blank
Sang penyembuh (dukun) sedang menyedot serpihan kayu yang masuk di dalam dagaing di ujung kaki (susuben). Foto: Dok MAsruri

blank

BANYAK dukun kita kenal, tapi yang satu ini lain dari yang lain. Jaiman, termasuk dukun yang tidak bisa diketahui jenis ilmunya dan latar belakang proses bergurunya, karena sejak dilahirkan, dia bisu.

Karena kondisinya itu mustahillah jika dia pernah berguru. Karena selain bisu, Jaiman juga tuli (dua sifat bawaan itu saling terkait) dan dia juga tidak pernah sekolah, dan tidak mungkin belajar ilmu gaib dari buku. Komunikasi dengan bahasa isarat pun tidak bisa mengorek latar belakang keilmuannya.

Jaiman, semasa hidupnya tinggal di Desa Damarwulan, Jepara, dan lebih banyak “bicara” dengan caranya sendiri tanpa memahami pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

Menurut istrinya, Jaiman sudah memiliki keistimewaan sejak pulang dari menghilang. Dikisahkan, dia lahir-sekitar tahun 1945 dalam keadaan yatim. Ayahnya meninggal ketika dia masih dalam kandungan. Saat dia berusia empat tahun, ibunya menyusul kematian ayahnya.

Karena sayangnya kepada Ibunya, dia sering tidur di makam Ibunya. Hingga keajaiban pun terjadi ketika anak kecil itu sering menyendiri di makam Ibunya, Jaiman tiba-tiba menghilang entah kemana, sehingga warga desa berupaya  untuk mencarinya.

Segala upaya pencarian tidak berhasil, 10 tahun kemudian ada warga desa yang tidak sengaja menemukan Jaiman di daerah Banyuwangi, Jawa Timur.

Setelah menghilang, Jaiman tumbuh menjadi remaja yang nganehi-anehi. Dia menguasai ilmu gaib yang prestasinya mustahil tertandingi orang-orang pintar di desanya di perbatasan Pati – Jepara.

Yang dianggap unik itu Jaiman dengan mudahnya mampu memerintahkan benda untuk berjalan menuju tempat yang dikehendakinya. Karena keahlian itu, warga sering memanfaatkannya.

Misalnya, ketika ada gelang atau jam tangan milik warga yang masuk (tercebur) ke dalam sumur, Jaiman dengan kekuatan batinnya mampu “menarik” barang itu kembali ke atas.

Prosesnya begitu mudah. Dia menunduk dan memejamkan mata sambil mulutnya bergumam lirih, dan selanjutnya benda yang dituju itu diperintah untuk berada di genggaman tangannya, disertai ucapan khasnya : Uk uk uk ….

Setiap berhasil menangani suatu kejadian yang berkaitan “keajaiban”-nya, dia bangga hati, apalagi jika Jaiman dijadikan tontonan warga. Maklum, ketika itu dia masih remaja.

Semasa remaja, Jaiman memiliki bawaan tempramental. Kalau dia diremehkan warga karena bisunya, dia tidak segan-segan ngerjain orang yang meremehkan cacat bawaannya. Kalau tersinggung, dia bisa menancapkan potongan lidi pada orang yang dituju. Dan lidi itu baru diambil setelah orang itu minta maaf.

Kemahiran menguasai benda itu bisa juga untuk menarik barang yang hilang. Dan itu tidak sekadar benda-benda kecil seperti gelang atau jam tangan, bahkan cangkul yang hilang pun bisa ditarik kembali ke termpat semula.

Melihat potensi Jaiman, masyarakat mencoba memanfaatkannya untuk hal-hal yang lebih bermakna, terutama yang berkaitan dengan penyembuhan. Dan spesialisasi dia berkaitan dengan orang kemasukan benda kecil pada mata, telinga, lubang hidung, termasuk yang terselak duri pada tenggorokan.

Setelah sering memanfaatkan keahliannya dibidang pengobatan, Jaiman mulai membatasi untuk menarik benda hilang. Tentang kemahiran Jaiman sudah tidak diragukan lagi. Dia banyak membantu warga dibidang penyembuhan dan untuk itu tidak dibutuhkan biaya.

Seperti yang dialami keluarga asal Karimunjawa, untuk mengeluarkan biji jagung yang masuk lubang hidung anaknya yang masih TK. Karena  biji itu sudah terlalu masuk ke dalam, dokter menyarankannya untuk ke rumah sakit dan operasi.

Untung, ketika itu ada seseorang yang pernah mengalami kejadian yang sama, menyarankan untuk membawa anak itu ke kediaman Jaiman. Ketika saran itu dilaksanakan, Jaiman dengan berhasil mengeluarkan biji jagung.

Sedikit-dikitnya, ketika saya berkunjung ke kediaman Jaiman guna wawancara, ada empat pasien yang datang dengan kasus yang berbeda. Pasien pertama, si bocah TK tersebut. Kedua adalah tukang ukir yang telinga kirinya tuli akibat kemasukan cuilan kayu dua tahun silam. Dan ketiga, guru SD yang matanya bengkak karena kemasukan lalat. Bersambung

Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak, Pati