“Dengan kehadiran budaya baru yang baik, NTT bisa beralih dari ramah stunting menjadi provinsi yang kebal stunting,” pungkasnya.
Anton Petrus Weliand Nomleni, tidak ketinggalan memaparkan disertasinya yang menyoroti fenomena sosial di NTT. Melalui penelitiannya berjudul “Penyeludupan dan Perdagangan Ilegal (Smuggling and Illegal Trading) di Sabuk Merah Sektor Timur dan Sektor Barat Perbatasan Indonesia-NTT-Republik Demokrat Timor Leste (RDTL)”, ia mengemukakan latar belakang dan praktik perdagangan ilegal oleh masyarakat di area perbatasan Indonesia ini ke dalam 3 artikel berbeda.
Melalui ketiga artikelnya, Anton menyimpulkan bahwa kesulitan untuk menemukan mata pencaharian yang layak dan legal di tengah kebutuhan yang tinggi serta perbedaan harga, menjadi motif aktivitas ilegal oleh masyarakat lokal tersebut. Percepatan perwujudan zona perdagangan bebas oleh pemerintah dan pengembangan pasar tradisional, kemudian menjadi sebagian dari solusi yang ditawarkannya demi mereduksi aktivitas ilegal dan mendukung potensi lokal.
Di sisi lain, ketahanan pangan menjadi isu yang diangkat Stepanus Makambombu dalam disertasinya berjudul “Gerbang Hilu Liwanya dan Otonomi Pangan di Ekologi Sabana: Kajian Kebijakan Ketahanan Pangan di Indonesia Studi Kasus di Sumba Timur”. Sebagai seorang peneliti di Stimulant Institute Sumba yang telah banyak menghasilkan penelitian berkaitan dengan isu ketahanan pangan, kali ini Stepanus menyoroti perbedaan strategi dalam kebijakan pemerintah untuk menghadapi isu tersebut. Menurutnya, kebijakan yang tepat adalah dengan tidak mengabaikan potensi pangan lokal.
Sedangkan Danny Wibowo, membawakan disertasi berjudul “Strategi Pengusaha Mempertahankan Keberlangsungan Usaha di Flores Timur”. Penelitian oleh pria yang telah berkecimpung dalam perpajakan selama kurang lebih 34 tahun ini, menemukan bahwa keberlangsungan usaha dipengaruhi oleh 3 hal dasar yaitu pemanfaatan sumber daya, strategi Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan pertimbangan resiko.
Berdampak
Berbangga atas pencapaian kelima promovendus, Dekan FId sekaligus Ketua Prodi DSP, Prof. Daniel D. Kameo, Ph.D., dalam sambutannya mengucapkan selamat atas kesuksesan mereka sehingga mampu menempuh proses pembelajaran dan penelitian di Prodi DSP. Ia menyampaikan bahwa tema beragam yang dibawakan dalam yudisium kali ini, menunjukan luasnya cakupan pembelajaran studi pembangunan dalam mendukung pengembangan nasional.
Harapan tulus juga ia sampaikan kepada para doktor baru. “Saya berharap dimanapun kalian berada, kalian bisa berdampak pada dunia,” ucapnya. Sejalan dengan nilai-nilai UKSW yang mengedepankan kreativitas berdaya dampak, hasil penelitian kelima doktor ini diharapkan dapat menjadi kontribusi nyata akademisi bagi pencapaian Sustainable Deveopment Goals (SDGs) Indonesia.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT, Ir. Emelia Julia Nomleni. Berkesempatan memberi sambutan, ia berpesan agar kelima doktor dapat meneruskan semangatnya dalam menghasilkan lebih banyak penelitian. Selain itu juga mampu mengimplementasikan ilmunya bagi masyarakat luas.
Ning S