blank
Warung Mangut Pintjoek  yang ada di Jalan Raya Blabak –Ketep, tepatnya di Dusun Tapen, Desa Pagersari, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, memberikan sensasi cita rasa sendiri, Selain menyajikan masakan berbahan dasar iwak kali (ikan dari sungai), cara penyajiannya juga menggunakan pincuk (alas makanan yang terbuat dari daun pisang  yang dilipat menjadi segitiga, seperti kerucut dengan sematan lidi di bagian ujungnya). Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID  Mendengar nama mangut, ingatan kita akan tertuju jenis masakan yang identik dengan masakan ikan yang pedas dengan santan kental.

Namun, di Warung Mangut Pintjoek  yang ada di Jalan Raya Blabak –Ketep, tepatnya di Dusun Tapen, Desa Pagersari, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, masakan mangut ini tidak begitu pedas.

Selain itu, di warung makan tersebut cara penyajiannya juga berbeda dengan warung makan lainnya, yakni menggunakan alas pincuk (alas makanan yang terbuat dari daun pisang yang dilipat menjadi segitiga, seperti kerucut dengan sematan lidi di bagian ujungnya).

“Karena, ikan yang dimasak tersebut berasal dari beberapa sungai, maka special masakan tersebut dinamakan iwak kali (ikan dari sungai). Dan, kami menyajikan masakan mangut ini menggunakan pincuk, maka warung makan ini dinamakan Warung Mangut Pintjoek iwak kali ,” kata pemilik Warung Mangut Pintjoek, Sri Wahyuningsih, Jumat ( 19/4/2024).

Sri Wahyuningsih mengatakan, berbagai macam jenis ikan yang dimasak mangut tersebut semuanya berbahan dasar ikan air tawar yang diperoleh dari sejumlah sungai di sekitarnya seperti Sungai Progo, Elo, Pabelan dan lainnya.

Ikan-ikan tersebut berasal dari sejumlah orang yang menangkap ikan di sungai-sungai tersebut.

Adapun jenis iwak kali yang disajikan di warung makan yang ada di jalur wisata Ketep Pass dan Borobudur tersebut berupa ikan nila, lele, tombro, dan melem. Selain itu juga ada ikan beong, pelus (sidat), dan juga bulus (labi-labi).

blank
Salah satu menu masakan mangut  yang disajikan di Warung Mangut Pintjoek , yakni mangut ikan gabus. Foto:P W. Cahyono

“Untuk pelus, tombro dan bulus, tidak mesti ada. Karena,ketiga jenis ikan tersebut sangat jarang ada yang ditangkap. Berbeda dengan iwak kali lainya yang dimasak mangut, untuk bulus dimasak rica-rica,” ujarnya.

Ia menambahkan, meskipun bumbu dapur yang digunakan memasak mangut tersebut hampir sama yakni berbagai macam rempah-rempah dan bumbu dapur lainnya.

Tetapi, setelah ikan yang dimasukkan dalam wajan, rasa masakan tersebut berbeda-beda. “Perbedaan cita rasa masakan tersebut, timbul dari masing-masing iwak kali yang dimasak,” ujarnya.

Sari menjelaskan, setiap harinya bisa menghabiskan sekitar 20 kilogram berbagai jenis iwak kali. Sedangkan, harganya relatif terjangkau, yakni iwak wader Rp 27.000 per porsi sudah termasuk nasi dan untuk belut Rp 30.000 per porsi.

“Sedangkan untuk ikan beong, pelus dan bulus  tergantung ukuran. Mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per porsi,” imbuhnya.

Salah satu pengunjung dari Yogyakarta, Yusuf Hartanto mengaku, masakan aneka mangut iwak kali Mangut Pintjoek ini sangat nikmat dan menggugah selera makan. Selain disajikan menggunakan pincuk, di warung tersebut udaranya juga sangat sejuk, karena berada di pinggir sawah.

Tempatnya juga sangat respentatif, karena beraada di jalur wisata Ketep Pass dan Candi Borobudur.

W. Cahyono