SEMARANG (SUARABARU.ID)– ‘Tuanku Ya Rakyat, Gubernur Cuma Mandat’. Demikian ungkapan yang disampaikan Ganjar Pranowo, saat kali pertama dilantik sebagai Gubernur Jawa Tengah, pada Agustus 2013 silam.
Ungkapan itu bukan retorika semata. Ganjar memenuhi janjinya untuk menjadikan rakyat sebagai tuannya. Semua program yang digagasnya selama menjadi pemimpin Jateng dua periode, berpihak pada rakyat.
Slogan itu menjadi salah satu ciri khas kepemimpinan Ganjar dalam mengubah perspektif tentang hubungan antara rakyat dan pemerintah. Dalam pandangannya, rakyat bukanlah objek kebijakan, tetapi menjadi subjek yang memiliki peran dalam menentukan program dan pembangunan yang mereka butuhkan.
BACA JUGA: PDIP Jateng Ambisi Menang Mutlak, Targetkan 11 Juta Suara
Dengan kata lain, Ganjar memiliki komitmen untuk pemerintahan yang terbuka dan responsif, terhadap kebutuhan rakyat. Karena pro-rakyat, selama menjadi pemimpin, politisi berambut putih itu sangat getol turun ke bawah. Apa yang dimaui rakyat diserapnya.
Dia menciptakan agenda ngopi bareng, blusukan, mengunjungi daerah terpencil, dan menginap di rumah warga, dalam upaya menyerap aspirasi dan mencari solusi permasalahan di masyarakat.
Salah satu contoh ketika saat masih menjadi gubernur, dia mengajak warga di Balai Desa Kemasan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, untuk ngopi bareng. Acara ngopi bareng warga itu mengangkat tema, penurunan angka kemiskinan dan stunting.
BACA JUGA: Capres ini Dipesan Alokasikan Anggaran untuk Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia
”Setiap kami ngopi bareng dengan warga, pasti keluar banyak persoalan. Kami titipkan soal penanganan kemiskinan ekstrem, terus kemudian penanganan stunting,” kata Ganjar saat itu.
Ketika blusukan dan ngopi bareng itu, Ganjar berinteraksi secara dekat dengan warga. Acara ngopi bareng dilakukan di balai desa dan dihadiri seluruh warga desa.
Pada forum gayeng itu, warga dipersilakan mengadu dan memberikan masukan. Jika ada yang bisa diselesaikan saat itu, persoalan yang dihadapi warga akan langsung didelegasikan pada dinas terkait untuk diselesaikan.
BACA JUGA: Anak Muda Balikpapan Sandarkan Harapan pada Capres Nomor Urut 3
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW Salatiga), Ester Krisnawati menilai, cara komunikasi Ganjar dengan turun ke lapangan, merupakan cara efektif untuk mengetahui realitas kondisi masyarakat.
Blusukan hingga menginap di rumah warga ini sudah dilakukan Ganjar sejak awal menjabat. Melalui program ngopi bareng gubernur, Ganjar biasanya merangkaikan kegiatan itu dengan menginap di rumah salah satu warga. Kegiatan rutin ini sempat terhenti karena pandemi covid-19.
”Menurut saya, apa yang sudah dilakukan Pak Ganjar ini kan sebagai upaya membangun komunikasi dengan masyarakat. Karena memang kalau kita ingin tahu bagaimana kondisi masyarakat, ya harusnya kita terjun langsung ke masyarakat,” kata Ester dalam keterangan tertulisnya, yang dilansir media massa pada Jumat (28/7/2023).
BACA JUGA: Capres Ini Pastikan Kemudahan Pendidikan untuk Kaum Disabilitas
Dia menambahkan, saat ini memang sudah eranya pemimpin egaliter, yang dapat berkomunikasi tanpa sekat dengan masyarakat dan selalu terjun ke lapangan. Dan gaya Ganjar ini terus dipertahankan hingga kini.
Saat melakukan safari politik dalam kampanye Pilpres, dia masih menjaga kekhasannya itu. Capres nomor urut 3 itu, banyak menyerap aspirasi anak muda saat berkunjung ke Balikpapan, Kalimantan Timur.
Bertempat di Hobbies Coffe and Lounge Balikpapan, Selasa (5/12/2023) malam, kalangan Milenial dan Gen Z mengikuti acara Ngopi Bareng Ganjar Pranowo. Mereka senang bisa berkesempatan ngobrol bareng Ganjar.
BACA JUGA: Masyarakat Sulawesi Tengah Inginkan Capres Nomor Urut 3 Pimpin Indonesia
Menurutnya, mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu punya perhatian terhadap Milenial dan Generasi Z, terutama di daerah-daerah. Dengan begitu, mereka merasa dihargai sebagai kalangan muda, yang jauh dari Jakarta. Dan, sosok capres berambut putih itu disebutnya, sangat dekat dengan kaum milenial.
Bahkan, selama kampanye Ganjar memilih berkeliling ke pelosok-pelosok daerah yang memiliki Daftar Pemilih Tetap (DPT) kecil, dan berada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil). Ganjar mengawali kampanyenya di Merauke, kemudian melanjutkannya ke NTT, NTB, Sulawesi dan Kalimantan.
Ganjar rajin blusukan ke kabupaten-kabupaten kecil, seperti Maumere, Rote, Ende, Bima, Pontianak dan lainnya. Di daerah itu, dia banyak menyampaikan salah satu program unggulan, yakni satu desa, satu fasilitas kesehatan (faskes), satu tenaga kesehatan (nakes).
BACA JUGA: Konsistensi KPU Laksanakan UU Soal Debat Capres-Cawapres Dipertanyakan
Ditegaskan Ganjar, kampanye bukan hanya sekadar berjuang demi meraih suara dan mendatangi daerah ber DPT besar, namun tentang bagaimana mendengar dan menyerap aspirasi dari seluruh masyarakat Indonesia. Gaya yang blusukan ke pelosok negeri yang memiliki DPT kecil, sering ditanyakan para relawannya.
Menjawab pertanyaan itu, Ganjar menjawab, jika sebuah kepemimpinan itu bukan cerita banyak-banyakan. Baginya, sebuah kepemimpinan itu amanah dari rakyat yang harus dipertanggungjawabkan.
”Sehingga suara rakyat harus didengarkan dari seluruh penjuru Indonesia. Mendengarkan dari yang paling kecil, terpinggirkan dan membutuhkan perhatian. Karena itu menurut saya adil,” tegasnya.
BACA JUGA: Ulama dan Tokoh Masyarakat NTT Titip Pesan untuk Capres Nomor Urut 3, Ini Isinya
Pengamat sosial politik, Harry Seldadyo menilai, program yang berfokus pada kesehatan masyarakat di wilayah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) itu adalah langkah mulia.
Dia menyebut, pembangunan infrastruktur kesehatan di desa-desa terpencil memang menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu masyarakat. Sebab sejauh ini, Puskesmas yang ada hanya tersedia di tingkat kecamatan.
Menurutnya, ini merupakan wujud yang sesuai dengan misi pertama pasangan Ganjar-Mahfud, yakni ‘Mempercepat Pembangunan Manusia Indonesia Unggul Yang Berkualitas, Produktif, dan Berkepribadian’.
Tim SB