KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Komunitas Brayat Panangkaran kembali akan menggelar Ruwat Rawat Borobudur yang tahun ini memasuki 22 tahun, Kegiatan tersebut akan berlangsung hingga April mendatang.
“ Untuk pembukaan Ruwat Rawat Borobudur ditandai dengan peluncuran buku ‘Pustaka Aksara Borobudur” dan yang merupakan buku ke-8 dari perjalanan Ruwat Rawat Borobudur,”kata Pimpinan Komunitas Brayat Panangkaran Borobudur, Sucoro, Sabtu (20/1/2024).
Sucoro mengatakan, pada peluncuran buku ‘Pustaka Aksara Borobudur’ pada Minggu ( 21/1) tersebut juga untuk mengenang peristiwa peledakan sembilan stupa Candi Borobudur yang terjadi pada 21 Januari 1985 silam.
Menurutnya, buku yang menceritakan menceritakan tentang pengelolaan Borobudur berdasarkan pengalamannya, sekaligus merupakan opini dan hasil dari Kongres Borobudur merupakan buku karyanya yang ke delapan.
Buku tersebut berisi tentang Borobudur dan sarana agar masyarakat tahu bagaimana seluk beluk tentang Candi Borobudur.
“Di dalam buku ini terdapat tiga gagasan para ahli dan doctor dan ide tersebut kemudian saya rangkum dalam satu buku,” katanya.
Sucoro mengatakan, buku yang dicetak sekitar 1.200 eksemplar tersebut nantinya akan dibagikan ke beberapa perspustakaan baik perpsutakaan daerah, sekolah, kampus dan lainnya.
Ia berharap, buku tersebut bisa memacu pembaca agar lebih cerdas dalam pengambilan kebijakan dan nantinya akan bermanfaat di masa depan.
suatu saat ada pembaca yang lebih cerdas pemikirannya komprehensif dan dapat dipakai semua pihak. Sehingga dapat menentukan kebijakan di masa depan.
Sementara itu, Penanggung Jawab Acara Ruwat Rawat Borobudur, Eri Kusumawardhani mengatakan, ada sedikit perbedaan dari kegiata Ruwat Rawat Borobudur di tahun ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Yakni, di tahun ini tidak ada pembagian sayuran bagi masyarakat, melainkan digantikan dengan pembagian buku-buku tersebut.
“Selain menghibahkan buku, juga terdapat acara Bhakti Aksara (bedah buku), pendampingan Tradisi, Jelajah Pustaka Tilik Sedhulur Sonjo kampus, Bhakti Budaya, Kongres Borobudur, dan Festival Kesenian Rakyat,” kata Eri/
Ia menambahkan, rkan melalui perpustakaan kabupaten dan juga komunitas di luar magelang sebanyak 64 komunitas,” tuturnya.
Selain bertujuan mengedukasi dan menghibur masyarakat, acara 22 tahun Ruwat Rawat Borobudur juga mengangkat kembali nilai tradisi yang sempat hilang, yaitu ritual sedekah Kedung Winong dan umbul donga.
“Tujuan pembagian buku-buku tersebut untuk meningkatkan literasi pelestatian nilai spiritialias Borobudur dan meningkatkan day abaca masyarakat,” katanya. W. Cahyono