Salah satu hewan qurban kerbau yang berada di masjid Menara Kudus.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Setiap momen Idul Adha, penyembelihan hewan qurban di wilayah Kudus selalu menjadi cerita unik dan menarik. Pasalnya, tradisi masyarakat Kudus untuk tidak menyembelih hewan qurban jenis sapi masih masih dipegang teguh sampai dengan hari ini. Bahkan jenis kuliner Kudus yang sangat terkenal seperti soto maupun sate semua menggunakan daging kerbau.

Proses penyembelihan kerbau di Masjid Menara Kudus.

Konon, tradisi masyarakat Kudus lebih memilih kerbau untuk dijadikan hewan qurban karena pesan dari Sunan Kudus. Apa sebenarnya alasan Sunan Kudus di balik larangan untuk tidak menyembelih sapi dan lebih memilih kerbau.

Kepada suarabaru.id, Kiai Aslim Akmal, salah satu pegiat sejarah Kudus mengungkapkan, kerbau tidak pernah lepas dalam kisah cerita tutur masyarakat Kudus, khususnya Kudus Kulon.

“Di momen hari Idul Adha, kerbau menjadi lambang sikap tepo seliro dalam bermasyarakat karena Kangjeng Sunan Kudus lebih memilihnya sebagai hewan yang dijadikan kurban”, kata pria yang akrab disapa Kiai Aslim ini.

Lebih lanjut Kiai Aslim mengatakan, Kangjeng Sunan Kudus mengajak para pengikutnya untuk tidak memilih sapi sebagai hewan kurban karena pada saat itu sapi masih menjadi salah satu lambang dewa yang disembah-sembah oleh para pemeluk Hindu.

“Dalam konteks kerbau sebagai kurban, sesungguhnya Kangjeng Sunan Kudus tidak pernah mengeluarkan fatwa melarang menyembelih sapi. Apalagi sampai mengharamkan. Kangjeng Sunan Kudus lebih mengajak kepada pengikutnya agar menghormati masyarakat Kudus lainnya yang mendewakan sapi”, terang Kiai Aslim yang juga salah satu pengurus Yayaysan Menara Kudus.

“Ajakan Kangjeng Sunan Kudus 600 tahun lalu tersebut pun masih dijalankan oleh hampir sebagian besar masyarakat Kudus hingga sekarang sebagai bentuk penghormatan kepada Beliau. Inilah ajakan Kangjeng Sunan Kudus yang merupakan ejawantah dari firman Allah Ta’ala QS. Al-Kafirun, 6 yang berbunyi:

لكم دينكم ولي دين

“Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku”

ua