Mbah Wi sedang mengobati pasien. Foto: Dok Ahmad Masruri

USIANYA sudah uzur, Mbah Wi, begitu dia biasa dipanggil. Ingatannya sudah mulai berkurang seiring bertambahnya usia yang hampir menginjak 80-an tahun. Anggota veteran dari pasukan Hasbullah ini memiliki metode pengobatan yang tergolong unik.

Yaitu dengan besi merah membara, telapak kaki pasien direfleksinya. Caranya terkesan mudah, tetapi siapa berani menirunya. Melihat besi yang didekatkan dan sesekali disentuhkan pada telapak kaki pasien, siapa pun berpikir 1.000 kali.

Menurut mbah Wi, beberapa paranormal yang pernah mencoba meniru cara pengobatannya gagal dan hanya bertahan sesaat karena pasien yang diterapi dengan besi membara itu banyak yang cidera, mulai dari luka bakar ringan, bahkan ada yang melepuh kulitnya.

Penyakit Takut Panas

Setelah perang kemerdekaan, Mbah Wi mengembara tanpa  tujuan, yang penting keluar dari rumah dengan harapan nanti bisa memperoleh ilmu dari para guru atau sesepuh. Dalam pengembaraannya, dia  bertemu agamawan keturunan Arab.

Dia lalu berguru kepadanya dan dia disuruh menjalani berbagai riyadhah atau tirakat, mulai dari tafakur  malam hari, membaca wirid, puasa dan melek. Dan selama itu dia tidak pernah tanya untuk apa  puasa dan tirakat itu.

Dia manut saja, pokoknya berbaik sangka. Apalagi yang menyuruh itu orang baik, sehingga dia yakin tentu ada buahnya dikemudian hari. Dan ilmu pengobatan sengat besi itu diberikan terakhir, setelah ilmu dasar selesai dia lakukan.

Khusus untuk mendinginkan panas api, dia diberi amalan hizib hay (Al Hayyu). Menurut guru, setiap penyakit takut dengan hawa panas, terutama sakit yang berkaitan syaraf dan aliran darah untuk menguasai hizib hay itu dia diberi dua pilihan. Yaitu, puasa 41 hari atau diringkas tiga hari tiga malam.

Dan yang tiga hari tiga malam itu patigeni, tidak makan, minum juga tidak tidur. Setelah itu guru berwasiat agar  selama masih ingin memanfaatkan ilmu itu, harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan memperbanyak ibadah dan menolong sesama, dan tidak boleh mengotori diri dengan maksiat.

Kata guru, kalau dia melakukan dosa besar, terutama zina, ilmu semakin menipis hingga hilang sama sekali, sehingga tidak lagi berkah dan kalau dipaksakan untuk melakukan penyembuhan sengat bara api, yang kasihan pasiennya, karena kulitnya bisa terbakar.

Mbah Asnawi melakukan penyembuhan dengan cara cukup yang repot. Begitu ada pasien datang, segera menyalakan kompor gas. Beberapa kayu ikut dibakarnya agar memberikan reaksi panas yang lebih optimal.

Mbah Wi. Foto: Kod Ahmad Masruri

Setelah dua menit besi dipanaskan dengan kompor gas, begitu menyala besi sudah benar-benar memerah, pasien pun disuruh rebah pada ranjang yang disediakan dan besi itu ditempelkan sesaat pada bagian telapak kaki.

Terkadang, persentuhan antara bara besi dengan telapak kaki menimbulkan gerak reflek pada pasien, itu pertanda rasa panas masih dirasakannya, tetapi dengan cekatan tangan kiri mbah Wi segera mengusap.

Beberapa pasien menuturkan, sengatan besi itu masih terasa panas, tetapi ketika tangan kiri mbah Wi menyentuhnya, panas itu hilang. Pasien tetap masih merasakan panas, namun panasnya tidak sebagaimana bersentuhan dengan bara besi yang tidak disertai doa.

Bagaimanapun sifat dari bara besi, itu tetap ada panasnya. Hal itu tidak bisa dipungkiri, bahkan kalau tidak panas sama sekali, maka reaksi maka pengobatannya tidak berjalan secara baik.

Tetapi panas versi pengobatan itu tidak menimbulkan luka, apalagi sampai infeksi, karena tangan kirinya berfungsi sebagai obat atau pendingin. Lalu, penyakit apa saja yang bisa ditangani dengan terapi bara besi itu?

Oleh Gurunya, semua penyakit jenisnya apapun tidak ada salahnya  untuk diobati, kalau soal sembuh, itu urusan Allah, manusia hanya bisa ikhtiar. Karena penyembuhnya yang tidak keluaran sekolahan, dan ilmunya juga didapat dari luar sekolahan, maka dia hanya bisa mengatakan berdasarkan bukti dari pasien yang sudah dia obati.

Yang jelas kelihatan hasilnya penyakit yang berkaitan dengan syaraf dan peredaran darah tidak normal. Sedangkan penyakit seperti ayan (epilepsi) rheumatik, encok, lumpuh, kanker asal belum parah, asma, lemah syahwat pun cocok diobati.

Termasuk penyakit yang bersifat kejiwaan, seperti stres, atau terganggu mahluk halus pun biasa ditanganinya. Bukankah mahluk halus itu tercipta dari api? Menurutnya, tidak masalah. Api hanya sarana, yang memegang peranan adalah amalan doa.

Menurutnya, makhluk itu pada dasarnya takut dengan asal penciptaannya. Manusia memiliki bawaan dasar takut dengan tanah, karena itu orang tidak suka dengan debu, tanah becek dan sebagainya. Mahluk halus pun begitu. Terhadap api dia takut.

Apalagi jika sifat dari api itu memiliki kekuatan gaib. Karena itu secara alami atau batin, pengobatan dengan sengat bara api, bisa dijadikan alternatif untuk penyakit. Dia menggunakan panas bara api karena sifatnya alami. “Saya tidak bisa mengganti dengan panas yang ditimbulkan listrik.”

Karena bersifat alami sehingga tidak ada efek samping, dan secara logika pengobatan ini bisa diterima, karena orang yang ahli kesehatan juga meyakini, berjalan kaki tanpa alas kaki baik bagi kesehatan karena merangsang dan mengaktifkan kerja syaraf. Dan sebagian penyakit  timbul karena terganggunya syaraf. **