blank
Pementik diskusi, M. Dalhar, Hadi Priyanto, Fakhrudin Brodin dan pemandu dialog Didin Ardiyansyah pada Dialog Nilai-Nilai Keutamaan Ratu Kalinyamat, Rabu 3 Juli 2024 (Foto: Itta)

JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada yang menarik dalam acara Dialog Kebudayaan Nilai-nilai Keutamaan Ratu Kaliyamat yang digelar di Waroeng Mas Jenggo, Jinggotan, Kecamatan Kembang, Jepara, Kamis (3/7-2024). Ternyata walaupun Ratu  Kalinyamat telah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional tahun 2023, masih banyak yang perlu diluruskan soal pemahaman tafsir  masyarakat Jepara tentang  topo wudo sinjang rambut. Juga situs budaya yang  selama ini dianggap sebagai  tempat bertapa Sang Ratu setelah suaminya terbunuh dalam konflik perebutan kekuasaan Kasultanan Demak.

blank
Prosesi penyerahan selendang dari Bunda Sofi dari Sanggar Retno Kencana kepada Indra Dewi Ardiyansyah yang akan memerankan Ratu Kalinyamat dalam visualisasi pembuatan film dokumenter Inspirasi Indonesia yang tengah digarap oleh TVRI.. (Foto: Hadepe)

Hal tersebut mengemuka dalam sesi dialog yang dipandu oleh budayawan Didin Ardiansyah setelah tiga pemantik diskusi M. Dalhar,  Fakhrudin Brodin dan Hadi Priyanto menyampaikan paparannya. Kegiatan dialog budaya tersebut diikuti sekitar 50 orang peserta yang terdiri dari para kepala sekolah dan guru, petinggi Jepara  dan budayawan. Acara didukung Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Wakil Ketua DPRD Jepara Junarso serta Disparbud Jepara

blank
Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kapolsek Kembang Iptu Heru Setyawan SH memberikan apresiasi terhadap digelarnya dialog budaya. Foto: Hadepe

Pada acara ini juga ditampilkan  tembang macapat oleh  Lanang Nines dan Estungkara serta campursari oleh Ascarya Japaras. Juga  ada prosesi penyerahan sampur dari Bunda Sofi dari Sanggar Retno Kencana  kepada Indra Dewi Ardiyansyah yang akan memerankan  Ratu Kalinyamat dalam visualisasi pembuatan film dokumenter Inspirasi  Indonesia yang tengah digarap oleh TVRI.

blank
Sebagian kepala sekolah dan guru yang hadir pada dialog budaya Nilai-nilai Keutamaan Ratu Kalinyamat. Foto: Dimas

Karena itu menurut Fakhrudin, literasi sejarah sangat diperlukan agar kita tidak selalu terjebak pada acara serimonial. “Ada tiga yang kita dapat dari literasi sejarah  yaitu pencerahan, pengkayaan data dan tafsir serta Ilmu yang mencerahkan dan memberi pengkayaan perspektif  yang harus bisa digunakan untuk tindakan nyata, memberdayakan masyarakat dan bangsa sesuai dengan kebutuhan dan konteks kekinian,” ujar Fakhrudin yang akrab disapa Brodin.  Oleh sebab itu forum diskusi semacam ini perlu terus diselenggarakan.

blank
Tari pengiring prosesi penyerahan sampur. Foto: Hadepe

Sementara M. Dalhar mengajak peserta untuk lebih memahami Ratu Kalinyamat dalam perspektif sejarah untuk menepis kisah mitos dan legenda yang tidak produktif terhadap penguatan pemahaman nilai-nilai keutamaan  Ratu Kalinyamat di tengah-tengah masyarakat.  “Sebab nilai-nilai itu yang justru kita butuhkan dewasa ini agar bisa menjadi teladan masyarakat. Harus ada upaya nyata dari para pemangku kepentingan untuk menghadirkan nilai-nilai Ratu Kalinyamat   guna  menepis anggapan yang tidak tepat terhadap Ratu Kalinyamat,” ujarnya

blank
Ascarya Japaras saat melantunkan tembang campur sari. Foto: Hadepe

Lebih lanjut M. Dalhar mengungkapkan, dalam konteks kekinian Ratu Kalinyamat memiliki nilai nasionalisme yang sangat tinggi. “ Beliau  memiliki loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya. Beliau  juga sangat patriotik dalam menjaga kedaulatan negaranya. Walaupun kalah dalam peperangan melawan penjajah Portugis, namun spiritnya yang sangat antikolonialisme tak pernah padam. Disamping itu Ratu Kalinyamat juga memiliki spiritualitas yang tinggi yang nampak pada pembangunan masjid Mantingan serta telah menanamkan semangat persatuan dengan membantu dan bekerjasama dengan kesultanan lain. Visi besar untuk rakyat adalah nilai keutamaan ratu yang lain hingga masyarakat yang dipimpinnya sejahtera,” papar M. Dahhar.

Sementara Hadi Priyanto pegiat budaya dan penulis buku Ratu Kalinyamat Rainha de Jepara mengajak semua fihak untuk sungguh-sungguh menghadirkan nilai, gagasan dan spirit Ratu Kalinyamat dalam dimensi kekinian. “Jangan hanya mengenang  sosok Ratu Kalinyamat yang telah mati, tetapi yang utamanya adalah memetik gagasan dan spiritnya untuk menjawab persoalan masa kini,” ujar Hadi yang juga Ketua Yayasan Kartini Indonesia penggagas acara tersebut bekerjasama dengan Gandrung Projeck Jepara

Sementara Kapolres Jepara AKBP Wahyu Nugroho Setyawan dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kapolsek Kembang Iptu Heru Setyawan SH  memberikan apresiasi terhadap digelarnya dialog budaya tersebut. “Ini adalah bagian dari ikhtiar kita untuk pembangunan daerah yang berbasis pada kearifan lokal hingga  kondusifitas Jepara terus terjaga,” ujarnya.

Ini selaras dengan harapan Bapak Kapolda Jeteng Irjen Pol Ahmad Luthfi yang menekankan pentingnya keamanan dan ketertiban masyarakat terus dikembangkan, termasuk dalam Pilkada yang akan berlanagsung pada 27 November 2024, baik untuk pemilihan Bupati Wakil Bupati maupun Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Tengah.

Hadepe