blank
BERDOA - Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki tengah berdoa di kompleks makam Astana Pasekaran. (Foto: Diskominfo Batang)

BATANG (SUARABARU.ID) – Suasana hening ditemani hembusan sepoi angin pagi itu, menambah suasana tenteram di kompleks Makam Astana Pasekaran yang menjadi tempat peristirahatan terakhir para Adipati atau Bupati di masa pemerintahan Mataram Islam di tahun 1600-an. Di dalamnya disemayamkan lima Adipati Batang yang pernah berkuasa sejak masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Batu nisan bertuliskan nama para Adipati, makin menegaskan bahwa berdirinya Kadipaten/Kabupaten Batang tak bisa dilepaskan dari peran para sesepuh. Makam Astana Pasekaran selalu ramai oleh peziarah baik dari warga setempat, bahkan dari Kabupaten Pekalongan dan Kendal yang memiliki keterikatan yang sangat erat di masa pemerintahan Mataram Islam yang lampau.

Para Bupati yang disemayamkan di komplek tersebut yakni Bupati Pertama Kanjeng Raden Tumenggung Surodiningrat atau Mbah Kyai Sedo Rawuh, Adipati Aryo Suryodiningrat, Tumenggung Pusponegoro, Tumenggung Cokrojoyo dan Adipati Suroadiningrat.

Pagi itu, mentari belum begitu menyilaukan mata, namun wangi harum bunga setaman sudah semerbak menyebar ke seluruh penjuru komplek makam Astana Pasekaran. Benar saja, hari itu merupakan momen sakral para petinggi Kabupaten Batang berziarah ke komplek peristirahatan terakhir para pendiri Kadipaten Batang.

Sayup-sayup lantunan doa dipanjatkan para peziarah, memohon agar para pendiri Kabupaten Batang senantiasa dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas jasa dan pengorbanannya selama memimpin di masanya.

Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki menyampaikan, ziarah makam Astana Pasekaran kali ini merupakan bagian dari rangkaian dalam memperingati Hari Jadi Ke-58 Kabupaten Batang. Setelah sebelumnya, juga berziarah ke Makam Kanjeng Pangeran Adipati Kyai Mandurorejo di Dukuh Protowetan, Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

“Sebelumnya kami bersama rombongan sudah berziarah terlebih dahulu ke makam Kaliwungu dan selanjutnya di Makam Astana Pasekaran. Ziarah ini merupakan bentuk penghormatan atas kontribusi para pendahulu terhadap kemajuan Kabupaten Batang,” katanya saat ditemui usai berziarah di Makam Astana Pasekaran, Kabupaten Batang, Kamis (4/4/2024).

Tak hanya saat menjelang peringatan hari jadi saja, Kompleks Makam Astana Pasekaran diziarahi. Namun di momen-momen tertentu lainnya juga tak pernah sepi dari lantunan doa para peziarahnya.

Seperti yang dituturkan oleh juru kunci Makam Astana Pasekaran, Suparno. Geliat masyarakat sangat tinggi untuk memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan tujuan agar para pendiri Kabupaten Batang selalu dalam naungan-Nya.

“Yang paling sering diziarahi ya makam Kanjeng Raden Tumenggung Surodiningrat atau Mbah Kyai Sedo Rawuh. Biasanya masyarakat umum juga sering,” ungkapnya.

Salah satu yang rutin menggelar doa dan istighosah yakni Perkumpulan Pengurus Rukun Tetangga (PPRT), tiap malam Sabtu Legi. Pria yang telah tujuh tahun mengabdikan diri sebagai juru kunci sepeninggal leluhurnya Mbah Muchari, berpesan agar selalu berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan Kabupaten Batang.

Kompleks Makam Astana Pasekaran makin rindang dengan banyaknya pepohonan, menambah kekhusyukan ketika para peziarah memanjat doa. Mereka yang berziarah tidak bukan dan tak lain, hanya menginginkan agar dapat meneladani semangat perjuangan para pendiri dalam membangun dan menjaga keberlangsungan kehidupan rakyat yang bernaung di bawahnya.

Nur Muktiadi