blank
M Agil Mubarok MAM anak seorang caleg Partai Gerindra di Dapil VI (Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro) dirawat di rumah sakit. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO (SUARABARU.ID)- Persaingan perebutan suara di pemilu legislatif pada Pemilu 2024 kemarin, yang berbuntut perselisihan antarcalon anggota legislatif (caleg) DPRD Kabupaten Wonosobo dari Partai Gerindra, di Daerah Pemilihan (Dapil) VI (Kaliwiro, Kalibawang, Wadaslintang).

Caleg no urut 1 Dwi Septiyani dan caleg no urut 2 Miftah di partai yang sama saling berebut pengalihan suara secara sengit. Akibatnya terjadi ketegangan antara M Agil Mubarok (22) yang merupakan anak dari caleg Miftah dan Ketua DPC Partai Gerindra Sumardiyo di kompleks Pasar Kaliwiro, pada Rabu (14/2/2024) malam, sekitar pukul 01.00 WIB.

Agil mengaku menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh Ketua DPC Partai Gerindra. Akibatnya dia harus masuk dan dirawat di di RSU KRT Soetjonegoro setelah kejadian tersebut.

Ibunya, pada pagi harinya juga langsung melaporkan dugaan peristiwa penganiayaan ke Satreskrim Polres Wonosobo.

“Saya masuk dan dirawat di rumah sakit karena perut terasa mual-mual. Kepala pusing, telinga berdegung dan mata terasa berkunang-kunang setelah dianiaya,” ucap Agil didampingi kedua orang tuanya, Jumat (16/2).

Saat ini yang bersangkutan masih dirawat di rumah sakit. Agil bercerita, saat itu, dia sedang melakukan pemantauan kemungkinan perolehan suara untuk orang tuanya yang kebetulan jadi caleg di daerah tersebut.

Dia pun malam itu, sempat bertemu dengan Sumardiyo di tempat kerjadian perkara (TKP) hingga terjadi perselisihan. Ketika itu Miftah juga berada tak jauh dari TKP.

blank
Ketua DPC Partai Gerindra Wonosobo, Sumardiyo. Foto : SB/Muharno Zarka

“Karena sudah ada laporan peristiwa penganiayaan ke kepolisian, saya meminta kejadian tersebut diproses secara hukum seadil-adilnya. Tidak ada upaya damai, saya tetap menuntut keadilan atas peristiwa tersebut,” ujar Agil didampingi kedua orang tuanya ketika menyampaikan pengakuannya.

Tidak Ada Penganiayaan

Sementara itu, Ketua DPC Partai Gerindra Wonosobo Sumardiyo menyatakan tidak ada peristiwa penganiayaan pada peristiwa tersebut. Dia hanya akan melakukan klarifikasi atas perebutan suara antarcaleg yang dilakukan secara tidak sehat.

“Saya ada saksinya kok. Ada Ketua PAC Partai Gerindra Kecamatan Wadaslintang. Ada Caleg no urut 1 Dwi Septiyani dan ada juga aparat keamanan. Bahwa ada upaya klarifikasi atas persaingan perebutan suara antarcaleg memang iya. Tapi, sekali lagi, tidak ada peristiwa penganiayaan itu,” ucapnya.

Menurut Sumardiyo, pihaknya hanya memegang tangan Agil untuk turun dari mobil karena mau diajak bicara. Dia mengaku selaku Ketua DPC Partai Gerindra dan Wakil Ketua DPRD tidak mungkin melakukan penganiayaan pada Agil yang masih berusia sangat muda. Apalagi di tempat tersebut ada beberapa orang yang menyaksikan.

“Soal pelaporan ke pihak kepolisian, saya siap dipanggil. Bahkan sampai saat ini saya sudah menunggu surat panggilan dari polisi untuk segera memberikan keterangan.  Biar semuanya jelas apa yang sesungguhnya terjadi. Saksi-saksi yang melihat juga siap untuk diklarifikasi,” ujarnya.

Pihaknya juga sudah melaporkan kejadian tersebut ke DPD Partai Gerindra Jawa Tengah. Pihak partai meminta mengikuti proses hukum yang ada. Jika memang ada proses perdamaian, Sumardiyo juga siap untuk menerima dan melakukannya.

“Sebenarnya persaingan perebutan suara antarcaleg merupakan sesuatu yang biasa dalam kompetisi politik. Hanya saja mestinya dilakukan dengan cara yang fair. Tidak perlu ada pressure yang berlebihan. Karena jika itu yang terjadi justru membuat kader partai di bawah jadi takut,” tandasnya.

Muharno Zarka