blank

Perubahan iklim menyebabkan berbagai dampak bagi kehidupan manusia. Seperti naiknya muka air laut yang menyebabkan rob dan merendam pemukiman warga pesisir. Untuk bertahan masyarakat pesisir selalu meninggikan rumah dari waktu ke waktu yang biayanya cukup tinggi.  Hal ini membawa dampak perekonomian masyarakat di kawasan pesisir kurang dapat berkembang. Realitas tersebut menjadi kajian tersendiri bagi para peneliti bidang teknik.

“Mereka berusaha meminimalisir dampak kenaikan muka air laut dengan cara rekayasa teknis seperti pemecah gelombang dan tanggul laut serta cara yang lebih mengedepankan adaptasi yaitu dengan pembangunan rumah apung (floating house)”, ungkap Dhamang Budi Cahyono ST MT dalam ujian terbuka doktor di Program Doktor Teknik Sipil (PDTS) Fakultas Teknik Unissula, Kamis (30/11/2023).

Dalam kesempatan tersebut Damang mempresentasikan disertasinya yang berjudul model desain dan prototipe rumah apung dengan platform berbahan expanded polystyrene system (styrofoam) dengan cover beton ringan. Para penguji antara lain Dr Abdul Rochim ST MT,  Prof Dr Ir S Imam Wahyudi DEA, Prof Ir Pratikso MST PhD,  Dr Henny Pratiwi Adi ST MT, Prof Dr Ir Antonius MT, Dr Ir Sudarsono MSi, dan Prof Dr Ir Muhammad Muhlisin MT.

Tujuan penelitiannya yakni untuk mendapatkan komposisi campuran beton ringan, menganalisis berat dan kuat tekan, daya apung, stabilitas, tinggi matasentrum dan sistem sambungan serta menghitung besar anggaran biaya untuk kemudian di buatkan model dan prototipenya.

Lebih lanjut dosen Universitas Semarang tersebut menjelaskan guna meminimalisir dampak kenaikan air laut sangat dibutuhkan inovasi terkait keberadaan bangunan hunian yang lebih ramah lingkungan dan fleksibel serta ekonomis dibandingkan dengan hunian konvensional.

Salah satu caranya adalah dengan membangun rumah apung. Perkembangan dunia konstruksi telah mengenal adanya rumah apung yang dapat menjawab permasalahan tersebut.

Ada berbagai macam material yang dapat digunakan sebagai bahan platform rumah apung guna menghasilkan rumah apung sederhana yang bisa diaplikasikan sebagai rumah penduduk dikawasan pesisir pantai dengan desain ekonomis.

Bahan tersebut seperti bambu, styrofoam, pipa PVC dan drum plastik.  Para peneliti juga telah membuat penelitian komparasi model pondasi apung untuk pengembangan rumah apung pada hunian kawasan pesisir.

“Pondasi apung dinyatakan stabil bila titik matasentrisnya diatas titik pusat grafitasi platform. Penelitian ini mengenai model desain dan prototipe rumah apung dengan platform styrofoam cover beton ringan”, pungkas Damang yang lulus dengan IPK 3,76.