blank
Agusta Praba Ristadi Pinem MKom (tengah) diapit dua penyiar Radio USM Jaya, Elsa Safira dan Verina Munaf. Foto: dok/usm

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Sekretaris Program Studi S1 Sistem Informasi (SI) Universitas Semarang (USM), Agusta Praba Ristadi Pinem MKom mengatakan, banyak peretasan terjadi melalui WhatsApp. Hal ini karena aplikasi itu banyak digunakan khususnya masyarakat, baik pada perangkat IOS maupun Android.

”Jangan ditakuti, hanya perlu diwaspadai. Sebetulnya ketika ada peretasan melalui sebuah aplikasi seperti WhatsApp, itu yang salah bukan pihak aplikasinya. Karena mereka tidak bisa memfilter, apakah chat yang dikirim itu bahaya atau tidak. Namun penggunanya yang salah, karena memanfaatkan aplikasi itu untuk hal yang merugikan orang lain,” kata Agusta, saat memberikan closing statement sebagai narasumber, dalam Talkshow USM Update.

Talkshow yang dipandu penyiar Radio USM Jaya Semarang, Elsa Safira dan Verina Munaf itu, mengangkat tema ‘Kenali Modus Peretasan Melalui Aplikasi WhatsApp’, yang berlangsung di Studio Radio USM Jaya, yang ada di Gedung N USM, Jumat (26/4/2024).

BACA JUGA: UKM MMA USM Raih 1 Emas di Kejurnas Seni Tarung Tradisi

Menurut Agusta, Modus peretasan melalui aplikasi WhatsApp yang paling sering digunakan adalah sniffing. Modus jenis ini biasanya sering terjadi pada pengguna perangkat Android, dimana pengguna dikirim suatu file oleh nomor yang tidak dikenal. Apabila file itu diunduh, maka aktivitas apapun yang dilakukan pengguna akan terekam.

”Yang paling banyak mengalami peretasan adalah perangkat Android. Dulu teman-teman FTIK USM mensimulasikan semacam itu, seperti HP dalam keadaan screen off, tapi bisa memfoto dari jarak jauh, mengambil kontak, dan sebagainya, itu yang menakutkan,” ungkap dia lagi.

Adapun modus peretasan phising seperti rekayasa sosial, dimana oknum menyamar sebagai seseorang dari lembaga yang terpercaya, sehingga korban percaya dan melakukan perintah dari oknum itu. Modus ini terdiri dari dua jenis, yaitu pengiriman link oleh nomor yang tidak dikenal, dan action button.

BACA JUGA: Tim PkM FE USM Beri Pelatihan dan Pendampingan ke UMKM Klaster Bandeng

Action button itu ada pesan, dan dibagian bawah pesan ada tulisan kecil seperti enter atau tab, yang isinya sebuah link situs dari oknum. Jadi seolah-olah ada file yang dikirim, padahal isinya link. Dan URL-nya ini nanti mengarah ke situs tertentu yang sudah disiapkan oknum. Disitulah mereka merekayasa, agar targetnya percaya dan secara tidak sadar kita memberikan informasi yang sensitif,” tuturnya.

Disampaikan juga, terdapat banyak jenis penyamaran oknum peretasan. Tidak hanya mengirim file undangan, namun juga paket, tilang, bank, hingga terakhir kali terkait pemilu, yaitu PPS. Selain menyamar, oknum melakukan aksinya dengan menyerang secara psikologi, yaitu tekanan seperti memberikan tenggang waktu kepada korban.

Agusta kemudian membagikan beberapa langkah, yang dapat dilakukan jika mengalami peretasan dengan modus sniffing, yaitu menggunakan atau menghidupkan mode pesawat. Segera back up semua data yang diperlukan, terutama mobile banking maupun e-wallet, lalu disarankan untuk mengembalikan setelan pabrik atau setel ulang (restart).

BACA JUGA: Demi Tumbuh Kembang Anak, Pemkot Semarang Minta Gerakan Makan Ikan Gencar Dilakukan

Dia juga menerangkan, dalam Prodi Sistem Informasi USM memiliki beberapa mata kuliah berkaitan dengan peretasan. Di antaranya keamanan sistem, yang mempelajari teknis keamanan, manajemen risiko, dan mata kuliah yang dilakukan diluar kampus, yaitu literasi digital.

Mata kuliah literasi digital menjadi garda terdepan, bagi prodi yang ada dibawah Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (FTIK) USM itu, dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, berupa sosialisasi hingga workshop tentang peretasan.

”Di SI ini memang cukup unik daripada prodi lain. Karena mahasiswa tidak hanya belajar pada teknis teknologi saja, tapi juga mempelajari dengan pendekatan perilaku penggunanya. Jadi kita tidak hanya membuat, tapi melakukan pendekatan apa yang dibutuhkan pengguna, kita desain, kita deliver, setelah itu kita melihat pasca deliver aplikasinya, dan kita evaluasi. Itu semua dipelajari di prodi SI,” terangnya.

BACA JUGA: PKB Kota Semarang Buka Pendaftaran Kandidat Calon, Siap Berlaga di Pilkada

Dia kemudian berpesan, untuk selalu waspada terhadap segala jenis peretasan, dan menghimbau untuk mendownload aplikasi dari sumber yang terpercaya, seperti App Store maupun Play Store.

”Yang pertama, kita hindari mudah percaya, apa yang dikirim dan oleh siapa, ini harus kita verifikasi. Kemudian kita bisa terapkan keamanan berlapis di perangkat kita. Lalu, yang paling penting, untuk menyebarkan kebaikan terkait edukasi, kita meliterasi digital diri sendiri, dan membagikan informasi yang baik untuk keluarga maupun kerabat tentang modus peretasan,” tegas Agusta.

Riyan