SEMARANG (SUARABARU.ID) – Kabar baik bagi para seniman dan budayawan di Kota Semarang. Pemerintah Kota Semarang akan tetap mempertahankan Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) sebagai pusat kesenian dan kebudayaan.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengatakan, peran TBRS akan dikembangkan sebagai ruang dan fasilitas seniman dan budayawan di Kota Semarang.
Dalam hal ini pemkot memastikan kalau Gedung Kesenian Sri Budoyo Ki Narto Sabdo tetap dipertahankan sebagai markas seniman berkarya meskipun terdapat gedung baru.
“Para budayawan, pemerhati budaya, saya sudah memutuskan Gedung Ngesti Pandowo tetap dipertahankan,” katanya, Kamis (8/2/2024).
Tujuan dari peningkatan taman budaya tersebut tak lain sebagai apresiasi sekaligus mendorong seniman melahirkan karya dan menjaga kelestarian kebudayaan di Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng).
Pada sisi lain, pihaknya banyak mendapat masukan dari para seniman dan budayawan perihal penggunaan gedung ber-AC atau pendingin ruangan. Pasalnya, kegiatan merokok cukup lekat dengan pekerjaan seorang seniman.
“Kami mendapatkan masukan karena seniman itu biasanya merokok, duduknya jegang, kalau di tempat baru tidak boleh merokok, duduknya harus manis, kalau tidak manis nanti kursinya bisa terlipat,” katanya.
“Tidak bisa memaksakan kehendak, karena seniman sudah punya jiwa seni, sehingga kita yang harus menyesuaikan,” ujarnya lagi.
Menurutnya, permasalahan sosial dan kebudayaan yang sedang dihadapi Kota Semarang adalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan seni dan budaya.
Termasuk kurangnya fasilitas dan sarana pendukung, serta lemahnya pengelolaan dan perlindungan warisan budaya. Dia mengatakan, detail engineering design (DED) Kawasan TBRS akan dikebut tahun ini.
“Sehingga diperbaiki, diperbaharui, mungkin ditambah sound yang bagus. Itu adalah untuk seniman berkarya, mungkin kebiasaan seniman yang jagongan untuk berkarya sambil ngerokok, ngopi, gondrong ini mesti kita pertahankan,” ujarnya.
Pengembangan taman budaya juga termasuk pengelolaan atau penataan tempat pedagang kaki lima (PKL) di dalamnya.
“Pengembangan TBRS kami minta tahun ini disiapkan DED, pengelolaan shelter untuk PKL, sehingga menjadi kebanggaan para budayawan,” ujarnya.
Peningkatan TBRS tersebut tak lain juga termasuk yang akan dikembangkan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang pada 2025 hingga 2045. Upaya pengembangan ini meliputi eks-Taman Hiburan Rakyat Wonderia yang berada di sebelahnya.
Dalam skema pengembangan, dua tempat tersebut akan dijadikan satu pintu. Eks-Wonderia disulap menjadi hutan kota sekaligus merenovasi Makam Mbah Kyai Genuk, yang dikenal sebagai Wali Agung Semarang, untuk disupport menjadi pusat kegiatan religi. Masuk ke dalamnya akan terhubung dengan aktivitas kesenian dan kebudayaan di TBRS.
Terdapat sejumlah ruang dan fasilitas baru yang akan dibangun di Kompleks TBRS. Seperti, plaza pertunjukan outdoor, amphitheater, gedung teater, creative hub, hingga wisma seniman.
Perlu diketahui, Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) Kota Semarang masih berada di bawah rata-rata nasional. IPK Kota Semarang pada 2023 baru menyentuh 50,7. Sedangkan secara nasional sebesar 55,13.
Proyeksi pertumbuhan yang relatif lambat tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menargetkan dengan nilai maksimum 55,96 pada 2045. Kondisi itu memberikan indikasi tantangan dalam menggerakkan pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan budaya di Kota Semarang.
Dalam konteks ini, diperlukan strategi dan program kebijakan yang lebih efektif untuk merangsang dan menjaga keberlanjutan kehidupan budaya di masa mendatang.
Untuk meningkatkan indeks tersebut, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan pelaku seni dan budaya untuk mengembangkan potensi dan kreativitas lokal, serta melestarikan nilai-nilai budaya yang ada.
Hery Priyono
Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang. Foto: hp