blank
Hendrik menemui pelanggan untuk konsultasi membuat stempel perusahaan, di kiosnya Jalan Kedungmundu Raya No 123, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Jumat 16 Februari 2024 siang. Foto: Diaz Azminatul Abidin

”Kalau dihitung-hitung, satu bulan bisa nabung sekian. Ya sudah cari-cari sesuatu untuk simpanan. Akhirnya ketemu beli rumah itu (KPR Subsidi BTN Syariah). Jodohnya disitu, nomor rumahnya juga 46 sama dengan nama usaha…”

HENDRIK (44) serius memandangi laptop di atas meja kerja dengan dikelilingi pelat logam di sudut-sudut kios. Jangan bayangkan kerapian meja kerja kantoran dengan berkas-berkas yang tersusun rapi. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dirintis Hendrik, bergerak pada jasa pembuatan pelat nomor kendaraan dan stempel dengan brand angka ’46’. Tentu banyak alat perkakas dan pelat logam bertebaran.

Di atas meja kerja dalam kios itu, sekaligus menjadi tempat Hendrik menaruh alat hingga benda produksi. Ada pelat nomor kendaraan bermotor, nomor rumah, stempel, printer, kertas desain, kertas bahan stempel, alat perkakas, dan lain-lain.

Dia fokus mengutak-atik desain stempel menggunakan aplikasi CorelDRAW di laptop yang cukup berdebu laiknya di sebuah bengkel. Revisi kecil desain untuk membuat stempel sedang diupayakan guna menyelesaikan pesanan seorang pelanggan yang menyambangi bengkelnya, di Jalan Kedungmundu Raya No 123, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat 16 Februari 2024 siang.

Sosok berambut cepak ini cukup mahir membuat desain stempel menggunakan CorelDRAW. Ogah bertele-tele, Hendrik cepat saja menyelesaikan revisi pesanan pelanggannya itu. Tak lebih dari 10 menit, seorang perempuan muda pemesan stempel nama perusahaan itu tak harus berlama-lama menunggu proses pembuatan stempel.

”Karena kebiasaan mas, lama-lama ya bisa (tangkas menggunakan CorelDRAW). Bisa cepat karena sudah terbiasa juga,” katanya.

Awal Merintis Usaha
Hendrik bercerita, kurang lebih sudah 15 tahun dia memulai usaha kecil pengrajin pelat dan stempel, yang dinamai Pelat dan Stempel 46. Hal itu bermula saat dia berhenti kerja di sebuah gudang di Kota Semarang sekitar tahun 2009-an.

Dia lantas ikut sang adik untuk bekerja menjadi perajin pelat nomor kendaraan dan stempel. Saat itu masih di kawasan Tlogosari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.

”Dulu kerja di gudang perusahaan di Semarang tapi bangkrut. Saya nganggur, adik saya sudah kerja jadi perajin pelat nomor kendaraan dan stempel. Saya diajak, terus ikut 3-4 hari. Kerja saya dilihatnya, dan dianggap sudah bisa cepat kerja. Terus ditawari untuk buat dan jaga usaha sendiri,” katanya.

Bukan perkara mudah memulai usaha, apalagi perihal cara berkomunikasi dengan pelanggan. Maklum, pada pekerjaan sebelumnya, Hendrik tak banyak berkomunikasi dengan orang. Berbeda dengan saat merintis usaha yang harus berkomunikasi tatap muka langsung dengan konsumen.

”Satu bulan itu mulai buat sendiri tanpa didampingi adik. Awalnya ngewel (deg-degan/canggung), komunikasi belum pengalaman, kerja ditunggui konsumen langsung juga ngewel,” selorohnya kepada suarabaru.id.

Bagi Hendrik, ada komitmen yang harus dipegang sebagai seorang yang sedang merintis usaha sendiri. Dia menikmati betul ritme kerja yang dilakoninya. Apalagi harus babat alas, atau mencari pelanggan pada awal-awal usaha.

”Awal-awal dinikmati, yang penting totalitas kerja. Nanti konsumen tahu sendiri, yang penting janji ditepati. Misalnya pesanan dijanjikan sore jadi, ya harus jadi,” kata dia.

Lambat laun dia mantap menekuni profesinya itu dan bertahan selama tujuh tahun mengerjakan usahanya itu. Dengan beberapa faktor, Hendrik kemudian harus berpindah tempat membuka kios di kecamatan yang berbeda, di Jalan Kedungmundu Raya No 123, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, pada tahun 2013-an.

Di tempat usahanya yang baru dengan ukuran kurang lebih 4×2,5 meter itu, dia harus mencari pelanggan baru. Kios yang disewa saat ini seharga Rp 8,5 juta, untuk dua tahun. Namun tidak sulit jalannya, sebab secara keilmuan Hendrik sudah cukup berpengalaman merintis usaha, dan skill-nya pun bertambah.

”Saat pindah di sini, yang penting bisa buat makan dulu satu bulan. Setelah itu ada kenaikan terus. Pendapatan tidak dihitung secara rinci (pembukuan), yang penting ada simpanan untuk kebutuhan sehari-hari, hingga menabung untuk beli rumah sekarang,” katanya.

blank
Hendrik (44) sedang mendesain untuk membuat stempel perusahaan yang dipesan salah satu konsumen, di kiosnya Jalan Kedungmundu Raya No 123, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat 16 Februari 2024 siang. Foto: Diaz Azminatul Abidin

Proses Mendapat Rumah Impian
Melihat pendapatan yang kian stabil bahkan merasa diberi rezeki lebih dari Tuhan, Hendrik merasa harus menukarkan tabungannya dengan sesuatu yang lebih tampak. Munculah dalam benaknya, untuk membeli sebuah rumah impian.

Hal itu tentu sesuai dengan kemampuan finansial yang ada saat ini. Di mana untuk membeli rumah baru harus ada uang di luar pemenuhan kebutuhan pokok harian, hingga cukup membayar sekolah dua anaknya,

”Saya diberi rezeki lebih, lalu saya ingin beli rumah itu, rencana buat simpanan dahulu hasil dari tabungan. Yang penting punya rumah dulu, daripada ada uang tapi tidak tahu buat apa. Kalau dihitung-hitung satu bulan bisa nabung sekian, ya sudah cari-cari sesuatu untuk simpanan. Akhirnya ketemu jodohnya disitu (beli rumah),” cerita Hendrik.

Pada Juli 2022, Hendrik bertemu dengan salah seorang marketing property di laman media sosial Facebook bernama Ardhi Firmansah. Bermula dari perjumpaan di media sosial berlanjut dengan silaturahmi keduanya.

Ardhi yang cukup berpengalaman di bidang properti, tak butuh waktu lama-lama untuk mendampingi Hendrik mendapatkan rumah yang diharapkannya.

Ardhi Firmansah memberikan opsi rumah di beberapa perumahan yang berbeda lokasi.

Hingga akhirnya Hendrik meletakkan hati untuk sebuah rumah bernomor 46 di Perumahan New Cluster Diponegoro, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Perumahan di salah satu sudut Kota Semarang itu berukuran tanah 6,5×12 meter, bertipe 36.

Segala proses pemberkasan, BI Checking, biaya administrasi tahap awal, hingga proses wawancara dengan pihak PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, lewat BTN Syariah, berjalan mulus. Proses yang dijalani cukup cepat menurut Hendrik

”Juli 2022 itu proses pengajuan segala macam. Kemudian Oktober itu sudah bisa dihuni. Cepat kok,” kata dia.

Adapun alasan Hendrik memantapkan hati untuk lokasi perumahan tersebut, karena jarak lokasi dengan tempat usahanya hanya butuh waktu 15-20 menit. Dia juga melihat jarak tempuh yang harus dijalani anaknya yang saat ini bersekolah di SMKN 1 Semarang, di Jalan dr Cipto.

Untuk pembayaran KPR Subsidi BTN Syariah, Hendrik menyesuaikan dengan kemampuannya. Dia ingin melunasinya pada jangka waktu 10 tahun. Nilai yang dibayar Rp 1.407.000 tiap bulannya selama 10 tahun.

Nilai itu belum termasuk biaya lain-lain, seperti notaris, balik nama, pajak. Biaya lain-lain yang tidak bisa disamaratakan di tiap perumahan, kata Hendrik, harus dikeluarkan berkisar Rp 30 juta-an. Namun nilai subsidi dari pemerintah tetap sama untuk KPR di tempat lain.

”Kenapa memilih skema BTN Syariah? Saya merasa secara perhitungan sudah sesuai dengan kemampuan saya. Waktu itu dihitungkan oleh bank, jadi dibimbing penghitungannya,” jelas dia.

Uniknya rumah yang didapat Hendrik sesuai dengan brand usahanya, yakni nomor 46. Angka 46 sebagai merek usaha pelat nomor dan stempel merupakan pemberian sang adik. Lalu saat pembelian rumah, ada tiga rumah dengan nomor berbeda yang ditawarkan.

”Itu nomor 46, nomor 10, dan satunya lagi nomor berapa saya lupa. Ternyata nomor lain jadi jatah orang lain, dan ternyata nomor 46 untuk saya. Ya mungkin rezeki saya,” ucap Hendrik.

Ya, penamaan usaha dengan angka ’46’ dari usaha rintisannya itu, menjelma dengan datangnya rezeki itu tersendiri, untuk membeli rumah harapan KPR Subsidi di BTN Syariah. Hendrik akhirnya bisa menghuni istana kecil untuk keluarganya, pada tahun 2022. Uniknya, secara kebetulan nomor rumah yang dihuni ayah dua anak ini, juga bernomor 46, sama seperti brand usaha yang dirintisnya.

Kemudahan Akses KPR
Kemudahan Hendrik dalam mendapatkan akses KPR dari BTN Syariah juga dirasakan Anjas Asmara (29), salah satu warga Kota Semarang yang lain. Keinginan membeli rumah itu sudah jauh-jauh waktu diharapkannya. Dia ingin memiliki rumah sebelum menikah.

Pria yang berprofesi sebagai penjaga keamanan atau security itu, bisa membeli rumah melalui KPR BTN Syariah di Kanaya Land, Kelurahan Bandungrejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Meski sudah berbeda kota, lokasi itu dirasa cukup dekat dengan tempat tinggal semula, dan lokasi kerja Anjas Asmara. Hanya sekitar lima menit saja akses dari pusat perbelanjaan modern di Penggaron, Kota Semarang, dengan perumahannya meski berbeda kota.

”Beli rumah ini, karena paling dekat dengan Kota Semarang, tidak terlalu jauh masuknya dari Transmart (pusat perbelanjaan modern terdekat), lima menit ke rumah,” ujarnya.

Saat itu, Anjas mencari informasi melalui marketing, mencari rumah terdekat dari Kota Semarang. Kemudian diberi beberapa alternatif, dengan KPR yang nilai subsidi dengan cicilannya murah.

”Dari marketing dikasih alternatif, prosesnya melengkapi syarat-syarat. Tidak terlalu mempersulit untuk beli rumah. Habis itu, setelah approval BI Checking dan selesaikan segala administrasi termasuk deposit rumah dan setelah selesai tiga bulan kemudian, sudah jadi rumahnya,” ungkap Anjas merincikan.

Hendrik dan Anjas Asmara merupakan dua dari sekian banyak klien yang didampingi Ardhi Firmansah, sebagai freelance marketing properti di Kota Semarang dan sekitarnya. Dia telah banyak mendampingi masyarakat dengan dua profesi yang berbeda, untuk mengakses rumah subsidi melalui KPR BTN Syariah.

”Saya banyak bertemu dengan klien, dengan membagi-bagi brosur dan pasang iklan di internet. Kemudian janjian untuk survey ke lokasi perumahan,” kata Ardhi Firmansah, yang kurang lebih sudah lima tahun menggeluti profesi itu.

Ardhi mengakui, cukup banyak masyarakat yang mendapat akses rumah subsidi KPR di BTN Syariah. Sebab, BTN sudah cukup dikenal dan memiliki program KPR bersubsidi.

Ada alasan tersendiri KPR BTN Syariah menjadi menarik ketimbang KPR konvensional/non syariah. Menurutnya, KPR non syariah suku bunganya fluktuatif. Sedangkan KPR Syariah suku bunga margin-nya cenderung lebih stabil, dan angkanya tertulis jelas di awal ketika akad.

”Berbeda dengan konvensional non syariah, yang setelah masa fix-nya habis, akan kena floating (nilai berubah-ubah mengikuti suku bunga),” papar dia.

Lebih jauh sebagai contoh kecil, menurut pengalaman Ardhi Firmansah sebagai marketing properti, masyarakat lebih banyak mengakses KPR BTN.

”Perbandingannya, paling banyak yang ambil KPR subsidi di BTN Syariah, dibandingkan KPR komersil,” ujarnya.

blank
Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar (kiri), memberikan potongan nasi tumpeng kepada Kepala Divisi Syariah BTN Abdul Firman, dalam Perayaan dan Tumpengan HUT Ke-19 BTN Syariah di Jakarta, Kamis 15 Februari 2024. Foto: dok/btn

BTN Syariah Siap Spin Off
BTN Syariah kini telah memasuki usia ke-19, usai merayakan ulang tahunnya pada 14 Februari 2024. Kabarnya, usai 19 tahun BTN Syariah telah menjadi salah satu penguasa pembiayaan KPR Syariah di Indonesia, asetnya melonjak dan segera melakukan spin off, atau pemisahan dengan induk usaha.

Dalam rilis yang diterima suarabaru.id, BTN Syariah mencatat pembiayaan sebanyak 272.913 unit, atau senilai Rp 34,6 triliun. Angka ini terdiri dari KPR Subsidi Syariah sebanyak 222.369 unit, atau senilai Rp 23 triliun. Selanjutnya ada capaian KPR Non Subsidi Syariah pada angka 50.544 unit, atau senilai Rp 11,6 triliun.

Semakin merebak dengan capaian yang diraih BTN Syariah, maka ada rencana di mana lini bisnis ini bakal melakukan spin off. Hal itu disebutkan, karena aset perusahaan yang telah melampaui lebih dari Rp 54 triliun.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu menjelaskan, saat ini sedang menjalani uji tuntas dalam proses pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS). Opsi-opsi baru, seperti mengakuisisi bank syariah lain, hingga mendirikan bank syariah baru, dikabarkan menyeruak. Di antaranya, seperti mengakuisisi Bank Muamalat dan lainnya. Meski demikian, belum ada pernyataan terbaru mengenai kabar itu.

Seperti diwartakan beberapa media, Nixon menyatakan, bila pihaknya memastikan proses uji tuntas pemisahan USS, akan selesai April tahun ini.

”Saat ini (BTN) memang sudah memenuhi syarat untuk rencana spin off. Diberikan waktu maksimal dua tahun, dari November 2023. Artinya, pada Oktober 2025 setidaknya kami sudah harus punya PT untuk lini syariah ini,” tukas dia.

Lebih jauh, UUS BTN kini membukukan laju laba bersih mencapai angka Rp 702,33 miliar tahun lalu. Rupiah itu terdongkrak 110,55 persen, dibandingkan pada 2022 di angka Rp 333,58 miliar.

Diaz Azminatul Abidin