Pulo Lasman Simanjuntak
Rumah Persungutan (episode kedua)
rumah batu di tubuh kota
di dalamnya tumbuh pisau
memutilasi kesunyian
keluh kesah dari tingkap-tingkap langit
hujan berkat
turunkan api belerang
tiap hari hanya ada
satu permintaan :
bunuh diri !
rumah batu di kulit-kulit kota
selalu saja menjelma
ratusan persungutan kekal
dilontarkan dari atas ranjang
tanpa ada lagi persetubuhan
lantaran janinnya selalu kelaparan
rumah batu tanpa jendela
pintunya menuju kematian
di sana telah dihuni
perempuan molek dari het, sidon, dan moab
selalu tawarkan kemurtadan
jadilah sajakku terjebak
tak dapat lagi melihat dan membaca
pasrah ataukah
berserah
Jakarta, Selasa 12 Maret 2024
Bela Sungkawa
tubuh puisi ini
dihembuskan
oleh roh
turun ke akar-akar benua
sunyi sekali
tanpa sungai dan danau
tak kulihat ada lautan
dengan deru ombak tsunami
di sana kerumunan
orang-orang mati
sampai seribu tahun
menjelma jadi rangkaian
kalimat-kalimat ular berbisa
kata-kata diksi
terbaring sepi
matahari lelap
cakrawala juga
jadi batu
tak ada pekerjaan borongan
pertimbangan
pengetahuan
hikmat buat para pujangga
menikmati rembulan
di kuburan
bukan dunia orang lain
pagi tadi kembali terulang
dunia orang mati
digambarkan oleh ayub
umur sudah genap dan suntuk
maka terus kutulis
puisi belasungkawa ini
supaya hatiku kembali tenang
damai
bintang-bintang
ikut ditidurkan
sampai pada akhirnya
puisiku
ikut diistirahatkan
Jakarta, Jumat 14 Oktober 2022
Khotbah
berabad-abad khotbah
sudah digelar
di atas mimbar tradisional
sampai menelan rakus
media digital kelaparan
kita mau berjalan pasti
menembus langit merah ketiga
padahal setiap lonceng arloji
berdetak keras
kita telah tersesat
dalam sebuah permukiman liar
tak mampu lagi menyanyikan
lima ribu orang makan roti perjamuan
ikan-ikan beterbangan
ke sebuah benua orang kesunyian
haruskah kita bermain sandiwara
sepanjang pekabaran surga
disampaikan bertubi-tubi
pada layar zoom
disuguhkan segelas jeruk
dalam perut bumi
sementara busana kita berdarah beku
ditabrak keras rembulan
di bawah jembatan kereta melayang
trotoar jalan keremangan
air jamban
tak mampu lagi kulanjutkan khotbah ini
karena aku harus segera
kembali
masuk rahim bumi
dengan tangan kudung
sembilan angin sakal
terjual
sangat membosankan
Rawamangun, Jaktim, Kamis 13 Oktober 2022
Pulo Lasman Simanjuntak, lahir di Surabaya 20 Juni 1961. Menulis puisi pertama kali berjudul Ibunda dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.
Setelah itu karya puisinya sejak tahun 1980 sampai tahun 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta tayang (dipublish) di 159 media online/website dan majalah digital baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke negara Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.
Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW) ,Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta (KSJ), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan, Forbes TIM, dan Sastra Semesta.
Sering diundang baca puisi , khususnya di PDS.HB.Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Bekerja sebagai wartawan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.