Kita tatap tahun 2024 dengan motivasi tinggi, dan sikap optimis untuk selalu berbuat terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Tak kurang baiknya pula, perlu kita terus menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Indonesia-an serta meneguhkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Mari, kita jadikan negeri ini sebagai benteng Pancasila. Budaya bangsa adalah bersikap santun, bergandeng tangan dan menjunjung tinggi adat budaya bangsa yang beradab. Tak kalah penting adalah menanamkan sikap dan sifat saling menghormati dan menghargai antar masyarakat sehingga tercipta kerukunan di lingkungan masing-masing. Ini menjadi bagian cara kita merawat tahun 2024.
Momentum ini kita butuh effort untuk membranding diri, yaitu menjadi pribadi yang inklusif dengan segenap kelemahan dan kekurangan kita, kemudian secara sungguh-sungguh berjuang membalik diri dari kekelaman ke aras yang terang benderang, dari individual menuju gotong royong, dari pemaki ke pemberi solusi, dari pasif ke kreatif, dari nrima ing pandum ke inovatif, dan dari capaian yang minus berubah pada prestasi yang lebih baik berpredikat plus.
Transformasi nilai tahun baru sedikitnya mendongkrak kita mewakafkan diri untuk membandingkan atas dan ke diri kita sendiri, dulu saya seperti apa sekarang menjadi apa?, dulu saya bisa apa sekarang pada step apa?
Kala jatuh pun kita belajar untuk bangun dan bangkit. Siapa diri kita? Kita akan menjadi apa yang kita pikirkan. Bagi UMKM yang baru jadi start up, semoga menjadi sumber peraihan ekonomi baru yang permanen, bukan kesementaraan pendapatan. Pendeknya kita segera meralat diri.
Misalnya, sebelumnya suka nyontek mulai tahun baru jadi giat belajar dan percaya diri, atau jika nilai toefl, nilai akademiknya masih jeblok mesti bergeser naik kelas untuk beroleh nilai yang lebih baik lagi, sekurangnya tanpa raport merah.
Praktik lainnya, yang masih senang jajan tidak bayar di kantin, mulai tahun baru juga tetap jujur dan bayar. Kala terlambat, lalai ataupun sengaja menunggak pajak, saatnya kita tertib dan sadar pajak.
Khusus kalangan ASN mesti menjadi aktor dan teladan tak terlibat praktik korupsi, gratifikasi dan pungl. Ini semua bisa menjadi vaksin baru di tahun baru yang harus baper (bawa perubahan) produktif.
Sesal selalu datang terlambat jangan sampai terjadi untuk masa mendatang. Sudah saatnya kita buang jauh perilaku kontraproduktif, saur manuk rendahan, begitu pula dengan hoaks, tawuran dan narkoba, mulai sekarang kita tolak dan lawan.
Atau lagi, ketika para perempuan dan anak mengalami kekerasan dan melihat praktik devian, maka kemudian perempuan juga anak punya hak lapor dan speak up.
Setali tiga uang, pemerintah masih perlu kerja keras, bagaimana menaikkan angka IPM, IDI, harapan hidup, menekan korupsi, inflasi, stunting, kemiskinan dan sebagainya. Negara hadir bukan cuma angka tapi lebih pada kenyamanan dan pelayanan kepada masyarakat.
Marjono, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal Jawa Tengah