Pratama Alif Arhan. Foto: instagram

Oleh: Amir Machmud NS

// berterima kasihlah kepada cinta/ yang telah menyelamatkannya/ yang tetap membuatnya ada/ yang menjanjikan dia bakal lebih ada…//
(Sajak “Pratama Arhan”, Januari 2024)

BERTERIMA kasihlah kepada cinta.

Ya, Pratama Alif Arhan pantas mengungkapkan perasaan itu kepada Suwon FC, klub yang diperkirakan bakal lebih menghargai keberadaan dan kemampuannya.

Berterima kasih pulalah kepada cinta.

Pun, Suwon, klub dari K League 1 itu patut menyampaikannya untuk menyambut kehadiran Arhan, pemain Indonesia yang diakui punya keunikan dan keunggulan pembeda.

Anak Blora yang pernah memperkuat PSIS Semarang itu tentu patut merasa beruntung. Begitu ikatan kontraknya dengan Tokyo Verdy di J-2 League berakhir, dia tidak harus berlama-lama menunggu. Klub dengan gengsi lebih tinggi menjamin menit bermain dari yang didapat di Jepang, dan bukankah ini adalah gambaran masa depan menjanjikan?

Pada sisi lain, Suwon FC juga mendapat keuntungan dari sisi teknis dan marketing.

Secara teknis, Arhan jelas bukan pemain kaleng-kaleng yang bisa dianggap remeh. Kompetensi teknisnya sebagai bek kiri dan daya serang hiperaktif adalah kekuatan khas yang masih bisa terus berkembang. Pemain ini punya nilai plus: lemparan ke dalam langka yang menjadi “brand” ancaman untuk menciptakan “kemelut” bagi pertahanan lawan.

Dari sisi komunikasi marketing, dengan popularitas sebagai pemain andalan tim nasional Garuda, Arhan adalah sumbu pemasaran potensial dalam ranah relasi publik Suwon FC.

Apalagi secara personal, kehidupan kesehariannya bersama selebgram Azizah Salsha juga banyak mengundang follower, yang suka atau tidak suka bakal mendeterminasi publisitas Suwon FC.

Di ruang budaya pop, pernak-pernik seperti ini tidak bisa dihindarkan sebagai relasi yang saling mengait dalam “ideologi” viralitas. Klub sepak bola pun butuh follower di ranah maya, antara lain lewat aktivitas figur-figur yang berdaya magnetik.

Pembajaan Kemampuan
Yang sesungguhnya kita ingini adalah ketergabungan pemain dengan sebuah klub di liga negara yang memiliki tradisi kuat sepak bola.

Sebagai aset timnas, anak-anak muda kita seperti Pratama Arhan bisa menempa pengalaman, membajakan kemampuan, mengasah diri, dan ujungnya meningkatkan kompetensi teknis, fisik, dan psikologis yang dibutuhkan sebagai pemain nasional.

Kisah Egy Maulana Vikri, Witan Sulaiman, dan Syahrian Abimanyu, adalah sebagian contoh pemain yang merasakan atmosfer kompetisi Eropa, namun tidak dalam keseimbangan kebutuhan penempaan diri. Level liganya juga tidak terlalu kompetitif.

Berbeda dari pengalaman Saddil Ramdani bersama Sabah FC di Liga Malaysia. Winger timnas ini menjadi andalan utama dan kebanggaan klubnya, walaupun terakhir — karena pertimbangan tertentu — dia tersisih dari timnas yang saat ini berlaga di Piala Asia di Qatar.

Sementara itu, Arhan mengalami kesulitan di Tokyo Verdy, dengan menit bermain yang minim. Selama dua musim, dia hanya tampil dalam empat laga. Itu pun tidak dalam sepenuh waktu bermain.

Asnawi Mangkualam jauh lebih baik saat memperkuat Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons di K League 2. Di dua klub itu, dia dihargai sebagai pemain inti. Kini ikatan Asnawi tidak diperpanjang, namun Arhan kemudian mengisi harapan lebih besar di Suwon FC.

Pada akhirnya dia harus membuktikan kesiapan bermain di kasta tertinggi liga Korea. Pelatih Kim Eun-jung yang paham kondisi Arhan di Tokyo Verdy, menjamin tidak akan menyia-nyiakan potensi pemain yang telah dia pantau sejak masih memperkuat tim junior Indonesia itu.

Jadi, kuncinya tinggal pada Pratama Arhan sendiri. Kebijakan pelatih di Tokyo Verdy yang hanya empat kali menggunakan jasanya, yakni dua kali di J-2 League dan dua laga di Emperor’s Club, membuat Arhan hanya mendapat kesempatan berlatih dan menyerap atmosfer profesionalitas di sana, namun tidak dalam hal jam bertanding yang bernuansa pembentukan performa.

Dari pengalaman Asnawi Mangkualam yang bisa tampil reguler, tampaknya Arhan tidak akan tersia-siakan. Tentu dengan syarat dia mampu menaklukkan suasana bersaing yang pasti lebih ketat dari yang dihadapi Asnawi. Dan, dengan durasi kontrak yang hanya semusim plus opsi perpanjangan satu musim, dia harus tertantang untuk merebut satu tempat reguler.

Dari secercah harapan itu, bersiap-siaplah kita mengucapkan, “Matur suwun, Suwon FC…”

Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah