blank
Meski banjir sudah surut, tetapi halaman GKJ Purwodadi masih berlumpur dan licin sehingga ibadah Minggu 17 Maret 2024 ditiadakan. Foto: Tya Wiedya

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Banjir yang melanda kota Purwodadi, ibu kota Kabupaten Grobogan memang sudah mulai surut. Meski demikian, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwodadi meniadakan kegiatan ibadah kebaktian pada Minggu, 17 Maret 2024, karena halaman berlumpur dan licin.

Pendeta GKJ Purwodadi Tyas Budi Legowo mengatakan, kegiatan ibadah yang biasanya dilaksanakan pada hari Minggu dan dilaksanakan tiga kali yakni pada pukul 06.00 WIB, 08.00 WIB dan 17.00 WIB itu “diliburkan” sementara, sambil menunggu pembersihan gereja sehingga bisa dipergunakan lagi.

“Banjir yang menggenangi wilayah kota Purwodadi juga sampai ke gereja kami yang berada di Jalan Tendean. Banjir dengan ketinggian selutut orang atau sekitar 40 sentimeter, juga menjadikan Warung Kendi Cinta yang berada di kompleks Pastori, biasanya dipergunakan untuk dapur umum kebencanaan pun tidak dapat beroperasi,” tutur Pendeta Tyas.

Baca juga Tinjau Korban Banjir di Grobogan, Kapolda dan Pangdam Berikan Mainan untuk Anak-Anak

Minggu pagi tadi halaman masih licin, halaman sulit digunakan untuk parkir. “ Kalau jalan kaki bisa, melewati gerbang perahu atau jalan setapak,” ujar Pdt Tyas Budi Legowo.

blank
Ruangan di GKJ Purwodadi ini biasanya digunakan sebagai dapur umum, tetapi karena tergenang dapur umum pun tidak bisa beroperasi. Foto: Tya Wiedya

Tidak hanya kondisi halaman saja, banjir juga membuat hampir seluruh warga jemaat GKJ Purwodadi terdampak selama tiga hari. “Sudah surut mulai dini hari, secara perlahan. Banyak jemaat kami yang terdampak banjir, sehingga ini waktu mereka bersih-bersih. Kami imbau kepada mereka untuk beribadah dulu dari rumah masing-masing atau kelompok dengan liturgi yang sudah ditetapkan gereja dengan penanggungjawab majelis blok/wilayah,” jelas Pdt Tyas Budi Legowo.

Selama tiga hari terdampak banjir, warga jemaat gereja dan masyarakat yang tinggal di sekitar gereja, kesulitan untuk mencari kebutuhan pokok.

Pasalnya, dapur umum yang biasanya dibuka oleh GKJ Purwodadi tidak dapat beroperasi. Begitu juga dengan kondisi Pasar Induk Purwodadi dan Pasar Fajar yang tergenang banjir. Hingga akhirnya, warga jemaat diminta membuat dapur umum di rumah masing-masing.

Dapur Umum untuk Warga Sekitar

Dapur umum di GKJ Purwodadi memang tidak bisa berfungsi akibat genangan banjir. Namun, jemaat di Pepanthan Toko GKJ Wolo dan GKJ Gundih yang membuka dapur umum.

“Ada jemaat dari GKJ Wolo Pepanthan Toko dan GKJ Gundih yang membantu kami membuat dapur umum. Kami sangat berterima kasih atas bantuan para jemaat di kedua gereja tersebut. Tiga hari ini sudah dikirimi makanan walaupun sederhana saja, nasi bungkus, tapi itu kami sangat bersyukur,” ujar Pdt Tyas Budi.

Ratusan nasi bungkus itu dibagikan kepada jemaat dan warga yang tinggal di sekitar GKJ Purwodadi, yang terdampak banjir.

blank
Jemaat GKJ Wolo Pepanthan Toko Kecamatan Penawangan menyediakan dapur umum untuk warga sekitar yang menjadi korban banjir. Foto: Tya Wiedya

“Beberapa dibagi ke masyarakat sekitar dan juga jemaat GKJ Purwodadi yang terdampak banjir. Hari ini meskipun baru saja surut, tetapi kami usahakan ada tempat yang dipergunakan untuk dapur umum. Semoga banjir segera surut karena informasinya masih ada beberapa yang tergenang banjir,” ujar Tyas Budi Legowo.

Sementara itu, Majelis GKJ Wolo Pepanthan Toko, Tomy Irawan mengatakan, pendirian dapur umum dibuat sangat mendadak setelah jemaat dan masyarakat yang tinggal di sekitar GKJ Purwodadi terdampak banjir.

“Bahan yang ada di tempat kami, langsung kami masak. Kemudian, kami bungkus dan langsung disalurkan ke jemaat dan masyarakat yang terdampak banjir di Kota Purwodadi. Bersyukur kami masih diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial ini untuk kepedulian kami kepada warga yang terdampak. Tidak hanya di Purwodadi, kami juga salurkan bantuan nasi bungkus kepada warga di Desa Bugel, Godong, yang juga terdampak banjir,” ujarnya.

Tya Wiedya