blank
Dokter Robin Novriansyah (tengah), saat menjabarkan tentang cidera yang sering dialami para atlet, dan bagaimana penanganannya. Foto: riyan

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Ketua Persatuan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PP Kori) Jawa Tengah, Prof Dr dr Hardhono Susanto menyatakan, dalam rangka mengoptimalkan perannya terhadap perkembangan prestasi olahraga di provinsi ini, pihaknya menggelar workshop dengan peserta para pelatih cabor yang lolos ke PON XXI/Aceh-Sumatera Utara pada 2024 mendatang.

Dalam acara yang digelar di Kantor KONI Jateng, Sabtu (23/12/2023), tema yang diambil yakni, ‘Peran PP Kori Jateng dalam Mendukung Prestasi Olahraga di Jawa Tengah’. Diakui Prof Hardhono, organisasi yang dipimpinnya belum maksimal. Karena itu, pihaknya menggelar acara ini demi ikut mendukung prestasi Jateng di PON 2024.

Pada workshop itu tampil empat narasumber, Ketua Umum KONI Jateng, Bona Ventura Sulistiana, Wakil Ketua Umum II KONI Jateng Soedjatmiko, Prof Dian Ratna Sawitri PhD (dekan Fakultas Psikologi Undip) dan dr Robin Novriansyah. Sedangkan moderator acara dipandu Yuswo Supadmo.

BACA JUGA: Menyambut Tahun Baru, Stok Kebutuhan Pokok Cukup Harga Relatif Stabil

”Kesehatan olahraga itu banyak sekali permasalahannya. Mulai kesehatan itu sendiri, doping, cidera dan lain-lain. Namun kami akui, kami belum maksimal,” kata Prof Hardhono dalam sambutannya.

Sementara itu, Ketua Umum KONI Jateng, Bona Ventura Sulistiana, memberikan apresiasi atas kegiatan ini. ”Kami harapkan acara seperti ini bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir. Artinya, PP Kori bisa secara berkala menyelenggarakan acara sejenis. Kami lihat peran PP Kori dalam membantu prestasi sangat dibutuhkan,” jelasnya.

Bona juga menyampaikan, dukungan psikologis bagi atlet Jateng ke PON 2024, sangat dibutuhkan. Hal itu berdasar pada pengalaman di PON 2021 lalu. ”Seorang juara dunia panjat tebing, Aris Susanti, terpeleset saat start pada semi final. Hal-hal seperti ini perlu kajian psikologis,” pintanya.

BACA JUGA: KPU Kota Tegal Simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara

Adapun Soedjatmiko menyebut, guna meraih prestasi pada PON 2024, pihaknya menerapkan analisis Strenght, Weaknees, Opportunity, Threaty (SWOT). Dia pun menjelaskan tentang kelebihan dan kemungkinan, adanya ancaman prestasi atlet Jateng pada PON 2024.

Sedangkan dr Robin Novriansyah menjabarkan tentang cidera otot yang sering dialami para atlet, dan bagaimana penanganannya.

”Penyebab terjadinya cidera otot di antaranya kurang pemanasan, badan tidak dalam kondisi fit, kurang lentur, kelelahan, keletihan, mengangkat beban berat dalam posisi tidak tepat, melompat, berlari, tergelincir dan kehilangan pijakan,” paparnya.

BACA JUGA: Bidpropam Polda Jateng Gelar Penegakan Disiplin di Polres Tegal Kota

Narasumber lain, Prof Dian mengatakan, beberapa hambatan yang mempengaruhi rendahnya prestasi olahraga Nasional di antaranya, profesi atlet dianggap tidak atraktif bagi generasi muda.

”Olahraga belum terintegrasi dengan sistem pendidikan. Lalu minimnya dana pembinaan olahraga, dan belum optimalnya keterlibatan berbagai pihak dalam pembinaan olahraga, serta minimnya sarana dan prasarana olahraga,” tukasnya.

Riyan