blank
Porinti Semarang gelar kegiatan donor darah di The Park Semarang dalam rangka menyambut tahun baru Imlek. Foto: hp

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Perserikatan Organisasi Indonesia Tionghoa (Porinti) Semarang mengadakan kegiatan donor darah di The Park Semarang belum lama ini. Kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut tahun baru Imlek 2575 Kongzilli.

Ketua Panitia Donor Darah Porinti Semarang, Ifan Eko Harahap, mengatakan, donor darah ini salah satu rangkaian kegiatan rutin yang diselenggarakan pihaknya setiap menjelang Imlek.

“Kami awali dengan donor darah yang pelaksanaanya dilakukan oleh bagian kepemudaan Porinti Semarang,” katanya.

Sebagai even sosial dan kemanusiaan, lanjut Ifan, pihaknya mengajak masyarakat untuk berbagi pada sesama melalui donor darah. Kegiatan donor darah merupakan kegiatan kemanusiaan dan kepedulian kepada sesama.

Uniknya, setiap pendonor yang ikut serta mendapatkan doorprize dalam bentuk pohon angpao. Dimana peserta yang selesai mendonorkan darah bisa mengambil angpao dengan berbagai hadiah menarik seperti emas, sepeda lipat, bahkan elektronik.

Konsep pohon angpao, menurut dia, jadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pendonor karena banyak hadiah yang disiapkan.

“Konsepnya ketika sudah selesai donor, maka mereka berhak mencabut pohon angpao. Pohon angpao ini kan ciri khas dari Imlek. Angpao melambangkan rezeki. Ada beragam hadiah mulai emas, sepeda lipat, barang elektronik dari berbagai donatur. Bahkan ada juga tambahan hadiah dari Bu Wali Kota Semarang berupa TV LED,” jelasnya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan, adanya kegiatan donor darah yang diprakarsai Porinti Semarang tersebut menjadi salah satu bukti kebersamaan gotong royong serta kepedulian antar sesama.

“Porinti mengajak masyarakat berbagi, dengan cara donor darah bagi yang membutuhkan, tahun lalu, ada 371 orang yang mengikuti donor darah dan tahun ini lebih tinggi antusiasnya, bahkan mencapai 500 orang,” katanya.

Menurut wali kota yang biasa disapa Mbak Ita, kegiatan semacam ini menandakan adanya akulturasi budaya dan kebersamaan dalam menyambut Imlek.

“Harapannya, ini juga bisa dicontoh kelompok atau perkumpulan lain. Sehingga budaya tetap terjaga dan kepedulian dan kemanusiaan pada masyarakat juga ada,” katanya.

Hery Priyono