Tiga penari Geol Denok berpose usai menyelesaikan pementasannya. Foto: dwiprie

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Bertempat di Taman Kedondong yang ada di Jalan Kedondong Dalam VI Lamper Tengah, Semarang, Selasa (11/6/2024), digelar sebuah acara budaya berupa pentas tari dengan nama Widya Tri Semar (Warisan Budaya Tari Semarangan).

Menurut Ketua Panitia Widya Tri Semarang, Khresna Shafeirza A, acara ini merupakan bagian dari upayanya untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Semarang kepada masyarakat luas. Khususnya pada tarian tradisional, yang menjadi ciri khas kota ini.

”Widya Tri Semar dirancang sebagai wadah untuk menampilkan berbagai tari Semarangan, yang kaya akan nilai seni dan sejarah. Salah satu tarian yang menjadi sorotan dalam acara ini adalah Tari Geol Denok, sebuah pengembangan dari Tari Denok Semarangan,” kata Khresna dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/6/2024).

BACA JUGA: Muka Bus Remuk, Bus Wisata Sekolah Kecelakaan di Tol Semarang ABC Tembalang

Dijelaskan dia, Tari Geol Denok menggambarkan kecantikan dan kelincahan perempuan Semarang, dengan gerakan yang dinamis dan anggun. Tarian itu juga mencerminkan kehidupan sehari-hari, serta kearifan lokal yang ada di masyarakat Semarang.

Disampaikan juga, Tari Geol Denok merupakan hasil dari kreativitas para seniman tari, yang ingin memberikan sentuhan baru pada Tari Denok Semarangan. Dengan tetap mempertahankan esensi dan gerakan dasar yang ada pada tari tradisional, Tari Geol Denok menambahkan gerakan-gerakan modern, yang membuatnya lebih menarik bagi penonton masa kini.

”Gerakan yang lebih bervariasi dan musik yang lebih berirama, menjadikan tarian ini sebuah perpaduan yang harmonis antara tradisi dan perubahan,” sebut Khresna.

BACA JUGA: Mulai dari Penjualan Seragam SMP di Kendal, Ombudsman Terima 10 Aduan Soal PPDB Sekolah di Jawa Tengah

Sejumlah pengisi acara melakukan foto bersama usai acara. Foto: dwiprie

Acara ini mencapai puncaknya, dengan penampilan memukau dari para penari Geol Denok, yang dibawakan sekelompok penari muda. Acara ini disambut dengan antusiasme tinggi dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum maupun pecinta seni tari.

Selain pementasan tari, di acara ini juga menyediakan berbagai kegiatan edukatif, seperti pameran kostum tradisional, dan diskusi budaya. Para peserta terutama anak-anak dan remaja, diberikan kesempatan untuk belajar langsung dari para penari, tentang teknik dan filosofi di balik gerakan Tari Semarangan.

”Warisan Budaya Tari Semarangan bukan hanya sebuah acara, tetapi sebuah gerakan untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya Semarang. Dengan menampilkan Tari Geol Denok dan berbagai kegiatan edukatif lainnya, acara ini diharapkan menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya lokal,” harap Khresna.

Dwi Prie