahraga sarat mengandung nilai-nilai sportifitas, kerja sama, kejujuran dan fairplay. Seluruh negara peserta ingin nilai-nilai itu semua tidak hanya berlaku dan diterapkan pada event ini saja, tetapi lebih jauh lagi bisa menjadi karakter maupun perilaku harian. Nilai-nilai luhur tersebut harus selalu menjadi pedoman kita semua dalam melakukan sesuatu. It’s me. Inilah tuan rumah, Indonesia.

Kepada para atlet Indonesia, terus semangat dan berikan yang terbaik buat bangsa ini. Selalu bangkit dan memacu diri untuk terus bekerja keras, berlatih dan semakin baik lagi. Kesuksesan sejati ditentukan oleh dua faktor. Keyakinan dan tindakan.

Jens Raven pada menit ke-18 mengubah segalanya 1-0 untuk Indonesia. Meskipun Tim Nasional kita baru menggenggan juara AFF 2013 dan 2024, tapi kala musim AFF semua bisa berubah, burung colibri bisa berubah menjadi rajawali.

Dalam AFF, ada revolusi dan cinta yang tak pernah mati. Inilah bentangan keindonesiaan yang tak hingga. Terus maju dan jangan pernah ciut nyali! Sang juara tidak pernah patah semangat. Semangat berjuang Tim Garuda Muda. Selamat berjuang di gelanggang lain.

Marjono, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah