Diketahui, hingga bulan Juni 2024 ini, tercatat imunisasi di Jateng baru tercapai 37 persen yang seharusnya di angka 50 persen. “Kenapa belum tercapai. Ada hal teknis yang temen-teman itu sudah melakukan tetapi tidak mencatat dan melaporkannya, dan ini kita dorong. Ada juga karena perpindahan ke daerah lain di luar Jateng. Hal lain, saat liburan waktunya anak imunisasi mereka tidak melakukannya. Maka ini menjadi ‘PR’ untuk selalu dilakukan sweeping supaya target tersebut betul betul tercapai,” ungkap Yunita.
Yunita menegaskan bahwa sebanyak-banyaknya anak harus imunisasi. “Pengalaman kita, di beberapa daerah ada penolakan imunisasi. Yang namanya polio, satu orang tidak diimunisasi dan dia tertular kemudian menular kepada lainnya hasilnya adalah anak itu cacat,” ujarnya.
“Jadi imunisasi ini tidak bicara individual, tetapi komunitas. Kita khawatir ketika ada satu keluarga saja atau beberapa keluarga yang menolak, ini harus diminimalisir,” tandasnya.
Yunita mengajak kepada seluruh sektoral untuk bisa memberikan penjelasan, karena adanya beberapa penolakan itu disebabkan kurangnya pemahaman vaksin itu dari mana, prosesnya seperti apa, sehngga harus dijelaskan.
Perlu diketahui, memasuki tahun 2024 target cakupan imunisasi di Jawa Tengah masih rendah. Sampai dengan Juni 2024 imunisasi dasar lenglap (IDL) dan imunisasi baduta lengkap (IBL) masih di bawah target (50%). Banyak hal yang mempengaruhi masih rendahnya capaian imunisasi, diantaranya adanya pelaksanaan Sub PIN Polio pada Februari – Maret 2024 dan juga masih kendala pada maintenance aplikasi.
Selain itu faktor penyebarluasan informasi tentang imunisasi kepada masyarakat mengalami penurunan saat ini. Dengan berkembangnya sosial media masyarakat lebih tertarik kepada berita-berita hoaks yang tidak tahu kebenarannya.
Ning S