Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DKK Jepara dr Eko Cahyo Puspeno

JEPARA (SUARABARU.ID)- DBD di Jepara saat ini sangat tinggi tingkat virulensi dan vatalitasnya. Bahkan pada periode 1 Juanuari – 24 Februari 2024 tercatat 12 orang meninggal dunia karena Demam Berdarah Dengue (DBD). Disamping itu tercatat pula telah ada 507 kasus yang terdiri dari 436 tersangka,dan 62 kasus positif DBD

Sehubungan dengan hal tersebut Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DKK Jepara dr Eko Cahyo Puspeno menghimbau agar masyarakat tidak panik. “Namun perlu mengenali gejala demam berdarah, yaitu panas tinggi terus menerus atau bifasik (menyerupai pelana kuda) selama kurang lebih 1 minggu. Dapat disertai nyeri kepala, pegal-pegal, muka kemerahan, dan mual-mual,” ujarnya.

Disamping itu menurut dr Eko Cahyo Puspeno perlu juga mengenali tanda bahaya pada pasien, yang apabila tidak ditangani dengan segera dapat mengakibatkan syok bahkan kematian.

Ia menjelaskan, tanda bahaya tersebut biasanya muncul ketika memasuki fase kritis yaitu hari ketiga sampai dengan hari ketujuh, dimana pada fase tersebut justru panas sudah turun, namun penderita terlihat lemas, mengantuk, tangan teraba dingin, kelopak mata sembab, muntah terus menerus, tanda perdarahan (bintik kemerahan di kulit, mimisan, gusi berdarah, bab hitam), berdebar2, kencing berkurang, sesak nafas hingga tidak sadar.

Fogging yang dilakukan di Desa Pulodarat

Namun gejala dan tanda tersebut dapat bervariasi tiap orang. “Apabila terdapat gejala dan tanda tersebut tidak boleh ditunda untuk segera mendapatkan perawatan di Puskesmas atau Rumah Sakit,” ujar dr. Eko Cahyo Puspeno
Ia berharap, melihat situasi yang masih rawan seperti saat ini, seluruh komponen masyarakat tidak terkecuali untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan secara serentak, efektif dan berkesinambungan.

Menurut dr. Eko Cahyo Puspeno upaya yang paling efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3 M plus, yaitu menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali dengan cara disikat, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas.

Perlu diperhatikan pula lingkungan sekitar rumah yang memungkinkan perindukan nyamuk seperti tempat minum burung, vas bunga, potongan bambu, cekungan batu, talang air yagg tersumbat, batok kelapa dan lain sebagainya.
Masyarakat menurut Eko juga dapat memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan kelambu, memasang kasa di ventilasi, lotion anti nyamuk, obat nyamuk elektrik maupun semprot.

“Jangan hanya sekedar mengandalkan fogging, karena fogging hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, adapun telur dan jentik-jentik hanya bisa dibasmi dengan PSN 3 M tersebut. Upaya efektif lainnya adalah pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, “ terangnya

Ketika setiap rumah ada yang melakukan pemantauan jentik nyamuk 1 pekan sekali, menurut dr Eko Cahyo Puspeno niscaya nyamuk demam berdarah akan dapat dibasmi, sehingga diharapkan Jepara dapat terbebas dari Demam Berdarah. Hal ini tentu harus didukung oleh seluruh stakeholder di tingkat Kabupaten, Kecamatan, maupun Desa/Kelurahan, RT/RW dan organisasi masyarakat.

Karena DBD bisa menimbulkan gangguan pencernaan seperti nyeri ulu hati, mual, muntah, demam hingga terjadi dehidrasi dan syok, menurut dr Eko Cahyo Puspeno upayakan asupan makanan sehat dan minum yang cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengganti cairan yang hilang dan mencegah terjadinya dehidrasi.

“Sangat dianjurkan makanan cukup kalori dan protein, serta konsumsi buah dan sayuran. Untuk asupan cairan / minuman lebih dari 5 gelas sehari bagi remaja, dewasa dapat 8 gelas perhari. Dianjurkan minuman berupa susu, jus buah, cairan elektronik isotonik (oralit) dan air beras atau jewawut,” pungkasnya

Hadepe